Beberapa menit kemudian, Khanza pun terbangun Ia terkejut mendapati posisinya yang seperti itu, kepalanya tersandar di paha sang majikan. Sontak, Khanza pun langsung beranjak. Ia merasa bibirnya basah dan langsung saja menyentuhnya. Apa itu iler? Tapi bukan, lalu apa?
Sedangkan Rubby, ia tersenyum tipis melihat tingkah gadis polos itu. Tahu Khanza sudah bangun, ia langsung saja mengajaknya pulang. Tapi sesuatu di balik celanya masih belum bisa diajak kompromi. Bagaimana ini? Takut Khanza melihat, Rubby pun belum beranjak dari duduknya.
"Ayo, katanya tadi ngajak pulang. Kok, masih diam di tempat," ujar Khanza.
Tidak mau terlihat, Rubby beranjak dan langsung berjalan cepat ke arah mobil. Sedangkan Khanza, gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sembari berpikir.
"Dia kenapa?" tanyanya pada diri sendiri. Tidak ingin pusing sendiri, ia pun akhirnya menyusul Rubby ke mobil. Khanza langsung saja masuk dan duduk di samping Rubby.
Rubby mengusap pelan bagian intinya. "Tolong! Nurutlah kali ini." Rubby bernegoisasi pada dirinya sendiri. Apa lagi mengingat kejadian barusan, ia semakin menginginkannya.
"Arghh." ia mengumpat sendiri. Mana tahan Rubby dengan ini. Apa lagi masih berdua dengan Khanza, gadis itu sudah berhasil membangkitkan hasratnya. Kenapa ia tak bisa menahannya? Jika dengan Jihan saja ia bisa kenapa dengan gadis ini tidak bisa!
"Ayo jalan, katanya ingin pulang," kata Khanza.
Akhirnya, Rubby mencoba memfokuskan pikirannya pada kendaraannya. Mungkin dengan begitu ia bisa meredam gejolak yang sudah membungbung tinggi.
Dan akhirnya, kepimilikannya melemas sendiri, Rubby menghela napas panjang ia merasa lega. Tiba-tiba, Khanza meminta Rubby berhenti.
"Stop ..."
Ciiittt
Mobil pun berhenti mendadak, sampai terdengar decitan ban yang tergesek dengan aspal.
"Ada apa, Khanza? Kamu membuatku terkejut!" geram Rubby.
"Haus ..." Dengan wajah memelas ia mengucapkan itu.
"Tapi tidak begini juga 'kan ... Apa begitu caramu ketika haus? Sampai membuat orang jantungan! Kalau haus ya tinggal minum. Itukan ada air mineral," ucapnya sembari menuduhkan sebuah botol yang berisikan air minum.
"Bukan itu yang aku mau, aku mau itu." Tunjuk Khanza sambil melirik kearah belakang, di mana di sana ada penjual es kelapa.
Akhirnya Rubby pun turun dan langsung memesan es kelapa dengan kelapa yang utuh.
"Nih." Rubby memberikan kelapa siap di minum itu. Otomatis, gadis itu langsung meminumnya melalui sedotan.
Sayang, Rubby malah fokus pada bibir Khanza yang sedang meminum air kelapa itu. Lagi-lagi, Rubby dibuat tak berdaya oleh gadis bau kencur itu. Bisa-bisa ia gila sendiri jika terlalu lama menahan hasratnya.
"Sudah tidak haus lagi 'kan?" tanya Rubby.
Khanza menggelengkan kepalanya, ia sudah siap untuk pulang kali ini. Rubby kembali fokus pada kemudinya, kali ini ia mempercepat laju mobilnya. Ia kira Khanza akan takut, tapi nyatanya tidak. Gadis itu malah terlihat senang di ajak kebut-kebutan.
"Wanita aneh." Rubby dibuat geleng-geleng kepala. Ia ingin segera sampai di rumah, ingin segera mengguyur tubuhnya yang terasa panas sejak tadi. Suruh siapa dia mencium gadis itu? Yang sudah jelas pasti berujung demikian.
Akhirnya mereka sampai di apartemen. Rubby buru-buru masuk kamar dan bergegas ke kamar mandi. Khanza sedikit heran, apa dia kebelet? Pikirnya.
Sedangkan Khanza ia memilih untuk menunggu Rubby dari kamar mandi, tubuhnya juga sudah mulai lengket tak karuan. Kebut-kebutan tadi membuat ia sedikit tegang dan berakhir keringatan.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga, setelah Rubby benar-benar keluar dari kamar, Khanza pun akhirnya masuk ke dalam kamar. Sudah kaya kamar mandi umum, mereka mengantri jika akan menggunakan kamar mandinya.
