Tentu Davendra tidak mengakui bahwa dia dengan sengaja, secara sadar tanpa paksaan dari pihak mana pun, melihat bagian dalam hitam berenda-renda milik pelayan itu bukanlah kesalahannya.
Tapi secara tiba-tiba ada yang berbeda dari tubuh wanita itu, meski Davendra tidak bisa melihat, ada perasaan aneh dimana udara di sekitarnya menjadi lebih berat.
"Berani-beraninya kau melihat pakaian dalam ku." Dipenuhi aura membunuh yang kental dua pisau dikeluarkan kembali.
"Hei... Aku tidak bersalah soal itu, kau sendiri yang memperlihatkannya, jadi apa boleh buat." Davendra tentu membela diri.
Sepintas dirasakan tekanan semakin kuat, memaksa tubuh Davendra untuk diam, secara normal, siapa pun orang yang memiliki kekuatan di bawahnya tidak akan bisa bergerak.
Tapi Davendra bukanlah orang normal, meski tidak dirasakan jika dia memiliki kekuatan, tekanan aura dari pelayan itu tidak berpengaruh terhadapnya.
Dan secara ajaib dari balik baju itu, dia mengeluarkan delapan bilah pisau yang tersimpan entah dimana, hanya saja tindakannya jelas ingin membunuh Davendra.
Melempar semua pisau di tangan, melesat cepat dan tepat ke arah Davendra, seketika itu pandangan matanya terfokus, satu pisau dia tangkap, bergerak lincah menangkis tanpa ada satu pun terlewat.
"Nona jika memang kau marah, aku sungguh tidak paham, tapi aku minta maaf kalau memang ada yang salah." Davendra jelas mencoba meluruskan masalah ini.
"Kau tidak perlu memahami kenapa aku marah, terima saja dan segera mati." Hanya saja dijawab olehnya dengan emosi yang meluap-luap.
"Oh maaf, itu tidak bisa aku lakukan." Balas Davendra dengan singkat.
Sekali lagi, serangan datang dalam kecepatan tinggi dan teknik lincah dari wanita pelayan itu, Davendra pun bersiap melawan.
Hanya saja sekilas ada perasaan aneh yang terlintas dalam benak Davendra, dimana pisau di tangan pelayan itu, mengeluarkan serpihan-serpihan cahaya panas.
"Mati kau." Teriaknya dengan keras.
Sekerumunan orang mulai berdatangan karena mendengar teriakan dari pelayan wanita satu ini, termasuk Sintia dan Salman, keduanya dengan cepat bergerak untuk menahan gerakan pisau.
Serpihan cahaya di pisau meledak menghasilkan gelombang kejut dan melempar orang-orang disekitar yang masih belum memiliki kekuatan cukup.
"Asmi berhenti, jangan serang dia." Tegas perintah salman yang mengehentikan langkah pelayan itu sebelum serangannya bersarang di tubuh Davendra.
"Tapi tuan dia sudah mencuri makanan kita dan .... dan... dan...." Ragu-ragu pelayan bernama Asmi itu menceritakan kejadian lain.
"Biarkan saja, itu bukan hal penting." Dianggap Salman begitu.
"Aku merasa dinodai olehnya." Begitu jelas semua orang mendengar tuduhan dari Asmi.
Sekilas pandangan mata semua orang tertuju kepadanya, tapi yang benar-benar dirasakan oleh Davendra adalah tatapan Sintia.
Jika sebelumnya Sintia menunjukan kerumitan seakan melihat orang gila, kini tergambar dari raut wajah wanita cantik itu, Davendra tidak lebih seonggok kotoran kerbau yang terjatuh di depan mata.
"Apa aku boleh memberikan pembelaan." Terangkat tangan Davendra mencoba bicara.
"Diam kau, sudah salah masih tidak mau mengakuinya, lepas saja benda yang ada di bawah perutmu itu."
"Ehhh ... Itu permintaan yang sulit."
"Baru beberapa saat kau pergi, dan kau sudah melakukan tindakan tidak senonoh kepada wanita." Di tambah pula tanggapan dari Sintia.
"Aku tidak melakukan apa pun kepada Asmo...."
"Jangan asal sebut nama ku, salah pula."
"Amso...?."
"Tidak ada O disana."
"As... msi."
"Kelebihan S."
"Ah... Atmi."
"Sejak kapan aku berganti nama."
"Sumarni."
"Kenapa jauh sekali..... Aku Asmi, ingat jangan sampai salah."
