Sintia melihat sendiri apa yang terjadi dengan Davendra, memang diluar dugaan, terlalu mengejutkan untuk di percaya, meskipun dia sudah membuktikan bahwa kekuatan lelaki itu tidaklah normal.
Batu besar yang dilemparkan oleh salah satu murid khusus dari guru beladiri klan harimau api, ditangkap Davendra tanpa kesulitan, dan memang semua itu secara sengaja atas perintah oleh Guan Hou sendiri.
Tidak ada tanggapan apa pun mengenai tindakan Guan Hou yang mencoba mencelakakan Davendra, karena sedikit hati, Sintia merasa penasaran atas kekuatan lelaki itu.
"Bagaimana ?, Apa kau mau bertarung dengan murid ku."
"Apa untungnya untuk ku, sedangkan jika aku bertarung, aku bisa saja terluka." Davendra secara terang-terangan menolaknya.
"Aku pastikan kau tidak akan terluka, ya... Paling tidak hanya goresan sedikit."
Davendra tidak percaya dengan ucapan Guan Hou, dari cara dia bicara dan semua sikap yang dia tunjukan, ada banyak alasan untuk merasa ragu.
"Tetap saja, aku tidak mendapatkan apa pun dalam pertarungan ini."
"Sebenarnya aku tidak bisa memaksa mu."
"Kalau begitu aku akan pergi." Berjalan Davendra.
"Tapi ...."
"Tapi apa lagi tuan Guan Hou ?." Kembali dia bertanya.
"Aku bisa memberikan beberapa hadiah jika kau mengalahkan murid ku, itu jika kau mau dan bisa mengalahkannya." Ditegaskan oleh Guan Hou bahwa Davendra belum tentu mampu.
Sedikit hati Davendra merasa kesal, melihat sikap Guan Hou yang seenaknya sendiri dan menganggap bahwa dia adalah orang lemah.
Meski Davendra tidak merasa yakin untuk bertarung melawan orang lain, tapi sudah cukup dia mendengar penghinaan itu hingga membuatnya marah.
"Baiklah....." Jawab Davendra.
Saat Guan Hou memberi sebuah keinginan untuk mengajak Davendra bertarung dan ada keinginan untuk diterima olehnya, barulah Sintia datang mendekat.
"Tuan Guan Hou, maaf jika aku memotong."
"Silakan nona Sintia." Berubah raut wajah Guan Hou yang kini tersenyum lebar di hadapan Sintia.
Secara langsung Sintia menghadap kepada Davendra, menyaksikan sendiri kalau lelaki ini memang berniat menerima keinginan untuk bertarung.
"Nona ada apa ?." Bertanya Davendra karena ingin tahu alasan Sintia.
"Apa kau yakin akan mampu bertarung melawan murid Guan Hou."
"Tidak." Singkat saja jawaban itu.
"Jadi kenapa kau berani menerima tantangan ini."
"Soal mampu atau tidak, itu urusan ke dua puluh sembilan, tapi keinginan untuk menampar wajah lelaki buntal ini, sudah tidak bisa ditahan lagi." Bisik Davendra mengatakannya.
Seakan paham dengan alasan Davendra, bahkan dia sendiri sudah cukup muak dan ingin memukul Guan Hou karena cara dia tersenyum membuatnya jijik.
Dan sekarang Sintia mencoba bicara kepada Guan Hou tentang Davendra, bagiamana pun lelaki yang kini sebagai penjaganya sangatlah di rugikan.
"Aku rasa ini memang tidak adil, aku cukup mengenal Davendra, dia memang memiliki kekuatan fisik yang sangat luar biasa, tapi dalam pertarungan energi, seorang ahli beladiri jauh lebih diuntungkan." Sintia pun memberi pendapat mengenai tindakan Guan Hou.
"Kalau nona memang tidak berkenan, maka..."
"Tunggu, bukan aku tidak mau melihat pertarungan Davendra, tapi aku hanya minta satu hal, tidak ada yang menggunakan serangan energi, bagaimana ?." Ada sedikit rasa penasaran dari Sintia.
"Aku rasa itu cukup adil, tapi karena fisik Davendra sangat kuat, paling tidak aku hanya memerintahkan kepada mereka agar menggunakan peningkat kekuatan saja."
"Itu cukup adil, baiklah kita mulai pertarungannya." Sintia pun setuju.
*******
Tidak ada peraturan yang saling memberatkan dari masing-masing pihak, dimana Davendra nyatanya sebagai amatir dan tidak memiliki kekuatan energi.
