...Happy Reading Para reader 🥰...
"Apa kau tidak memiliki handphone untuk menelpon ku saat sudah sampai?" Tanya Satria tiba-tiba saat Firda baru saja masuk keruangannya.
Satria menyuruh tangan kanannya membawa Firda keruangan khusus miliknya, jika ia membawa ke ruangan ayahnya entah apa jadinya, yaps walaupun Satria tahu saat ini ayahnya telah mengetahuinya.
"Hey Polisi menyebalkan! Aku mana tahu jika akan terjadi hal seperti ini!!"
"Kau tetap salah disini!!"
"Jadi aku harus diam saat harga diriku di injak-injak?" Tanya Firda dengan emosi.
"Sejak kapan kau mempermasalahkan harga diri? Jika kau lupa, kau juga sudah ku beli!! Memangnya itu bisa di sebut apa?" Tanya Satria santai.
"Kau memang menyebalkan! Kau membeliku dari tempat hina itu bukan berarti kau boleh menghinaku di tempatmu Tuan Satria!" Firda meletakan paper bag berisi makanan di hadapan Satria dengan kasar, ia juga langsung pergi keluar ruangan berniat untuk pulang.
"****!" Kenapa rasanya Satria sedang kesal pada dirinya sendiri, apa karena barusan ia mengeluarkan kata-kata tak baik pada gadis itu? Ah sejak kapan ia peduli?
Saat berada di lantai dasar, banyak pasang mata yang melihat Firda karena wajahnya yang sangat kacau, selama di lip, ia hanya bisa menangis dan menangis, kenapa semudah itu semua orang merendahkannya? Apakah karena ia berasal dari keluarga yang tidak kaya? Pikir Firda.
Diperjalanan Firda hanya diam setelah mengatakan alamat tujuannya pada salah supir. Ia melupakan rasa laparnya akibat terlalu lelah untuk hari ini, niatnya ia ingin makan bersama dengan polisi menyebalkan itu, namun polisi itu yang merusaknya.
"Ayah Aku merindukanmu!" Gumam Firda sambil menatap jalanan kota yang cukup ramai siang ini, ia hanya menatap mereka dengan sendu apalagi saat tak sengaja matanya melihat sosok anak kecil perempuan yang sedang di gendong oleh sang ayahnya.
Selama dua puluh menit lamanya akhirnya ia sampai di apartemen yang kini menjadi tempat tinggalnya, ia turun tak lupa membayar taksi tersebut, jika kalian bertanya dari mana Firda memiliki uang? Jawabannya Firda juga tidak tahu! Karena, di tas miliknya sudah ada uang yang banyak, dan Firda yakin Polisi itu sengaja menyimpannya sejak Firda tinggal di apartemennya.
Sesampainya di apartemen, Firda langsung masuk dan langsung menuju dapur untuk memasak makanan instan, lebih tepatnya ia memasak mie instan yang sudah tersedia di laci.
Tak sengaja Firda menatap minuman pereda nyeri di meja pemberian polisi menyebalkan itu hari kemarin. Firda langsung meraihnya dan membuangnya di tong sampah akibat terlalu kesal.
Ia juga melanjutkan acara memasak mie instan siang ini.
"Akhirnya selesai juga, perutku sudah sangat lapar!" Firda langsung meletakan makanannya di meja disusul dengan ia yang membawa Snack yang cocok dipadukan dengan mie instan buatannya.
Ia juga menaburkan bubuk cabai yang cukup banyak dan membuat mienya berubah warna menjadi merah.
Dengan sekejap Firda melupakan kekesalannya akibat makanan menggiurkan didepannya. Ia langsung melahap makanan yang menguji imannya didepan.
Tanpa Firda tahu diseberang sana terdapat sosok laki-laki yang mengepalkan tangannya erat melihat tingkah gadis di layar monitornya ini. Ia kesal karena obat pemberiannya di buang begitu saja, dan ia juga kesal kenapa gadis ini suka sekali makan pedas, apakah itu tidak membahayakan perutnya yang kecil itu? Siapa lagi kalau bukan Satria.
"Awas saja kau akan kuberi pelajaran! Pertama kau tidak menghargai pemberianku, dan yang kedua kau berani-beraninya memakan makanan gila itu!" Gumam Satria.
Ia langsung mematikan layar tabnya dan langsung melanjutkan pekerjaannya yang tertunda akibat gadis itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Secepat inikah waktu? Pikir Firda saat melihat keadaan diluar gelap, ia ketiduran saat sore tadi selepas menonton TV, dan ia malah terbangun pukul 7 malam, untuk saja belum terlalu larut, ia harus bergegas mandi.
