Davendra tidak tahu kenapa ada raja kota di rumah tempat tinggal, Sintia, sedangkan dimana ayahnya itu berada.
Karena orang-orang disekitar mereka, hanya para pengawal, pelayan-pelayan yang berlalu lalang membawakan makanan kecil, dan sisanya seorang tukang sapu.
"Loh, bukankah raja kota tinggal di rumah mewah di sana." Ucap Davendra bingung sembari menunjuk ke arah luar.
"Tidak bukan begitu, raja kota sedang berkunjung kemari."
"Oh begitu."
Sosok raja kota jelas menunjukan kewibawaan dengan aura tekanan kuat seperti mengintimidasi ke arah Davendra.
Saat melihat jika lelaki yang dibawa oleh Sintia terlalu santai, bahkan tidak menunjukan sopan santun untuk membungkuk dihadapan orang penting sekelas raja.
"Nona Sintia, siapa lelaki yang anda bawa ini, aku merasa jika sikapnya cukup unik." Sebuah kiasan tajam menyindir soal Davendra.
"Maafkan aku tuan Zenzou, dia adalah orang yang aku bawa dari luar, namanya adalah Davendra."
"Pantas saja dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, tapi... Bukankah para penjaga perbatasan tidak memperbolehkan orang luar untuk masuk."
"Aku memintanya tuan, aku bertanggung jawab atas setiap tindakan Davendra._
"Kenapa kau begitu perduli dengan lelaki ini."
"Karena dia sudah menyelamatkan ku dari kejaran naga hitam."
"Baiklah aku mengerti, selama kau bisa menjaganya aku rasa cukup menjanjikan, benar begitu tuan Salman." Kini tatapan mata Zenzou diarahkan kepada tukang sapu yang sibuk membersihkan sisa-sisa makanan di lantai.
Cukup patuh dia mengangguk, tersenyum lepas dan sangat sopan, siapa pun hampir tidak perduli dengan kehadiran tukang sapu itu disini.
Tapi bagaimana cara Raja kota bertanya, tentu sesosok yang tidak ada penting-pentingnya sama sekali itu, cukup disegani oleh Zenzou dengan panggilan 'Tuan'.
"Itu benar tuan Zenzou, putriku cukup pandai menilai seseorang, dia tidak akan salah membawa lelaki masuk ke dalam kota."
"Hanya saja, kondisi kota Batavia sedang banyak masalah, ada musuh yang bersembunyi, dan segala hal mengenai tindakan keluar masuk kota sangat dibatasi."
"Tentu kami mengerti, jangan khawatir, aku sendiri menjamin jika Sintia tidaklah membawa masuk seorang penjahat."
Nyatanya lelaki tua kurus yang baru saja di sebutkan namanya oleh Zenzou adalah ayah dari Sintia, sang kepala keluarga harimau api.
.
Sangat jelas tersirat di wajah Davendra, bahwa orang yang dianggapnya tukang sapu karena sejak awal dia membersihkan lantai dari sisa-sisa makanan, memiliki status yang berbeda.
"Aku baru sadar bahwa penampilan bisa menipu seseorang." Gumam Davendra sendirian.
Sintia bingung dengan apa yang dia ucapkan sebelumnya, tapi tidak perlulah untuk bertanya, sebab kehadiran Zenzou sang raja kota jauh lebih penting.
Sedangkan Zenzou masih penasaran apa yang membuat Sintia membawanya, tentu hanya sekedar menyelamatkan nyawa, memberi sedikit uang itu lebih dari cukup.
Tapi karena kesibukan menunggu Zenzou, dia segera beranjak pergi dari kediaman harimau api dan kembali ke rumah besar sebagai tempatnya tinggal.
Hanya tersisa Salman, Sintia, Davendra dan para pelayan yang mulai membersihkan meja setelah Zenzou pergi.
"Dan ayah, kakak Seui meminta untuk Davendra bekerja di kediaman kita." Ucap Sintia.
"Oh, jadi Seui sudah melihat lelaki ini." Lelaki tua bernama Salman mulai mengangguk-anggukan kepala perlahan.
"Jadi bagiamana menurut ayah."
"Jika memang Seui mengatakan hal itu, apa yang harus di pikiran, berikan saja pekerjaan yang bisa dia lakukan."
"Masalahnya aku sendiri tidak tahu apa yang bisa dia lakukan, selain berbicara seenaknya sendiri."
Davendra melihat Salman berjalan mendekatinya, meski pun dia tampak seperti lelaki tua yang kurus, tapi ada perasaan tidak nyaman saat dirasakan sesuatu dari dalam tubuhnya.