Ancam Asmi yang menodongkan pisau di depan hidung Davendra, Salman tentu waspada jika Asmi mencoba melepaskan hidung itu.
"Baiklah baiklah, dia mengerti, jadi turunkan pisau mu Asmi." Salman khawatir.
Asmi memalingkan wajah, seakan mencoba tidak perduli, tapi secara langsung, lelaki bernama Davendra itu membuat masalah.
"Tuan Salman, siapa lelaki ini kenapa dia ada di klan Harimau api." Dengan nada suara tinggi Asmi bertanya.
"Ceritanya panjang...."
"Apanya yang panjang, aku baru datang beberapa saat lalu." Gumam Davendra merasa aneh.
"Tolong di persingkat, aku sedang memasak air takut jika itu gosong."
Kedatangan Salman membuat Davendra lega, sebagai kepala keluarga dia mencoba mengatasi masalah agar tidak terjadi masalah yang lebih lanjut.
"Dia adalah Davendra..." Disebut namanya.
"Aku sudah tahu." Terlihat kemarahan Asmi tidak berkurang.
Tidak perduli siapa, bahkan seorang kepala keluarga yang menjadi tuannya itu, ikut kena semprot Asmi, dan Salman sendiri seakan tidak berani melawan pelayannya itu.
Davendra menarik satu orang, dia tentu mempertanyakan status Asmi yang menjadi pelayan, namun kemampuan menggunakan pisau sangat ahli, jika dia hanya orang biasa itu tidak mungkin.
"Kakak, boleh aku bertanya." Ucap Davendra cukup sopan.
"Apa itu." Dia pun tidak menolak.
"Bagaimana menurutmu tentang Asmi."
"Hmmm dia cantik, semok, molek, demplon, aduhai, dan ...." Itu yang dia jawab atas pertanyaan darinya.
"Ya itu ada benarnya, tapi bukan itu yang aku tanyakan, jika dengan kemampuan Asmi, bukankah dia tidak pantas untuk menjadi seorang pelayan." Tentu Davendra merasa penasaran.
"Ceritanya panjang...." Terhembus nafas lelah bahkan sebelum dia bercerita.
"Kenapa semua orang ingin menceritakan dengan panjang, apa tidak ada versi sinopsis yang bisa diucapkan secara ringkas."
"Kau terlalu banyak meminta."
"Maafkan aku kalau begitu."
"Jadi begini...."
Lelaki itu mulai bercerita tentang Asmi, dimana sejak awal memang dia bukanlah seorang pelayan atau pembantu di kediaman klan harimau api.
Seorang ahli beladiri, penerus perguruan beladiri pedang delapan Matahari, dia sangat terkenal di kota kerajaan Margasura, dimana letaknya cukup jauh dari kota Batavia.
Tapi sebuah kejadian pernah menimpa keluarga Asmi, kedua orang tua, saudara-saudaranya, seluruh orang yang hidup di dalam rumah tempat tinggal Asmi dibantai habis oleh pembunuh bayaran.
Hanya tersisa dirinya sendiri, hidup sebatang kara, tanpa saudara atau kerabat lagi, dan melakukan perjalanan demi mencari pembunuh keluarganya itu.
Dan suatu ketika, dia pun bertemu dengan orang yang dicarinya, hanya saja, perbandingan kekuatan antara Asmi dan si pembunuh bayaran itu sangatlah jauh.
Meski bisa bertahan hidup untuk kabur, nyawa Asmi hampir lunas, tapi jika saat itu Salman tidak bertemu dan membawanya ke kediaman klan harimau api, dipastikan dia sudah tewas.
Untuk membalas kebaikan Salman itulah, Asmi bekerja dan menjadi pengikut klan harimau api, dia mengabdikan diri untuk membantu pekerjaan rumah, dan itu di terima oleh Salman, semua orang mengakui kemampuan bertarung yang dia punya.
Meski begitu Asmi tidak ingin mengajarkan tentang keahlian pedang milik keluarga delapan Matahari kepada orang lain.
Karena dia tidak berhak atas kemampuan itu, sampai membalas dendam terhadap orang yang membunuh keluarganya.
"Apa kau mengerti..." Akhir cerita yang lelaki tidak dikenal itu katakan.
"Ya sedikit." Balas Davendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Teguh Santoso
lumayan ada kocaknya juga
judul lainya apa thor? yg kamu tulis biar tak baca semua
2024-05-13
0
Kangee
ahahahaha 🤣
2024-03-12
0
Indah Hidayat
si mc agak tolol tapi kok tiba2 cetdas kalau lihat selakangan wnt.
2023-01-23
2