Salman berjalan mendekat kepada Davendra, secara sadar bahwa lelaki ini memang bukan sembarangan, walau jika ada yang melihat, tentu mereka akan ragu saat dikatakan bahwa dia sangat kuat.
Lebih memilih jika mereka menganggap bahwa Davendra adalah seorang ahli penyamaran yang mencoba berpura-pura bodoh, padahal dia tidak sedang menyamar, itu terasa jauh lebih realistis.
Meskipun itu artinya dia hanya orang bodoh yang menyamar sebagai orang bodoh.
Tapi ini akan menjadi keuntungan bagi klan harimau api jika bisa mendapat potensi bakat ahli beladiri seperti Davendra.
Persaingan antara tiga klan besar lain di kota Batavia tentu saling menjatuhkan satu sama lain, jika Salman sampai kehilangan orang-orang kuat dari pengikutnya, maka pengaruh klan Harimau api pun akan lenyap.
"Davendra, aku akan mempekerjakan mu sebagai pengawal Sintia." Ucap Salman setelah beberapa saat berpikir.
Mendengar hal itu Sintia terkejut... "Eh... Ayah tunggu, kenapa ayah memutuskan hal ini tanpa persetujuan dariku."
Dengan cepat Salman segera saja menarik Sintia, mereka pergi sedikit jauh dari Davendra untuk sebuah pembicaraan yang jelas tidak ingin di dengar oleh orang lain.
"Dengarkan ayah Tia, lelaki ini sangat kuat, dia berpotensi besar bagi klan kita." Jelas itu yang dinginkan oleh Salman.
"Tapi jangan karena hal itu, ayah menjadikan dia sebagai pengawal ku."
"Memang apa yang salah, ini juga demi kebaikanmu Tia."
"Kebaikan apa ?, Aku malah merasa jika kebaikanku sekarang di kekang oleh ayah." Sintia tetap melawan.
"Jangan menganggap ini buruk." Dan Salman masih kukuh dalam keputusannya.
Cukup paham semua orang dengan kegiatan kedua ayah dan putrinya itu, mereka akan memperdebatkan segala hal, ketika Salman atau pun Sintia tidak sepemahaman.
"Tentu aku menganggap keputusan ayah buruk, jika memang ayah ingin membawa Davendra sebagai bagian klan harimau api, lebih baik bawa saja dia sebagai penjaga kamar mandi, atau tukang sapu." Begitu pembelaan dari Sintia.
"Itu akan membuang-buang bakatnya, dan juga kita memiliki banyak saingan di kota Batavia, jika mereka bertindak nekad kepadamu, dan lihat...." Sejenak Salman terdiam, entah kenapa seperti ada yang mengganjal di tenggorokan untuk melanjutkan kata dari ucapannya.
"Lihat apa ayah ?, memang apa yang bisa dilihat dari lelaki satu ini." Terdengar jika ada nada tidak nyaman ketika menunjuk ke arah Davendra.
"Tidak ayah salah, memang dia tidak nyaman untuk dilihat, tapi paling tidak dia cukup pantas melindungi mu." Secara terpaksa Salman beralasan lain tentang Davendra.
"Aku tidak perlu di lindungi." Sintia masih bersikeras dengan keinginan pribadi untuk mendapat kebebasan.
Menyaksikan perdebatan antara ayah dan anak ini, Davendra merasa tidak nyaman sendiri, karena permasalahan yang sedang mereka berdua bicarakan berhubungan langsung kepadanya.
Demi cari aman, Davendra pun lebih memilih pergi dan menghindar dari Salman atau pun Sintia, tidak ada yang mau mengalah untuk keinginan masing-masing.
Berjalan pergi ke dalam rumah, sembari mencari sesuatu untuk mengisi perut, tapi di lihatnya ke setiap ruangan terdekat, tidak dia temukan makanan apa pun.
Hanya saja, penciuman Davendra sangatlah tajam, ketika sebuah aroma melintas di ujung hidung, matanya terbuka lebar, dan tajam mata itu mengarah ke ruangan belakang.
Tidak ada yang perlu di tunggu oleh Davendra, berjalan menuju arah tempat aroma lezat berasal itu disediakan.
Semua makanan yang tersedia di atas meja, begitu harum, menggiurkan dan sangat ingin dia nikmati. Davendra segera mengambil posisi ke sebuah kursi dan mulai mengunyah apa yang bisa dia jangkau.
