Keadaan sepertinya tidak berpihak kepada Davendra, sebilah senjata panjang, runcing dan tajam mengarah tepat di depan mata.
Lima penjaga perbatasan antara wilayah luar dan kota Batavia tidak membiarkan Davendra pergi begitu saja.
Sembari mengangkat tangan, Davendra tidak tahu dari mana dia akan menjelaskan tentang kejadian yang dialaminya sejak membuka mata.
Dan dalam keadaan yang sulit itu, Davendra dibawa masuk kedalam ruang jeruji besi.
"Tuan tolong dengarkan aku, aku kemari tidak tahu harus berbuat apa, bahkan aku hanya mengingatkan kejadian beberapa hari kemarin, bagaimana mungkin aku bisa menjawab semua pertanyaanmu."
"Anak muda, kau tidak berada dalam posisi aman, disini kami yang bertanya, jika kau tidak bisa menjawab, maka tidak ada kesempatan untukmu beralasan."
Melihat bagaimana penampilan lelaki yang mencoba masuk kedalam kota, tanpa identitas, tanpa tujuan, dan tanpa pakaian layak, tentu membuat mereka curiga.
Kain perca usang, dekil dan bau itu hanya satu-satunya yang dia gunakan untuk sekedar membungkus aset pribadi agar tidak di umbar ke muka publik.
Tapi dari penampilan seperti gembel itulah, Davendra berada dalam masalah, dikelilingi oleh lima penjaga yang bertanya tentang banyak hal, Davendra tidak bisa menjelaskan.
Sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keamanan wilayah perbatasan, mereka berlima tidak bisa membiarkan siapa pun lewat begitu saja.
"Tuan tolong berikan keringanan, jika ada yang bisa aku lakukan, maka katakan saja." Pinta Davendra karena tidak ada hal lain yang harus dia lakukan.
Memasuki kota manusia, mencari tahu tentang dirinya sendiri dan memperbanyak informasi dari kehidupan.
Davendra tidak bisa berbuat banyak, selain memohon keringanan, sedangkan harta satu-satunya yang dia miliki hanya selembar kain perca untuk menutupi tubuh itu.
Tapi siapa sangka, selagi Davendra mencoba memohon, sesosok wanita yang baru saja datang membuatnya terkejut.
"Tuan aku ingin masuk kedalam." Ucapnya sembari mengeluarkan sebuah plat kayu merah dengan ukiran simbol Harimau ditengah-tengah.
"Baik nona." Para penjaga seakan patuh untuk membiarkan wanita itu pergi.
Raut wajah sayu, tatapan mata lembut, bentuk hidung, rambut lurus, bibir merah tipis dan alis melengkung, semua itu jelas di ingat oleh Davendra.
Jika wanita satu ini bukan lain adalah orang yang sebelumnya dikejar dan berniat dijadikan makanan oleh naga hitam.
Entah kebetulan atau tidak, tujuan gadis itu sendiri adalah untuk datang ke kota Batavia, hanya saja Davendra lebih dulu datang karena bantuan dari Vonnir.
"Kau..." Davendra menujuk ke arah wanita itu penuh kejutan.... "Siapa yah."
Mendengar suara yang tertuju kepada dirinya, wanita itu segera berbalik dan mengarahkan pandangan kepada Davendra.
Wajah terkejut jelas terlihat, karena dia pun baru menyadari jika lelaki di dalam ruang khusus sebagai penjara, ditempati oleh lelaki yang dia temui ditengah-tengah Padang rumput.
"Kau juga siapa sebenarnya ?, kenapa ada disini, aku pikir aku sudah di telan oleh naga hitam itu."
"Tidak, tidak, aku tidak sampai ditelan."
"Tapi kenapa kau ada disini."
"Itu dia yang aku pertanyaan, aku berniat masuk ke dalam kota, namun para penjaga menahan ku."
Seakan tahu apa yang terjadi kepada lelaki itu, dia menujukan gelengan kepala perlahan.
"Jika kau mau masuk kedalam kota, kau harus memiliki tanda pengenal, aku yakin kau tidak memilikinya."
"Aku tidak akan bertanya namaku, kalau aku memiliki tanda pengenal." Gumam Davendra merasa lemas.
"Kalau begitu ada urusan apa kau mau memasuki kota."
"Aku ingin mencari informasi tentang diriku ini."
