Kemampuan Asmi jelas bukan itu saja, karena apa yang dia gunakan untuk memotong tubuh badak berkulit hitam, hanya sebagian kecil dari ilmu pedang delapan Matahari.
Bahkan menurut informasi yang Davendra ketahui, jika ilmu pedang milik keluarga Asmi menjadi salah satu teknik kuno dimana sudah ada sejak awal penciptaan.
Hanya saja....
"Sungguh disayangkan ilmu pedang yang nona miliki hanya digunakan untuk memotong daging badak." Ucap Davendra dengan sedikit terkagum melihat setiap gerakan Asmi.
"Ini sudah menjadi tugasku, meskipun seperti perkataan mu, karena tidak ada yang bisa di potong, jadi mau bagaimana lagi, kecuali...." Sedikit lirikan mata Asmi tertuju jelas ke arah Davendra untuk sebuah niat lain.
"Kenapa kau melihatku seperti itu nona." Davendra jelas merasa terganggu.
"Siapa tahu kau mau menawarkan diri untuk aku potong." Itu makna yang ada di balik pandangan mata Asmi.
"Tolong jangan bercanda."
"Padahal aku tidak sedang bercanda."
Meski keahlian dalam hal potong memotong Asmi tidak diragukan lagi, hanya saja untuk masak memasak, jangan berharap lebih dari sekedar masak air.
Jika bukan karena untuk membalas budi dari Salman yang menyelamatkan nyawanya, Asmi tentu tidak akan menetap di kota Batavia ini.
Perjalanan mencari Warsono, seorang pembunuh bayaran yang membantai habis semua keluarganya, Asmi rela mengorbankan segala hal demi membalas dendam.
Tapi sungguh sangat disayangkan, kemampuannya masih jauh dari kata mampu untuk mengalahkan Warsono dalam pertarungan.
Satu kesempatan Asmi bertemu dengan lelaki itu, dan julukan sebagai pembunuh bayaran terkuat di wilayah barat benua Nusantara memang tidak dibantahkan.
Sampai hari ini, alasan Asmi terus melatih ilmu pedang delapan Matahari mencapai tahap kesempurnaan adalah untuk dia gunakan saat melawan Warsono.
Davendra pun beranjak pergi dari dapur, hari ini nona Sintia tidak keluar kamar, dia sedang berlatih bersama para pengikut klan harimau api lainnya.
Karena menang tidak ada kerjaan selain menemani Sintia, sedangkan wanita itu ada di tempat latihan, Davendra pun hadir untuk melihat secara langsung apa yang dilakukan oleh mereka.
Ada lebih dari lima ratus orang pengikut klan Harimau api dan mereka semua berasal dari berbagai macam kalangan, entah kaya atau pun miskin, dari anak muda hingga yang tua.
Tujuan semua orang hanya satu hal, mencari nama besar dari klan harimau api, mereka yang bisa masuk sebagai pengikut, tentu tidak secara cuma-cuma.
Banyak hal bisa menjadi keuntungan, salah satunya pandangan di masyarakat kepada mereka pun akan berubah, memiliki status sosial yang lebih baik, perlindungan langsung dari klan harimau api, atau mempermudah dalam mencari jodoh.
Hanya saja Davendra tidak menyukai guru yang menjadi pengajar di klan ini, guru Guan Hou, seorang ahli beladiri setingkat lord alam raja, bertubuh gemuk besar, rambut panjang dan membawa pipa pembuangan asap di mulutnya.
Sebagian besar waktu Guan Hou hanya duduk di kursi dan memberi perintah kepada semua orang untuk mengikuti setiap ajaran darinya.
"Hei kau kuda-kuda mu salah, terlalu lemah, tekan energimu ke bagian paha." Teriaknya dengan menuding pipa pembuangan asap ke salah satu orang.
Memang benar apa yang dia ajarkan, setiap perintah darinya bertujuan memperbaiki kesalahan-kesalahan sebagai bentuk dari latihan di klan harimau api.
"Perhatikan apa yang nona Sintia lakukan, kalian para lelaki harusnya malu jika kalah dengan wanita." Tegas Guan Hou memaki orang lain menggunakan tatapan tajam.
"Baik tuan." Jawab semua orang dengan kompak.
Tapi berbeda saat bicara dengan Sintia, dia tersenyum seperti orang bodoh, sambil berkata ... "Benar begitu nona Sintia."
