Davendra bagun lebih pagi dari biasanya, suasana dingin, kabut tipis dan semilir angin berhembus lembut, tentu akan membuat siapa pun betah membenamkan diri ke dalam selimut.
Matahari belum terbit, ayam jago pun belum berkokok, tapi Davendra melangkah keluar sebelum matahari terbit untuk membangunkan para manusia dari tidur mereka.
"Apa aku bangun terlalu pagi..." Gumam Davendra selagi meregangkan otot-otot tubuh yang kaku.
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya, berjalan pergi menuju lapangan tempat pelatihan para pengikut klan, meski di saat sekarang semua orang masih belum terlihat adanya manusia.
Tapi tidak lama kemudian, sebuah suara angin berdengung datang, tidak jauh dari tempat Davendra berdiri dan terdengar samar-samar.
Kabut yang menghalangi pandangan mata membawa Davendra semakin mendekati arah suara dengungan angin itu, nyatanya bukan suatu fenomena alam.
Dimana sesosok bayangan menari-nari dengan setiap gerakan indah dan begitu piawai dalam memainkan sebuah tongkat ditangannya.
Dan perlahan angin menyingkirkan kabut disekitar Davendra.
Hingga sosok bayangan itu adalah Asmi, dia menampakan diri dengan sebilah pedang yang diayunkan oleh tangan, menebas angin, gerakan teratur, cepat dan konsisten.
Langkah demi langkah tampak selaras, dia melatih diri dengan gaya permainan seni pedang penuh konsentrasi, meski terlihat menawan, nyatanya itu adalah teknik pedang terkenal sangat kuat.
Teknik pedang Delapan Matahari.
Selama ini, Asmi yang siapa pun kira hanya bertugas di belakang dapur, tapi sebelum semua orang terbangun dari tidur mereka, Asmi sudah terjaga dan berlatih di sini.
Setelah selesai Asmi melatih gerakan terakhir, Davendra barulah berani mendekat, ya dia tidak ingin salah langkah akan membuat kepalanya terpotong.
"Siapa di sana." Ucap Asmi yang baru menyadari akan kehadiran orang lain.
Wajah Davendra yang tersenyum bodoh dengan dua tangan diangkat pun muncul... "Nona ini aku Davendra."
"Kenapa kau datang kemari." Ucapan Asmi menunjukan sikap waspada.
"Sekedar berjalan-jalan dan siapa sangka mendengar suara anda sedang berlatih, aku pun datang untuk melihat." Davendra menjawab dengan santai.
Meski ada sedikit ketidaknyamanan Asmi karena Davendra mengganggu waktunya dalam berlatih, tapi itu tidak sampai menunjukan niat membunuh.
Ditambah lagi pedang di tangan Asmi jelas bukan pedang biasa, seperti yang orang lain gunakan, kilauan pedang perak bersimbol matahari, adalah senjata pusaka keluarganya.
"Aku tidak tahu jika nona selalu berlatih sendirian seperti sekarang."
"Ini tidaklah aneh, orang lain pun tahu jika aku sering berlatih sewaktu subuh." Jawab Asmi.
"Tapi bukankah berlatih sendirian tidak menyenangkan."
"Aku tidak tahu apa maksudmu, sampai sekarang aku berlatih sendirian dan bukan masalah besar." Terlihat jelas dia memang menjaga jarak untuk beberapa alasan.
Davendra memikirkan hal lain, ketika melihat Asmi mulai membenahi pedang pusaka keluarganya ke dalam sebuah sarung kain putih.
Meskipun sedikit ragu apa dia akan menanggapi perkataannya, karena jelas Asmi tidak terlalu perduli mengenai urusan orang lain.
"Nona apa kau bisa mengajariku tentang beberapa hal mengenai ilmu beladiri." Ucap Davendra dengan meminta.
"Kenapa kau memintaku, bukankah kau sudah cukup kuat dalam bertarung."
"Aku tidak yakin dengan hal itu, aku hanya bisa menghindar dan asal pukul saja, soal keahlian beladiri .... Aku benar-benar tidak tahu apa pun." Davendra mengakui itu.
"Apa kau sedang bercanda." Teriak Asmi dengan ekspresi wajah terkejut.
"Aku tidak merasa perkataan ku ini membuat orang akan tertawa." Lemas Davendra membalas.
