Akan tetapi, Rubby menghentikan aksi istrinya.
"Jihan, aku tahu kamu cuma mencoba merayuku agar aku tidak marah 'kan?" Rubby ingat betul, belakangan ini istrinya sering menolaknya.
Mendengar omongan itu, Jihan pun menyadarinya. Ia beranjak dari pangkuan suaminya, tubuhnya juga merasa sangat lelah hari ini. Tanpa melihat ke arah Rubby lagi, Jihan bergegas ke kamar.
Sementara Rubby, pria itu hanya bisa melihat kepergian istrinya. Pikirannya mulai menerawang jauh.
"Mas, Aku janji. Aku tidak akan mengabaikanmu jika nanti aku sudah menjadi model. Izinkan aku ya? Mas 'kan tahu kalau jadi model itu impianku dari dulu." Jihan bergelayut manja ketika sedang merayu suaminya.
Rubby menghela napas sejenak. "Tapi kamu harus janji, keluarga tetap yang utama. Sesibuk apa pun, kamu harus mendahulukan suamimu." Rubby sebenarnya tidak ingin kalau istrinya terjun ke dunia model. Tapi apa boleh dikata, Jihan bersi kukuh ingin menjadi model.
Padahal hidup Jihan sudah enak semenjak menikah dengan Rubby. Jihan hanya berasal dari keluarga biasa, lalu dinikahi oleh Rubby. Hidupnya menjadi bergelimang harta.
"Apa yang kurang dalam hidupmu, Jihan?"
Rubby terkesiap dalam lamunannya, ponselnya berdering. Bayu sang sektretaris menghubunginya.
"Ada apa?" tanya Rubby pada Bayu.
"Kata security ada anak Pak Seno di kantor."
"Ngapain dia malam-malam ada di kantor? Kamu urus, jangan sampai perempuan itu macam-macam." Panggilan pun terputus. Rubby sedang pusing ditambah lagi dengan kelakuan anaknya Seno.
"Perempuan itu maunya apa sih!" Rubby jadi geram sendiri. Karena pusing ia pun ke kamar. Setibanya di sana, ia melihat Jihan sudah tertidur. Rubby pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Jihan.
Rubby melihat wajah istrinya dengan sendu. Betapa ia merindukan sentuhan istrinya. Terakhir mereka melakukan hubungan suami istri mungkin satu bulan yang lalu. Itu juga ia memaksanya. Tapi sekarang, Jihan begitu banyak alasan.
Makin tidak ada harapan bagi Rubby memiliki keturunan.
"Sampai kapan aku menunggumu siap, Jihan? Dunia modelmu sudah melupakan kodratmu sebagai perempuan."
Akhirnya, Rubby pun memilih untuk tidur. Sayang, tidurnya terganggu lagi kali ini. Bayu kembali menghubunginya. Terpaksa Rubby menerima panggilan itu.
"Apa lagi? Masa ngurus bocah begitu saja tidak becus!" Rubby beranjak dari tempat tidur. Terpaksa ia turun tangan sendiri. Sebelum pergi, Rubby melihat kearah istrinya, lalu bergegas pergi. Pergi tak mengganti bajunya terlebih dulu, ia hanya menggunakan piama.
Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, di kantor Rubby sudah terjadi kegaduhan karena adanya Khanza. Gadis itu tidak boleh pulang sebelum berhasil mengeluarkan ayahnya dari kantor polisi. Ibunya Khanza memang kejam, karena ia tak menginginkan anak itu.
Tak lama dari situ, Rubby pun tiba di kantor. Cepat-cepat ia turun dari mobilnya, dan langsung menuju ke pos security. Ia melihat seorang gadis di dalam pos itu tengah duduk dengan kaki menekuk, wajahnya menelusup dikedua lututnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan di kantorku? Apa kamu tidak punya rumah sampai harus bermalam di sini!" Suara Rubby membuat Khanza mendongakkan wajahnya, ia melihat ke arah Rubby.
"Tuan ..." Khanza berlutut di kaki Rubby.
"Apa yang kamu lakukan?" Rubby menggeserkan tubuhnya sedikit menjauh dari Khanza.
Sedangkan Bayu, pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Khanza sangat keras kepala. Rubby melihat kearah Bayu, mengisyaratkan harus diapakan anak ini. Sementara Bayu hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kamu ajak dia ke apartemenku," titah Rubby pada Bayu.
"Tidak, Tuan. Saya kesini hanya untuk bicara dengan, Tuan. Saya mau Anda membebaskan Papa saya," tolak Khanza.
