"Ish ..." Rubby mendesis kesal, siapa yang datang menganggunya? Rubby merutuk.
Khanza bernapas lega, ia sudah selamat dari terkaman harimau. "Huh ... untung saja." batin Khanza.
Rubby bergegas pergi ke depan, menemui siapa yang sudah mengetuk pintunya.
"Kamu ... Ganggu saja!" celetuk Rubby yang baru saja membuka pintunya.
Orang itu langsung berwajah masam, dan yang datang ternyata Bayu. Bukankah Rubby yang sudah menyuruh Bayu untuk mengurus pernikahannya besok? Tapi kenapa sekarang ia jadi merasa terganggu akan kedatangannya?
Bayu langsung masuk begitu saja, pas sudah di dalam, Bayu mencium aroma masakan yang sangat menggugah selera.
"Mas Bayu," sapa Khanza sembari tersenyum.
Bayu pun tersenyum melihatnya, sedangkan Rubby, pria itu tidak suka dengan senyum Khanza yang ia sematkan pada Bayu. Rubby berjalan sambil menghentakkan kakinya.
Sedangkan Khanza dan Bayu melihat Rubby dengan tatapan heran. Kenapa pria itu? Mungkin yang dirasakan Rubby sekarang lebih tepatnya ia sedang cemburu. Padahal, mana mungkin Bayu menikungnya. Sudah jelas sebentar lagi juga Bayu akan menikah.
"Mas Bayu kebetulan sekali ke sini, aku masak banyak loh. Mas Bayu harus coba masakan aku," kata Khanza.
"Sama Bayu saja, panggilnya Mas, Mas," ucap Rubby, ia kesal sendiri.
Ucapan Rubby terdengar di pendengaran Khanza karena posisi mereka sedang berada di ruang makan, dan Rubby duduk di samping Khanza.
"Tuan kenapa?" tanya Khanza, karena Rubby sedari tadi mendumel tidak jelas.
"Tuh 'kan ... Sama saya panggilnya, Tuan. Gak mesra banget," kesal Rubby.
Sedangkan Khanza hanya geleng-geleng kepala, melihat tingkah ke kanak-kanakan Rubby. Lucu juga seorang pemimpin menjadi budak cinta, pikir Khanza.
Bayu yang melihat jadi merasa tidak enak dengan bosnya itu. Padahal ia pun merasakan lelah hari ini, mengurus pernikahan yang mendadak membuatnya sangat repot. Harus mengurus sana sini demi tuannya.
Tanpa dipersilahkan, Bayu mengambil makanan yang disediakan Khanza dan langsung melahapnya begitu saja, ia lakukan karena ingin cepat keluar dari apartemen itu. Namun, ia sedang merasakan lapar yang tak bisa ia tahan lagi.
Rubby melengo, bawahannya sangat tidak sopan sekali, pikir Rubby. Justru karena Bayu pernikahannya lancar sampai hari H besok, harusnya ia berterima kasih pada bawahannya itu. Hingga pada akhirnya, Bayu pun selesai makan. Ia langsung pamit pulang.
Kini hanya ada Rubby dan Khanza di ruang makan itu. Rubby masih berwajah masam, Khanza mencoba merayu abg tua itu.
"Tuanku sayang ... Jangan marah," goda Khanza.
Rubby masih jual mahal, ia masih tak bergeming. Bahkan ia bersedekap tangan di dada sembari bibir mengerucut.
"Masih marah?" Khanza mengusap lembut pundak Rubby. "Mau makan sama apa?" tanya Khanza dengan lembut.
Rubby masih diam seribu bahasa. Khanza menghela napas panjang, ia sudah tidak bisa lagi merayunya. Dengan santai, Khanza mengambil nasi serta lauk pauknya. Ia makan sendiri.
"Loh, loh ... Kok, makan sendiri sih!" celetuk Rubby.
Khanza malah acuh, siapa suruh jual mahal? Sekarang siapa yang rugi kalau begitu? Ketika Khanza sudah selesai makan, ia pun beranjak. Tapi sayang, tangan Khanza langsung ditarik oleh Rubby. Hingga Khanza terjatuh tepat di pangkuannya, karena itu memang disengaja olehnya.
"Kenapa acuh padaku? Kamu tidak peduli sama calon suamimu? Membiarkanku kelaparan, hah!"
Khanza mendelik tajam, kenapa Rubby malah menyalahkannya? Pikir Khanza. Lalu, apa yang harus ia lakukan? Agar abg tua itu tidak lagi marah lagi padanya.
Aha ... Khanza ada ide, ia mengalungkan tangannya di pundak Rubby sembari berbisik hingga Rubby berdesir.