Davendra melihat sendiri bagaimana guru Guan Hou itu bicara dihadapan Sintia atau orang-orang penting di klan harimau api dengan mencari muka, padahal muka yang dia miliki sudah lebih dari cukup.
Tidak ada yang salah dari tindakan Guan Hou, karena dia sendiri mencari aman agar tetap menjadi pelatih tanpa ada masalah, dan bisa saja mendapat kenaikan gaji dari caranya bersikap.
Mungkin dia lebih pantas mendapat julukan sebagai pendekar menjilat.
"Hei bocah, kau terlalu dekat, pergi... jangan mengganggu waktu latihan." Guan Hou mengusir Davendra.
"Tuan, ini cukup jauh, hampir tidak mungkin pukulan mereka sampai ke tempatku berdiri." Balas Davendra yang tidak menyukai cara orang buntal ini bicara.
"Lihat dirimu, aku tidak bisa merasakan kekuatan apa pun di tubuhmu, jika saja.... maaf ini, maaf, bukan aku menghina, tapi maaf... Kau bisa saja terluka karena merasakan energi orang-orang ku." Itu tidak terdengar jika dia perhatian kepada Davendra.
Lebih seperti sebuah ucapan yang jelas ditunjukan untuk menghina Davendra, dan terdengar lebih lembut meski pun maknanya sangat menyakitkan.
"Tidak apa-apa, aku ingin melihat dan jika aku terluka ini resiko untukku." Balas Davendra dengan tersenyum seperti biasa.
"Aku sudah memberikan kau peringatan, jika terjadi sesuatu jangan salahkan aku." Dari mana pun itu seperti sebuah ancaman bagi Davendra.
Guan Hou berbalik pergi, dari cara dia melihat kepada murid-muridnya itu, ada sedikit anggukan yang menjadi tanda akan perintah tanpa sepengetahuan Davendra.
Nyatanya memang terjadi suatu kejadian, dimana sebuah bongkahan batu besar melayang dan mengarah tepat ke lokasi Davendra berdiri.
"Bocah awas...." Teriak Guan Hou memberi peringatan kepada Davendra.
Siapa yang menyangka, dia yang tidak memiliki kekuatan energi di dalam tubuh, secara terang-terangan mengangkat tangan untuk menangkap bongkahan batu dihadapannya.
Sebuah batu setinggi tubuh manusia dan biasa mereka gunakan sebagai alas melatih pukulan, beratnya mungkin sekitar 10 ton, dan itu benar-benar batu, bukan klepon atau pun apem.
Mereka mau tidak percaya tapi dilihatnya jelas, hampir mustahil bagi orang tanpa kekuatan selamat, tapi Davendra berhasil menghentikan batu itu.
Terlihat ekspresi terkejut di wajah Guan Hou sembari menunjuk kearah Davendra...."Bagaimana bisa kau...."
"Tuan kenapa kau melihatku aneh begitu." Bertanya Davendra dengan wajah polos.
"Ya jelas saja...." Balasnya dengan teriakan.
"Tapi aku merasa lebih aneh kenapa ada sebuah batu yang jatuh ke tempatku setelah anda memberi peringatan." Davendra cukup sengit membalas perkataan Guan Hou.
"Apa kau menyembunyikan kekuatan mu." Sebuah pertanyaan yang memang menjadi tanda tanya besar bagi siapa pun.
Karena bagi Guan Hou, Davendra memang memiliki kemungkinan secara sengaja menyembunyikan kekuatannya agar tidak mencolok, atau pun pura-pura bodoh.
"Tidak juga, ini hanya karena aku memiliki sedikit kekuatan lebih, hanya sedikit." Davendra mencoba merendah diri.
"Kau sedang meremehkan ku." Entah dari mana asal pemikiran Guan Hou.
"Aku tidak sedang meremehkan siapa pun, maaf jika aku hanya mengganggu." Davendra pun berniat untuk pergi.
"Tunggu kau bocah." Panggilnya kembali.
Berbalik Davendra dan menanggapi panggilan Guan Hou.. "Apa yang ingin anda bicara tuan."
"Aku ingin tahu seberapa besar kekuatan tubuhmu itu."
"Dengan cara apa."
"Pertarungan." Singkat jawaban Guan Hou tapi berdampak besar untuk Davendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Teguh Santoso
up
2024-05-13
0
Mr. Dirg Ant
Hahaha.... Ini pernah aku ucapkan.
2022-11-29
0
Pendekar
mau diuji kekuatannya
2022-01-25
0