"Ini sudah malam, saya tidak mau ada yang tahu dengan masalah ini." Rubby memang menutup masalah penggelapan uang yang dilakukan Seno. Ia tak ingin kantornya terekspos di media.
"Besok kita bicara, kamu ikut saja dengan Bayu." Setelah mengatakan itu, Rubby pun berlalu. Ia memilih pulang kembali ke rumah.
Tinggal ada Bayu dan Khanza sekarang di kantor pos itu.
"Ayo, Nona. Sebaiknya Anda ikut saya, Tuan Rubby akan menemui Anda di apartemen besok," ajak Bayu.
Tak ada pilihan, Khanza pun ikut dengan Bayu. Bayu sendiri yang mengantar Khanza ke apartemen. Kini mereka sampai di apartemen milik Rubby. Apartemen itu menjadi tempat peristirahatan Rubby, istrinya pun tidak mengetahui dengan apartemen yang dimiliki Rubby.
Khanza pun masuk ke dalam apartemen itu. Lampu belum dinyalakan, Khanza terlihat sangat ketakutan. Tak lama, lampu pun nyala karena Bayu menyalakannya.
"Nona bermalam di sini. Saya harus pulang," kata Bayu.
Khanza menggeleng, ia tak mau sendirian di sini. "Besok bertemu dengan Tuan Rubby di sini. Kalau tidak bermalam di sini jangan harap bisa bertemu dengan Tuan Rubby," ancam Bayu.
Dan akhirnya, Khanza nurut. Apartemennya begitu luas, Khanza merasa takut. Terlihat jelas dari pandangan Bayu.
"Jangan takut, di sini aman! Dari pada di kantor, di sana lebih menyeramkan. Sebaiknya Nona sekarang tidur." Setelah mengatakan itu, Bayu pun undur diri.
Setelah kepergian Bayu, Khanza celingak celinguk memindai tempat yang luas itu. Karena takut, ia buru-buru ke kamar dan naik ke atas kasur. Menarik selimut sampai menutup kepalanya, tak membutuhkan waktu lama bagi Khanza untuk tertidur, karena seharian ini ia begitu lelah. Matanya pun ikut lelah, karena terlalu banyak mengeluarkan air matanya.
Di kediaman Rubby.
Pagi-pagi, Rubby sudah dibuat kesal oleh Jihan. Bagaimana tidak kesal, istrinya itu sedikit bertingkah. Sudah jelas Rubby tidak suka dengan dunia model yang dilakoni Jihan sekarang, tapi Jihan sudah tanda tangan kontrak, mana bisa ia membatalkan pemotretan begitu saja.
"Ini salahmu sendiri, kenapa tidak diskusi denganku tentang ini. Kamu masih menganggapku suamimu tidak?" Napas Rubby sudah tidak beraturan menahan amarah.
Sedangkan Jihan, wanita itu meneteskan air matanya. Baru kali ini suaminya marah dan sampai membentaknya. Bukan tanpa alasan Rubby seperti itu, ia tak suka jika Jihan mengabaikannya.
"Sudah jangan menangis, tapi bukan berarti aku mengizinkanmu untuk pergi! Hari ini aku ada urusan, kamu jangan ke mana-mana." Rubby mencium kening istrinya sebelum pergi.
Ia segera bergegas ke apartemen untuk menemui Khanza. Hanya membutuhkan waktu empat puluh lima menit bagi Rubby sampai di apartemen miliknya. Ia membuka pintunya sendiri tanpa mengganggu Khanza.
Di sana masih terlihat sepi, sudah dipastikan kalau Khanza masih tertidur. Pikir Rubby. Tapi sayang dugaan Rubby salah, Khanza baru saja selesai mandi, bahkan aroma shampo begitu terasa di penciuman Rubby.
Tanpa permisi Rubby membuka pintu kamar yang di tempati Khanza, matanya terbelalak ketika melihat Khanza. Sontak membuat Khanza terkejut dengan kedatangan Rubby yang tiba-tiba.
"Aaaa ...," teriak Khanza.
Rubby hanya bisa menelan salivanya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
sherly
kejam kali ibumu Khanza...
2024-03-08
0
Enung Samsiah
adduuuhh,,, nggk ketuk pintu sih kamu jd ngilerr kaaaann,,,,, eeehh ini judulnya apasih lupa😂😂😂
2023-09-09
0
@InunAnwar
hei... heiii... singa yg kelaparan tanpa sengaja di pancing dg daging segar😅😅😅😅😅
2022-11-17
0