Entah apa yang dibisikan Khanza hingga Rubby tak lagi marah padanya. Akhirnya, Khanza pun turun dari pangkuan pria itu dan menyuapi Rubby makan. Rubby sudah seperti anak kecil yang berusia tiga tahun saja, makan pun harus disuapin segala.
Acara menyuapi anak kecil pun akhirnya selesai. Khanza membereskan semua bekas makannya, hal yang ia lakukan selanjutnya tidak ada yang berubah.
Khanza mencuci piring, dan Rubby menghampiri gadis kecilnya. Tanpa permisi, Rubby memeluk Khanza dari belakang. Reflek, Khanza memukul tangan Rubby yang kini melingkar di pinggangnya.
"Kasar banget sih!" ucap Rubby.
"Nyebelin, aku 'kan lagi nyuci piring," sahut Khanza yang tak menghentikan aktivitasnya.
"Udah, dong ... Jangan nyuci terus, saya ngantuk, Khanza. Kita harus istirahat buat acara besok," keluh pria itu dengan manjanya.
Akibat sikap dingin Jihan pada Rubby, membuat Rubby benar melupakannya. Apa lagi sekarang adanya Khanza, pria itu seolah bujangan saja.
"Tuan ... Tolong lepaskan, aku susah gerak nih!" cetus Khanza.
"Makanya, sudah nyuci piringnya."
"Dari pada menggangguku, lebih baik Tuan membantuku supaya cepat selesai," kata Khanza.
Rubby menghela napas panjang, sejak kapan Rubby jadi pembantu? Tapi demi Khanza, ia lakukan. Supaya ia cepat bisa beristirahat bersama gadis kecilnya.
Khanza tersenyum melihat Rubby menggantikannya mencuci piring, sedangkan Khanza, gadis itu sedang mengelap meja makan. Beberapa menit kemudian, Rubby selesai lebih dulu dari kerjaannya.
Namun, ia melihat Khanza belum selesai. Tanpa aba-aba, Rubby langsung membopong tubuh Khanza ala bridal sytile. Hingga Khanza menjerit karena terkejut.
"Sutttt, jangan berisik. Ini sudah malam, sayang." Rubby semakin hari semakin menyayangi gadis kecilnya, karena memang harus berisitraha. Rubby langsung mematikan lampu dan mengajak calon istrinya itu tidur. Namun, kali ini Khanza menolak untuk tidur dalam satu ranjang.
"Kenapa?" tanya Rubby ketika Khanza menolak untuk tidur bersama.
"Sudah ... Jangan banyak protes, tidur sana."
"Tidur di mana, Khanza? Jangan bilang kalau kamu menyuruhku tidur di sofa, bisa-bisa pinggangku sakit-sakit!"
"Ya udah, aku saja yang tidur di sofa." Khanza berjalan menuju sofa sembari membawa selimut dan bantal. Namun keburu di cegah oleh Rubby.
"Iya, iya ... Saya tidur di sofa, tapi dengan satu syarat."
"Apa?" Mata Khanza langsung melongo. Lagi-lagi Rubby menciumnya, emang dasar sudah ngebet pada gadis itu. Rubby selalu main sosor.
Rubby begitu enggan melepaskan bibir mungil Khanza, tidak ingin lama-lama, Khanza menggigit bibir Rubby agar pria itu melepaskan tautannya.
Napas Khanza tersengal, ia kehabisan oksigen.
"Tuan, mau buat aku mati," celetuk Khanza setelah tautan itu terlepas.
"Tentu tidak!"
Rubby mengusap lembut bibir Khanza dan mengecupnya sekilas.
"Good night" ucap Rubby.
Sebelum menuju sofa, Rubby menuntun Khanza ke atas kasur. Dan membantu Khanza merebahkan tubuhnya di sana. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh calon istrinya itu.
Setelah itu, ia pun menuju sofa dan tidur di sana. Rubby hanya bisa membolak-balikkan tubuhnya, ia tidak bisa tidur jika tidur di sofa. Bisa gawat kalau ia tidak bisa tidur malam ini.
Akhirnya, ia mengendap-ngendap menuju ranjang. Ia melihat Khanza terlebih dulu, apa gadis itu sudah tidur? Terdengar dengkuran halus, itu artinya Khanza sudah tidur. Akhirnya Rubby bisa tidur satu ranjang dengan Khanza. Pria itu tidur sembari memeluk gadis kecilnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Layung Fatiha
ok
2022-04-24
0
Justme
Merajokk
2022-03-11
0
Nila
lanjuuut 👍👍
2022-03-01
1