Sehingga lawan yang akan menghadapi Davendra, hanya dibatasi untuk menggunakan kekuatan energi sebagai peningkatan tubuh saja.
Orang yang menjadi lawan untuk Davendra adalah Suryo, salah satu murid khusus Guan Hou dari luar klan harimau api, tentu dia bukan sembarangan.
Memiliki kekuatan sebagai lord di atas surga membuat Suryo diakui sebagai bakat terbaik di kota Batavia, ditambah lagi dengan menjadi murid Guan Hou, tentu banyak penguasa wilayah menginginkan lelaki itu bekerja untuk mereka.
"Boleh aku minta satu hal." Ucap Davendra sebelum mulai bertarung.
"Apa itu ?." Balas Guan Hou.
"Jika aku bisa menang, boleh aku menampar wajahmu satu kali." Itu yang Davendra minta.
"Baiklah, tapi jika kau bisa menang, jika bisa, kalau tidak maka maaf saja." Sekali lagi ucapan Guan Hou meremehkan.
Davendra menjadi lebih bersemangat, dan mulai mempersiapkan diri memasang kuda-kuda meski pun itu terlihat aneh.
"Apa kau benar-benar yakin bisa menang melawan ku, kuda-kuda saja seperti orang mau buang hajat." Berkata Suryo merasa tidak yakin untuk bertarung.
"Ini teknik kuda yang memang sedang mules." Balas Davendra sejadinya alasan, padahal memang dia tidak tahu apa pun.
"Terserah kau saja."
Lelaki itu memiliki tubuh tinggi di atas Davendra, Suryo jelas sudah melakukan latihan fisik berat, terlihat dari ototnya cukup berisi, bahkan mungkin dia adalah orang yang melempar batu sebelumnya.
Satu langkah membawa Suryo dalam gerakan cepat datang menuju Davendra, kepalan tangan melesat lurus tepat di depan kepala.
Refleks Davendra cepat menghindar, dibalas sebuah pukulan dari bawah ke tangan Suryo, tubuh yang jauh lebih kecil itu memiliki ruang gerak lebih saat berhadapan dengan sosok besar.
Tapi jelas Suryo memiliki pengalaman bertarung lebih banyak dari pada Davendra, sedangkan dirinya hanya tahu beberapa hari belakangan saat baru terbangun.
Saat dua pukulan saling bertemu, dentuman keras terdengar, seakan itu adalah dua besi saling berbenturan, tidak ada yang mau mengalah, hingga tanah pijakan kaki pun retak.
"Apa benar kau tidak memiliki kekuatan energi." Suryo merasa ada yang aneh saat merasakan pukulan Davendra.
"Memangnya itu hal yang aneh, entah aku punya atau tidak, selama kekuatanku bisa mengalahkan mu tentu tidak jadi masalah." Jawab Davendra seperti apa adanya.
"Untuk orang yang tidak bernilai seperti mu, kau cukup banyak bicara."
"Aku sekedar menjawab apa yang kau tanyakan, tidak salah kan ?."
"Tapi jika kau menganggap dengan kekuatan tubuh saja bisa mengalahkan ku, maka itu salah." Ada niat lain di wajah Suryo.
Secara tiba-tiba mata Suryo menyala merah, aliran energi mulai menyebar ke setiap bagian tubuh, memperkuat otot dan memberi tekanan besar kepada siapa pun.
Davendra bisa merasakan secara langsung perubahan di tubuh Suryo, karena yang dia gunakan itu adalah kemampuan pengolahan energi sebagai bentuk peningkatan kekuatan fisik.
Tanpa kekuatan energi dia sudahlah sangat kuat, dan kini dia masih menambahkan peningkatan fisik, jelas Davendra ragu untuk mengalahkan lelaki ini.
Gerakan Suryo semakin cepat dan ganas, tapi bukan berarti dia bisa mengalahkan Davendra dengan mudah, karena saat pukulan melayang ke perut.
Tubuh Davendra terdorong mundur untuk beberapa langkah, meski dia menerima secara telak, tidak ada luka yang berbekas.
Suryo melihat tangannya yang gemetar dan berkata.... "Apa kau benar-benar Manusia biasa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
xiao ciee
bukannya Sintia sudah pernah melepaskan pedang ke kulit davendra dan kekuatan dari Askar pun sampai menghancurkan batu admantium hitam
2024-01-11
0
Pendekar
Suryo kelai terus adu kekuatan
2022-01-25
0
Izzi Daka
🤣🤣🤣🤣 baru denger jurus kuda mules 😂😂😂
2021-12-21
0