Tidak tahu apa itu, hanya saja tekanan yang dia rasakan oleh Davendra, jauh lebih lemah dari pada milik naga hitam Vonnir, bahkan jika harus dibandingkan, Salman tidak lebih seperti ujung kaki Vonnir.
Dilihat Davendra olehnya, dari kepala hingga kaki penuh perhatian, saat satu tepukan di pundak Davendra, mata Salman segera terbuka lebar.
Merasa aneh dengan tangannya sendiri dan di tepukkan kembali ke pundak Davendra, ekspresi rumit yang Salman tunjukan, seakan menggambarkan kenapa Seui meminta lelaki ini untuk bekerja di kediaman harimau api.
"Jadi apa yang bisa kau lakukan Davendra."
"Aku tidak tahu."
"Kenapa kau tidak tahu, memang selama hidupmu apa yang sudah kau lakukan."
"Itu pun aku juga tidak tahu."
"Bagaimana bisa ?."
"Aku baru terbangun beberapa hari yang lalu, tanpa satu pun ingatan tentang nama atau tujuanku di tempat ini."
Salman kembali mengangguk-anggukan kepala, entah apa yang dia pikirkan itu, tapi dia sendiri merasa tertarik untuk mengetahui siapa sebenarnya Davendra.
"Kau ikut aku." Dibawanya Davendra ke luar ruangan dan bertujuan ke tempat pelatihan bagi para pengikut harimau api.
Ada banyak orang yang berkumpul di sana untuk berlatih, tapi karena kehadiran Salman itu, semuanya menyingkir dan berbaris rapi memberi penghormatan.
"Tuan Salman selamat datang." Dengan kompak mereka semua memberi sambutan.
"Baiklah, baiklah, kalian lanjutkan latihan, kau hanya ingin meminjam satu tempat saja untuk orang ini." Di tunjuk Salman kepada Davendra yang masih bingung kenapa dia dibawa ke tempat latihan.
Salman memanggil seseorang, dengan sebuah isyarat dan gerakan tubuh Salman memberi perintah agar dia membawakan senjata untuknya.
Entah orang itu paham atau tidak, tapi dengan tepat dia membawakan sesuatu berupa pedang panjang seperti yang dinginkan oleh Salman.
Davendra mendekat ke orang yang membawa pedang itu, dan bertanya... "Aku terkejut kau bisa tahu apa yang diperagakan oleh pak tua ini."
"Itu cukup mudah, karena tuan Salman hanya hanya memiliki dua cara untuk memperagakan sesuatu."
"Oh apa itu."
"Jika tuan Salman mengangkat satu tangan dengan telapak di atas, kemudian memutar-mutar tangan satunya, itu artinya dia ingin minum kopi."
"Tapi tadi tuan Salman hanya membuka dua tangan untuk menunjukan benda panjang."
"Itu artinya tuan Salman meminta pedang."
"Kalau nyatanya dia ingin sapu."
"Beda lagi gerakannya."
Entah apa tujuan dari pembicaraan mereka yang memperagakan orang menyapu, meski pun Salman tidak perduli, karena memang seperti itulah cara dia meminta sesuatu.
"Anda sangat hebat bisa tahu makna setiap gerakan yang abstrak dari tuan salman." Davendra mengacungkan satu jempol kepada pesuruh itu.
"Ya itu karena aku sudah bekerja disini cukup lama." Sedikit ditunjukan senyum sombong karena Davendra merasa kagum untuk keahlian uniknya.
Salman menyerahkan pedang kepada Davendra, dia pun bingung dengan apa yang diinginkan dari pedang di tangannya itu, selagi menunjuk ke arah lain.
"Sekarang aku ingin lihat apa yang bisa kau lakukan." Perintah Salman untuk Davendra menyerang boneka latihan.
"Aku tidak pernah melakukan ini."
"Cepat lakukan saja, aku hanya ingin tahu apa kau cukup hebat dalam bermain pedang."
"Baiklah." Mau tidak mau Davendra pun melakukannya.
Tapi dicoba Davendra melepaskan satu serangan, dia tidak bisa mengukur seberapa besar kekuatan yang harus digunakan, hingga dinding kokoh dibelakang boneka latihan ikut terbelah dan hancur berantakan.
Davendra terkejut, dan juga bingung, dia merasa takut jika perbuatannya ini akan menjadi masalah, karena tidak menyangka, hanya dengan satu kekuatan kecil mampu merusak dinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Pendekar
coba kekuatan hancur tembok itu
2022-01-25
1
Muslimin
terlalu kuat
2022-01-13
2
Hampry Ratukore
lanjut
2021-09-14
0