Ketika Khanza sedang mandi, Rubby membuat teh untuknya sendiri. Pria itu sudah berhasil mengilangkan rasa inginnya. Khanza seperti memiliki magnet, gadis itu memiliki ketertarikan sendiri bagi Rubby. Rasanya berbeda ketika melihat Jihan istrinya.
Sore-sore sudah disuguhkan pemandangan yang menguji iman, Khanza keluar dari kamar hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhnya, rambutnya yang basah masih menyisakan air yang berjatuhan dari helaian rambutnya.
Tentu itu tak luput dari pendangan Rubby, Rubby yang sedang menyeruput tehnya tak sengaja melihat Khanza keluar dari kamar.
"Khanza ... Kenapa kamu menguji imanku?" ucap Rubby sendiri.
Khanza asyik sendiri di ruang tamu, dengan santai ia mengambul baju yang ada dalam tasnya yang ia simpan di sudut sofa. Gadis itu tak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Selesai mengambil baju, Khanza kembali ke kamar, ia memakai bajunya di sana.
Hari mulai gelap, selesai memakai baju Khanza mulai bergelut di dapur. Ia menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Sedangkan Rubby, pria itu tengah fokus pada layar di laptopnya. Mempersiapkan untuk bahan meeting besok.
Bayu meminta izin tidak masuk untuk hari besok, ia mulai sibuk dengan acara pernikahan yang akan di gelar dua minggu lagi. Mau tak mau Rubby turun tangan sendiri.
Ia mendengar keributan di dapur, spatula dan penggorengan yang bersentuhan menimbulkan suara. Penasaran akan hal itu, Rubby menutup laptop dan menghampiri Khanza. Ia melihat tubuh Khanza dari belakang, kaki jenjang milik Khanza sangat terexpos di mata Rubby.
Baju yang dikenakan Khanza adalah baju piama berwarna merah dengan model celana yang sangat pendek, kulit putih, mulus, tentu membuat Rubby kembali bergejolak. Duh ... Sampai kapan Rubby menahan godaan yang menguji iman itu?
Lama-lama begini terus, bisa-bisa gadis itu jadi terkamannya. Sadar akan keberadaan Rubby, Khanza langsung membalikkan tubuhnya. Tanpa rasa curiga apa pun pada pria dewasa itu.
"Apa Tuan sudah lapar?" tanya Khanza kemudian. Yang ditanya malah melamun, entah apa yang dipikirkan pria dewasa itu.
"Tuan," panggil Khanza. Rubby langsung terkesiap dari lamunannya. "Tuan mikirin apa? Tuan kangen ya pada istri, Tuan?" duga Khanza.
Rubby tidak merespons pertanyaan yang berbau Jihan, ia sudah pasrah dengan istrinya. Wanita itu tak lagi nurut padanya, ia putuskan terserah Jihan mau diapakan pernikahannya itu.
Rubby langsung saja duduk di kursi meja makan, sedangkan Khanza, gadis itu langsung menyiapkan piring karena masakannya sudah jadi. Selesai menyiapkan piring, Khanza ikut duduk dan makan bersama dengan Rubby. Tak ada lagi rasa canggung dari diri Khanza, pria dewasa yang kini tengah bersamanya mulai menghangat, tidak cara sewaktu pertama kali bertemu.
Mereka makan berdua dengan khidmad, Rubby begitu menyukai masakan Khanza. Ada pepatah yang mengatakan, jika seorang wanita mampu memberikan kenikmatan yang dimulai dari perut maka dari situ akan tumbuh rasa yang lain. Apa itu akan terjadi pada Rubby?
Khanza si gadis polos telah menciptakan sesuatu pada Rubby yang belum mereka sadari bersama. Rasa nyaman dan tenang mulai Rubby rasakan bersama Khanza, bukan dengan istrinya.
Selesai makan, Khanza seperti biasa dengan aktivitas selanjutnya, yaitu mencuci piring. Rubby hanya memperhatikan gestur tubuh Khanza dari belakang. Melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepala, apa yang membuat Rubby seperti itu? Sedangkan tubuh Jihan jauh lebih mempesona ketibang Khanza.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Buat Gt
ini sebenarnya yg mana majikannya thor? 🤣🤣
2022-10-15
0
Layung Fatiha
ok
2022-04-23
0
Justme
😂😂
2022-03-11
0