Baru selesai dengan tiga ayam panggang diatas piring....
Pintu pun perlahan terbuka dan tampak seorang wanita yang membawa makanan lain datang.
"Hei kau pencuri..." Teriaknya dengan keras.
Davendra segera menoleh dengan mulut penuh makanan yang berusaha dia telan, namun karena terkejut, semua itu nyangkut di tenggorokan.
Seret di tenggorokan, berusaha bicara meskipun sulit.... "Thhmmmmkkkk .... Akhhhhmmm Bkkhm phmmmhhhhhhi ."
"Apa kau yang katakan."
Dengan penuh perjuangan, lepas nyawa sebagai taruhan, karena sepotong tulang yang dia telan hampir membuat nafasnya lunas.
"Aku bukan pencuri." Dijawab oleh Davendra yang merasa lega.
"Jika memang bukan lantas apa."
"Mencicipi ?." Itu yang terpikir di kepala Davendra.
"Tidak ada yang namanya mencicipi sampai tiga ekor ayam habis kau telan." Alasan darinya tidak diterima.
Sebilah pisau yang tersimpan di balik pakaian wanita pelayan itu keluar, gerakan cepat dan lincah mengayunkan senjata di tangan dengan mudah.
Wanita ini bukan pelayan sembarangan, kemampuan dalam memainkan pisaunya benar-benar sulit untuk dihadapi, terlebih Davendra belum pernah berhadapan langsung melawan seorang ahli.
Karena itu, tidak ada cara lain yang bisa dia lakukan kecuali kabur, tapi cepat tangannya melempar pisau ke arah Davendra, meski lewat begitu saja dan tertancap di pintu.
Jelas ada niat membunuh yang terlintas dari sorot mata pelayan wanita, mengeluarkan kembali dua pisau lain dari balik bajunya.
"Dimana kau menyimpan semua pisau itu."
"Jika kau ingin tahu mendekat lah, biar aku tunjukan tempat dibalik bajuku ini." Sedikit pancingan dan jelas itu menjadi jebakan.
Baru satu langkah maju, serangan pisau dari kedua tangannya melesat tajam mengarah ke kepala, tapi dengan insting tajam, cepat refleks Davendra menghindar dan masih bisa selamat.
"Siapa kau ?." Pertanyaan itu datang.
"Aku Davendra." Balasnya karena memang itu adalah jawabannya.
"Aku tidak bertanya tentang namamu."
"Tapi kau bertanya siapa aku."
Terlihat ekspresi rumit di wajah cantik sang pelayan itu, dia tentu memikirkan tentang sosok lelaki didepannya sekarang.
Bagaimana pun juga perasaan aneh ketika tahu bahwa kemampuan orang bernama Davendra terlalu tinggi jika memang dia bukanlah ahli beladiri.
"Tidak ada orang biasa yang bisa menghindar dari serangan ku." Ucapnya begitu saja.
"Itu artinya aku luar biasa." Tapi balasan dari Davendra terdengar sombong dan membuat siapa pun akan kesal.
Tanpa perlu menunggunya untuk siap, melayang kaki putih dari wanita pelayan menyerang kembali, memang sekilas pandangan mata Davendra berhasil mengikuti kecepatan itu.
Tapi otaknya tidak bisa merespon dengan baik, dia secara jelas memperhatikan sesuatu yang lain, ketika kain rok terbuka lebar, sebuah renda-renda berkibar terhembus oleh angin.
Dalam sepersekian detik itu, sebuah pemandangan indah mengalihkan semua pikiran Davendra untuk menghindar, dan bersarang tepat kaki pelayan di kepala, melemparkan tubuhnya hingga terpental jauh menghancurkan pintu.
"Terima akibatnya." Tegas ucapan wanita itu yang merasa puas setelah berhasil membuat Davendra jatuh.
"Nona maaf aku belum siap, karena sesuatu yang hitam tipis dibalik kain baju mu itu, aku tidak bisa fokus tadi." Davendra beralasan.
Tentu tidak perlu waktu lama, sang pelayan memahami perkataan Davendra, dia sadar tentang apa yang dia gunakan dibalik pakaiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
♨️ C A H 💧 A N G O N ♨️
kumat deh melihat segitiga bermuda🤣🤣🤣🤣
2022-05-20
3
Rhade Cobra
tolol
2022-03-18
0
DEWA HAREM
ha-ha-ha
2022-02-15
0