Kegagalan Asmi mendapat informasi tentang sosok Sarwono memang bukan pertama kalinya, sudah lebih dari sepuluh tahun dan belum terbalas dendam kesumat itu.
"Baiklah jika anda memang ingin tahu..."
"Katakan."
"Tapi nona, ini berbeda dari perjanjian kita, aku hanya bekerja untuk mencari tahu soal keberadaan Sarwono, bukan memberi anda cara membawanya kemari." Ada makna tersembunyi untuk sebuah ungkapan dari lelaki ini.
Tanpa perlu ragu lagi, satu koin emas dilemparkan oleh Asmi, dia tidak perduli seberapa mahal harga untuk mencapai tujuannya.
Karena jelas saja, satu koin emas itu sendiri bisa membiayai kehidupan seseorang selama dua bulan tanpa perlu bekerja menjadi budak orang lain.
"Aku senang karena berbisnis dengan anda." Segera dia mengambil dan memasukannya ke dalam kantong.
"Cepat katakan padaku apa yang bisa membuat Sarwono tertarik untuk datang kemari."
"Sebarkan rumor, ceritakan berita palsu, dan buat agar seluruh orang di kerajaan Margasura ini mendengar."
"Bagaimana caranya..." Jelas terlihat bingung
"Lelaki di belakangmu itu, mungkin berguna."
"Lantas apa yang harus aku lakukan." Bisik Asmi untuk sekedar membahas tentang rencananya.
"Sarwono adalah orang yang berambisi untuk menjadi sosok terkuat, karena itu, kau gunakan lelaki itu sebagai umpan memancing dia datang." Perjelas rencana itu.
Asmi seakan paham apa yang di maksud olehnya, mengatakan bahwa Davendra adalah orang terkuat, sehingga target itu datang demi membuktikan diri sebagai legenda terkuat.
Davendra yang cukup santai dengan dunianya sendiri, melihat-lihat sekeliling dipenuhi orang-orang mabuk bicara ngelantur ke sana kemari menjadikan itu menarik.
Tapi seketika saja, dia merasa ada suatu aura aneh memperhatikan dirinya dengan niat tersembunyi dan menang benar, dimana Asmi serta lelaki bertopeng menatap Davendra penuh makna.
"Apa ?, Kenapa kalian berdua menatapku seperti memiliki niat jahat." Davendra tentu merasa ada yang aneh dari mereka.
"Jangan terlalu dikhawatirkan, aku tidak berniat apa pun kepadamu."
"Aku tidak tahu apa aku harus lega karena nona mengatakan itu, sedangkan beberapa kali ingin membunuhku."
"Kau tahu terkadang manusia itu cepat berubah."
"Ya mungkin itu ada benarnya, tapi cara nona melihat seperti ingin menjadikan aku sebagai tumbal." Meski tepat perkiraan Davendra, Asmi tidak mungkin mengatakannya.
"Sudahlah, sudahlah, kau hanya terlalu banyak pikiran."
Perbedaan tentu dirasakan oleh Davendra, walau baru beberapa hari dia mengenal Asmi, tapi seakan paham bahwa wanita dari ini tidak akan berubah dalam beberapa detik.
Tidak ada yang bisa Asmi perbuat untuk menemukan Sarwono, jika memang cara ini bisa membuat dirinya membalas dendam, tanpa perlu ragu akan dia lakukan.
Asmi beranjak pergi, begitu pula dengan Davendra yang mengikuti dari belakang, sedikit memperhatikan, bahwa permasalahan hidup wanita ini sangatlah besar.
Wanita cantik yang isi pikirannya hanyalah tentang pembalasan dendam, dia terkurung di dalamnya, membebani diri dalam suatu tanggung jawab dan penebusan dosa.
Di setiap langkah yang membawa mereka untuk pulang, suasana kurang menyenangkan bagi siapa pun, tidak ada satu kata pun keluar dari mulut Asmi dan itu membuat Davendra menjadi canggung.
"Nona, aku lebih setuju jika kau melupakan tentang dendam mu itu." Ucap Davendra membuka pembicaraan.
"Kau tidak tahu apa pun."
"Anda cantik, sangatlah cantik, lebih baik mencari lelaki dan menjalani kehidupan baru, itu mungkin membuat anda merasa lebih baik." Puji Davendra yang memang menyadari kecantikan dari Asmi.