"Saat itu aku merasakannya sendiri, gerakan mu saat menghindar dan menangkis semua serangan ku bukanlah sebuah keberuntungan dari seorang amatir." Itu yang menjadi keanehan bagi Asmi.
"Tapi aku tidak yakin, jika itu bisa dikatakan sebagai teknik beladiri."
Entah jika pernyataan Asmi adalah berunjuk kepada dirinya sebelum hilang ingatan, sedangkan saat ini, Davendra hanya orang yang memiliki sedikit kekuatan lebih dan refleks cepat.
Tanpa mempelajari ilmu beladiri, dia tidak akan memiliki kekuatan saat harus berhadapan dengan orang yang jauh diatasnya, ditambah lagi saat lawan adalah seorang ahli.
"Baiklah... Tapi apa kau sudah bisa membangkitkan kekuatan energi." Bertanya Asmi.
"Kekuatan energi apa itu." Tapi dibalas Davendra dengan pertanyaan lain.
Dari ungkapan Davendra membuatnya benar-benar terkejut, apa yang ada di dalam pikiran Asmi adalah sejak pertarungan di hari kemarin, lelaki ini tidak menggunakan kekuatan energi.
"Jadi kau mau bilang, kau tidak tahu apa pun tentang kekuatan energi."
"Ya begitulah." Santai Davendra menjawab.
"Kau itu manusia kan ?."
"Apa dari kemarin aku ini seekor kambing." Sedikit tersinggung untuk pertanyaan Asmi.
"Bukan begitu, jika sejak awal kau tidak pernah menggunakan pengendalian energi, lantas darimana semua kekuatan mu." Tentu Asmi merasa aneh dengan lelaki satu ini.
"Sejak aku terbangun, aku kehilangan semua ingatan, jadi aku tidak tahu harus menjawab apa."
Asmi sejenak terdiam, dia menunjukan ekspresi serius dengan mata fokus kepada Davendra, semua kejadian yang berhubungan dengan lelaki satu ini tidak bisa Asmi terima begitu saja.
"Baiklah.... aku ingin lihat seberapa kuat kau jika sudah menguasai pengendalian energi."
Menerima permintaan Davendra untuk memberinya sedikit pelatihan, dimana energi adalah satu faktor yang menentukan kekuatan seseorang.
Sebagai dasar dari semua kekuatan yang dimiliki oleh ras manusia, tentu tanpa mampu mengolah energi, ras manusia mustahil bisa selamat dalam perlawanan terhadap binatang iblis.
"Kau duduk ...." Perintah Asmi kepada Davendra.
Mengikuti apa yang dia inginkan, Davendra mengambil posisi bersila, diikuti oleh Asmi dimana duduk tepat saling bertatapan satu sama lain.
Asmi mengambil tangan Davendra, digenggamnya erat dan mulai memejamkan mata, konsentrasi penuh membuat dirinya fokus tanpa mengeluarkan satu pun suara.
Perasaan hangat mulai memasuki tubuh Davendra, menyebar dari ujung tangan semakin dalam ke sebuah tempat di tengah-tengah dada, Asmi secara sengaja memancing energi milik Davendra untuk keluar.
Ini menjadi cara yang lebih efektif untuk mengetahui apa di dalam tubuhnya memiliki kekuatan atau tidak, walau dia sendiri tidak mau percaya bahwa Davendra masih belum menggunakan pengolahan energi.
Dan tidak berselang lama, Asmi pun membuka matanya, aliran energi hangat itu perlahan pudar, tapi wajah rumit yang dia tunjukan lebih membuat Davendra penasaran.
"Jadi bagiamana nona." Bertanya Davendra selagi ragu dengan ekspresi di wajah Asmi.
"Apa kau benar-benar manusia." Hanya pertanyaan itu yang dia ucapkan.
"Apa ada yang salah denganku."
"Ya bukan hanya salah, tapi kau sangatlah aneh." Jelas saja ungkapan Asmi terdengar menghina.
"Aneh seperti apa."
"Kau memiliki jalur energi di dalam tubuhmu tapi aku tidak bisa merasakan aliran itu." Itu jawaban yang Davendra dapat.
"Artinya ?."
"Jika pun kau belajar mengolah energi, tapi kau tidak akan bisa menggunakannya." Sebuah kenyataan yang memang baru diketahui oleh Davendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
DEWA HAREM
...
2022-02-16
0
Pendekar
ngobrol ama Asmi sesudah Asmi latihan
2022-01-25
0
Muslimin
teruskan
2022-01-13
0