"Jadi kau benar-benar hilang ingatan."
"Bisakah kau membantuku nona." Ucap Davendra dengan sedikit memohon.
Permintaan dari lelaki itu cukup membuatnya ragu, mengingat apa yang terjadi beberapa hari kemarin, tanpa kedatangan lelaki satu ini, bisa dipastikan dia tidak akan selamat.
Meskipun naga hitam itu bisa saja mengejarnya, tapi entah kenapa dirinya berhasil lolos dan sampai di kota Batavia.
"Baiklah, aku akan membantumu." Ucapnya dengan tersenyum cerah.
"Terimakasih nona, oh iya sekarang aku bernama Davendra." Balas dengan perkenalan yang menang belum keduanya lakukan .
"Oh, nama yang bagus."
"Aku merasa itu masih lebih baik dari pada Joko, Parb atau SBY." Gumam Davendra mengingat perkataan Vonnir.
"Kalau begitu, aku Sintia."
Kini Davendra mengenal siapa nama sosok wanita ini, sebuah pertemuan yang menang tidak disangka-sangka, bahwa Sintia bisa memberi bantuan untuknya.
Alasan Sintia memang sangat wajar, biar pun pertolongan Davendra saat itu bukanlah sesuatu yang disengaja, tapi karena dia Sintia bisa menyelamatkan diri.
Sekedar memberi bantuan agar lelaki satu ini masuk kedalam kota Batavia atas tanggung jawab nama keluarganya bukankah sebuah masalah besar.
Berbicara kepada para penjaga perbatasan, Sintia melakukan negosiasi, walau ruangan yang ditempati oleh Davendra berbeda, kepekaan terhadap suara pembicaraan mereka terdengar jelas.
"Tidak nona, kami melakukan tugas ini karena keamanan kota Batavia sangatlah penting, ditambah lagi beberapa Minggu ini, ada banyak kejahatan yang datang dari luar."
"Aku adalah putri dari klan harimau api, nama keluargaku menjadi penanggung jawab untuk lelaki itu."
"Tetap saja, ini sulit, dia lelaki tanpa identitas, tidak tahu asal usulnya, dan lihat penampilan seperti orang gila itu, orang lain pun akan mencurigainya."
"Tenang saja, aku pastikan akan lebih terlihat pantas jika menggunakan pakaian yang layak."
"Kau membuatku sulit nona."
"Jangan buat ini sulit." Sebuah kantong dikeluarkan, dan meletakkan tiga koin oleh Sintia diatas meja penjaga itu.
Sedikit lirikan mata menujukan minat untuk apa yang ditawarkan oleh Sintia, jelas uang adalah pelancar segala urusan.
"Maaf nona aku tidak menerima sogokan dalam bentuk apa pun." Masih kuat pendirian penjaga walau jumlah yang Sintia berikan bisa menghidupi keluarganya sampai tiga bulan.
Tapi Sintia pun paham, dan menambahkan dua koin kristal energi, tanpa ragu tangan penjaga pun dengan sigap, cepat dan tanggap mengambil keputusan.
"Baiklah nona, tapi ingat, jika ada suatu kejadian yang melibatkan lelaki bernama Davendra itu, kami akan memanggil anda dan kepala klan sebagai bentuk pertanggungjawaban."
"Aku mengerti, jadi jangan khawatir."
Kembali kepada Davendra....
Semua yang didengarkan tentu membuatnya senang, bagaimana pun juga dia tidak perlu melakukan tindakan nekad atau menawarkan diri demi memasuki kota Batavia.
Para penjaga lain mengeluarkan Askar dari kurungan, walau Sintia tidak menujukan ekspresi senang, karena harga yang harus dia keluarkan tidaklah murah.
Lima koin kristal energi yang memang memiliki nominal sangat besar untuk melepaskan Davendra, meski begitu hutang budi karena menyelamatkan dirinya dari naga hitam sangatlah berarti.
"Nona terimakasih atas bantuan anda." Ucap Davendra dengan sopan.
"Sudahlah lupakan itu, sebaiknya kau mencari pakaian yang layak, agar tidak membuatku malu karena dianggap membawa orang gila." Balas Sintia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
DEWA HAREM
.....
2022-02-15
3
Pendekar
ayo cari pakaian
2022-01-25
0
senja
keknya Dave bakal bikin rusuh, wkwk
2022-01-13
0