Akhirnya ia langsung berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket.
Setalah selesai, Firda langsung pergi ke dapur untuk memasak makanan malamnya.
"Hari ini kegiatanku hanya masak makan masak makan tidakkah ada hal yang lebih menyenangkan?" Pikir Firda saat sedang berkutat dengan alat-alat didapur.
Awhh…
Firda memegangi perutnya yang terasa nyeri sekali, ah sial sekali ia hari ini, kenapa juga harus membuang obat pereda tadi ke tempat sampah? Benar-benar menyebalkan.
Dengan cepat-cepat ia langsung menyelesaikan masakannya agar tidak menunda waktu. Firda langsung meletakan masakannya di meja, untung saja ia hanya masak omlet hari malam ini, jadi tidak terlalu lama.
Ia memakan omletnya sambil menekuk bagian perutnya agar tidak terasa nyeri yang amat sakit, ia juga dengan cepat mengunyah makanan yang ia buat itu agar cepat habis, niatnya ia akan tidur lebih awal.
Kaki Firda dengan gontai ia arahkan ke kamarnya, namun entah kesialan apa lagi, ia harus kembali ke ruang utama saat mendengar Bel apartemen berbunyi.
"CK… siapa sih yang datang di situasi seperti ini? Tak tahu apa orang lagi kesakitan begini?" Beginilah mungkin jika seseorang sedang mengali datang bulan, segala sesuatu ia salahkan yang seharusnya tidak ia salahkan.
Ceklek…
Firda membuka pintunya dengan lebar dan hendak memarahi siapa yang telah datang, namun niatnya ia urungkan saat melihat siapa yang kini ada didepannya.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Firda datar.
"Sejak kapan kamu tinggal disini?" Alih-alih menjawab pertanyaan Firda seseorang didepannya malah bertanya balik.
"Bukan urusanmu Rangga!" Yaps seseorang yang datang adalah Rangga sang mantan kekasih.
Dengan gerakan cepat Rangga mendorong tubuh Firda kedalam dan langsung menutup pintu apartemen dengan cepat serta menguncinya.
Firda yang tak siapa di dorong langsung terjatuh begitu saja di lantai. Ia meringis pelan saat rasa diperutnya menjalar dan ditambah bokongnya yang sakit akibat dorongan dari Rangga.
"KAMU APA-APAAN SIH?" tanya Firda marah, ia hendak bangun tapi Rangga yang semakin mendekat kearahnya membuat nyalinya sedikit menciut.
"Aku cinta sama kamu Firda! Kamu gak ngerti?" Tanya Rangga lembut, namun Firda yang mendengarnya langsung bergidik ngeri mendengar intonasinya.
Firda terus mundur saat Rangga yang terus mendekat dengan perlahan.
"JANGAN MENDEKAT!!" Peringat Firda.
"Shuttt!!! Jangan berteriak Sayang!!! Gak ada yang bisa dengar kamu!!" Ucap Rangga yang langsung berjongkok di hadapan Firda.
PLAK…
Dengan tanpa perasaan Firda menampar wajah laki-laki didepannya di itu. Rangga yang mulai kesal pun langsung menggendong Firda dan ia banting ke sofa di apartemennya.
"Awhhss…" Firda merasa sakit dimana-mana sekarang.
"Please Kamu mau apa jangan ganggu aku hiks!"
Rangga langsung membelai wajah Firda yang semakin ketakutan itu dengan lembut.
"Sttttt… Don't cry baby!!" Kini Rangga sudah ada di atas mengungkung tubuh Firda yang kecil itu.
Kali ini Firda benar-benar takut dengan laki-laki didepannya ini.
"Bagaimana kalau aku buat kamu kayak Ansela aja? Biar kamu juga jadi milik Aku sayang!!" Tutur Rangga.
"BRENGSEK!!! AKU GAK SUDII!!" Teriak Firda.
"Jangan berteriak didepanku sayang! Atau malam ini kau benar-benar jadi milikku seutuhnya!" Tangis Firda semakin keras saat ini, ia takut! Benar-benar takut!!!
"Aku akan membuat kamu seperti Ansela!" Ucap Rangga ditelinga Firda.
UDAH DULU YA!!! KALAU MAU LANJUT COBA KOMENTAR DIBAWAH 😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments