"Aku tidak yakin jika lelaki yang dibawa oleh nona Sintia bisa menggunakan kemampuan beladiri."
"Tidak perlu mengatakan apa pun, kau sendiri baru kemarin datang untuk menjadi pengikut klan harimau api dan sudah bernai mengomentari orang lain."
"Paling tidak selama aku ada di sini, sudah banyak hal yang aku pelajari."
"Ini baru hari ke tiga, apa yang memang kau tahu."
"Cara memasak air."
"Kau dianggap tidak berguna menjadi manusia, jika tidak bisa memasak air."
"Tapi setidaknya, aku cukup yakin bahwa dia tidak lebih baik daripada aku ini."
Selagi mereka berdua saling berbincang, keras terdengar sebuah gemuruh hingga siapa pun harus terkejut ketika tahu bahwa lelaki itu menghancurkan dinding besar yang sangat kokoh.
Siapa pun tahu bahwa dinding pembatas wilayah kediaman keluarga harimau api luar biasa kuat, itu terbuat dari batu adamantium hitam yang mampu menahan serangan monster berkekuatan tinggi.
Tapi itu dihancurkan dengan mudah oleh lelaki yang bahkan bingung cara memakai pedang, tersenyum bodoh, kemudian membuang pedang di tangan, karena takut disalahkan karena dinding itu hancur olehnya.
"Jadi apa kau pikir kau masih lebih baik dari dia."
"Maafkan aku, aku harus pergi untuk memasak air."
"Lakukan pekerjaanmu dengan baik, jangan sampai gosong."
Ada lebih dari seratus orang pengikut keluarga harimau api yang sedang berlatih dan ada pula seratus pasang mata yang menyaksikan kekuatan Davendra.
Menolak percaya, tapi semua terjadi di depan mata, secara langsung dan dirasakan getaran itu pun memang ada, semua orang terkejut. Hanya dia, dia yang melakukannya, dan dia yang masih kebingungan sendiri.
Salman mengangguk patuh secara perlahan, dia tersenyum penuh makna yang di saksikan oleh Sintia ketika memandang ke arah sang Ayah.
"Dia bukan tidak memiliki kekuatan, tapi dia belum bisa mengatur kekuatannya."
"Jadi kenapa aku tidak merasakan apa pun dari aura Davendra."
"Aura lelaki itu terkunci, hanya saat pikirannya memberi perintah untuk menggunakan kekuatan, barulah energi dari dalam tubuh mulai menyebar."
"Lantas ayah seberapa kuat dia sebenarnya."
"Aku juga masih belum sepenuhnya yakin, tapi kemungkinan besar dia adalah seorang lord alam raja."
(Di dalam cerita ini, kita tetap menggunakan tingkatan yang sama seperti dunia dibalik batas, dan mungkin lupa tingkatan-tingkatan dalam kekuatan Dunia di balik batas.
lord di bawah surga
lord di atas surga
lord yang nyata (di tukar)
lord alam raja
lord alam kaisar
lord alam guru / master
lord alam monarch
lord alam setengah saint
lord alam saint suci
lord awal keabadian
lord keabadian tertinggi
Dewa sejati awal
....... Dan masih dirahasiakan.
Sintia kini merasa paham, kenapa kakaknya itu menginginkan Davendra untuk di bawa ke kediaman keluarga, tapi itu belum membuatnya lepas dari rasa terkejut.
"Itu mustahil, jika kekuatannya setara lord alam raja, dia bisa saja menjadi salah satu penguasa wilayah kota." Sintia tentu tidak membayangkan bagiamana lelaki itu menjadi sosok diluar dugaan.
"Mungkin itu sebabnya Zenzou sangat berhati-hati untuk menjamin bahwa lelaki ini tidak memiliki niat jahat."
"Bagaimana jika memang ternyata Davendra adalah penyusup dari kerajaan lain, dan mencoba membunuh raja kota sehingga bisa berkuasa."
"Sintia imajinasi mu itu buruk sekali, ya... Semoga saja tidak ada masalah dengan Davendra."
Memang tidak salah kewaspadaan raja kota terhadap Davendra, dia jelas bisa melihat aura kuat yang keluar dari tubuh lelaki asing, dan akan sangat berbahaya jika orang seperti ini memasuki kota.
Meski pun saat ini semua orang yang melihat Davendra, mereka tidak takut atau kagum, melainkan bingung, bagaimana lelaki sekuat dirinya bersikap bodoh, atau mungkin dia hanya berpura-pura bodoh.
Tapi Sintia berjalan mendekat dan mengambil pedang yang dilemparkan oleh Davendra, tidak ada satu trik pun untuk sebuah serangan dari pedang biasa.
Bahkan saat Sintia mencoba menggunakan satu serangan, itu hanya sebuah hembusan angin sedikit kencang, namun sepoi-sepoi mengibas rambut disekitar mereka.
Kerusakan dinding itu memanglah berasal dari kekuatan Davendra, bahkan cukup yakin tidak dia keluarkan sedikit pun energi di dalam tubuhnya.
"Davendra, bagaimana kau melakukannya." Ucap Sintia yang mengacungkan mata pedang kembali kearah kepala Davendra.
"Nona tolong jangan bermain-main dengan pedang, berbahaya, seseorang bisa tewas karena pedang itu." Davendra jelas saja gugup karena melihat wajah Sintia.
"Selama kau tahu apa yang harus dilakukan, tentu pedang ini tidak akan berbahaya, semua tergantung siapa uang menggunakannya."
"Itu ada benarnya, tapi bukankah ekspresi nona seperti ingin membunuh seseorang."
"Ya aku hanya penasaran, apa dengan pedang ini bisa membunuhmu Davendra."
"Cara nona bercanda tidak lucu."
"Aku tidak sedang bercanda."
Seketika itu, Sintia mengayunkan pedang di tangan dalam kecepatan tinggi, melesat maju ke depan, kemampuan wanita ini seakan tidak bisa di ikuti oleh mata biasa.
Dan ketika pedang Sintia menyentuh kulit Davendra, suara keras seperti membentur sebuah besi terdengar nyaring, mata pedangnya pun bergetar kuat kemudian patah.
"Ini tidak mungkin..." Kembali Sintia terkejut.
Dia mengakui kepada dirinya sendiri, kemampuan dalam menggunakan senjata sangatlah kuat, bahkan bisa memotong besi jika dia lakukan ketika mengontrol konsentrasi energinya.
Melihat tangan Davendra, tidak ada satu goresan di kulitnya, seakan pedang yang di gunakan hanya sebuah kertas dan tidak berarti apa pun kepada tubuh itu.
"Nah apa kau pernah berlatih ilmu beladiri atau pengolahan energi Davendra."
"Apa nona sedang bercanda."
"Kenapa kau selalu anggap aku sedang bercanda."
"Sudah aku katakan, aku sendiri tidak tahu namaku, dan aku disini pun tidak tahu asal-usul ku, jadi jika nona bertanya, aku harus menjawab apa ?."
"Baiklah, baiklah, tapi tunggu.... Jika kau terbangun di luar kota ini, apa kau tidak bertemu dengan binatang iblis."
"Tidak... Dan juga apa itu binatang iblis."
"Mereka adalah makhluk di luar ras manusia yang tidak memiliki akal pikiran dan biasanya berkaki empat, ada ekornya pula."
"Apa ekor manusia juga termasuk ?.... Hmmm Aku melihat mereka, tapi tidak berbahaya."
"Hmmm kau cukup beruntung."
"Aku bisa membanggakan keberuntunganku, tapi binatang-binatang iblis yang aku temui hanya sebatas kadal pasir, ular berkepala tujuh, dan seekor kalajengking merah." Askar tidak menganggap itu berbahaya.
"Harusnya kau tahu, jika binatang iblis itu sangat kuat.... Pantas saja sewaktu aku kembali banyak mayat binatang iblis berserakan."
"Mereka memang mencoba menyerang ku, jadi aku pukul binatang-binatang itu."
"Dan kau melakukannya dengan tangan kosong, padahal kulit kalajengking merah jauh lebih keras dari batu adamantium."
"Apa itu aneh ?." Dengan polosnya Davendra bertanya.
"Harusnya itu tidak aneh, jika kau adalah seorang penguasa atau ahli beladiri tingkat lord alam raja."
"Memang sejak awal nona anggap aku ini apa."
"Orang gila yang berlari telan*jang dan mengajakku berjabat tangan."
"Sungguh ironis sekali hidupku ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Mr. Dirg Ant
Lucu ada juga ya
2022-11-29
3
Mr. Dirg Ant
Hahaha
2022-11-29
0
♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-05-20
0