"Setiap kali aku memikirkan tentang kehidupanku selanjutnya, semua bayangan itu datang, aku dihantui oleh rasa bersalah jika aku tidak menuntaskan dendam ini." Berkata Asmi yang menunjukan wajah takut akan penyesalan.
Asmi bukan tidak ingin menjalani kehidupan biasa, menikah atau pun memiliki anak, tapi dia menolak lupa, tanpa pernah mengakhiri mimpi buruknya.
Hingga mereka sampai di depan pintu gerbang kediaman klan harimau api, malam sudah cukup larut.
Tidak ada rutinitas para pengikut klan, hanya beberapa penjaga yang bertugas di luar gerbang.
"Nona Asmi anda sudah kembali." Saut satu penjaga dengan sopan.
"Ya aku harus mengurus beberapa urusan di luar."
"Apa pengawal baru nona Sintia juga anda bawa keluar."
"Tidak juga, kami bertemu di luar, jika bukan karena terpaksa, aku tidak akan mau membawa lelaki ini." Masih tetap ada penolakan dari Asmi.
"Memang apa yang terjadi." Bertanya satu penjaga itu kepada Davendra.
"Nona Sintia tiba-tiba saja pergi dan hilang, aku tidak bisa pulang jika tidak bertemu nona Asmi." Lemas wajah Davendra mencoba tersenyum, sebuah senyum menyedihkan.
Paham penjaga itu dengan sifat nona Sintia yang memang tidak bisa diatur, berbuat seenaknya, bahkan suatu kejadian membuat seorang pengawal trauma.
"Sabar yah.... Ini baru awal." Ditepuk pundak Davendra.
"Aku tidak bisa membayangkan untuk selanjutnya."
Tanpa ada pilihan lain Davendra hanya bisa pasrah mengikuti keinginan anak setan itu, karena tidak bisa dia bayangkan, jika harus menggelandang di kota Batavia.
"Tapi bagaimana ?, Apa nona Sintia sudah pulang."
"Sejak sore."
"Baguslah kalau begitu."
"Aku tidak merasa itu bagus untukmu."
"Ya itu sedikit melegakan, aku takut jika dia kena masalah atau ada yang bernai menculiknya."
Meski sudah dikatakan oleh Asmi bahwa mungkin tidak ada satu orang pun berani menculik anak setan itu, karena kemampuan bertarung yang dia miliki sangat kuat.
Terlebih lagi nama besar dari klan harimau api sudah cukup menjadi kebanggan para pengikut mereka, karena siapa pun tahu jika klan harimau api adalah tuan tanah yang menguasai salah satu wilayah di kota Batavia.
Sepintas sosok wanita muda terlihat, ketika Davendra baru saja memasuki rumah, dia tentu masih membawa apa yang dia beli seperti keinginan Sintia.
"Nona, nona Sintia." Panggil Davendra dan berjalan mendekat.
"Kau kembali Davendra." Ucap Sintia seakan tidak perduli.
Raut wajah Sintia seakan tidak mengharapkan untuk Davendra kembali secepat ini, bahkan sedikit keinginan agar dia tidak pernah kembali.
"Nona aku sampai bingung untuk mencari jalan." Balas Davendra.
"Jadi kenapa kau bisa pulang."
"Nona aku yang membawa Davendra pulang." Asmi pun angkat bicara untuk menjawab pertanyaan Sintia.
"Cih... Kau ikut campur saja."
"Nona anda terlalu berlebihan, jika untuk mencari kebebasan, bukankah banyak cara untuk anda pergi dari rumah ini, bukan membuat susah orang lain."
Entah ada angin apa Asmi datang memberi pembelaan kepada Davendra, tapi seketika itu juga dia pergi meninggalkan Sintia tanpa menunggu jawaban.
Davendra pun segera memberikan bingkisan yang dia beli seperti keinginannya, dan ketika kain sutra itu diambil, ekspresi Sintia sedikit berubah menjadi lebih tenang.
"Kau bisa saja membeli barang murah dan mengambil sisa uang yang aku berikan, tapi kenapa kau membeli barang mahal seperti ini."
"Ya karena aku merasa jika kain itu akan cocok untuk anda gunakan." Balas Davendra yang tersenyum seperti apa adanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Andi Aminzal Rahmad
Terlalu lama keliatan bodoh Thor...
2022-02-12
0
Pendekar
akhirnya bisa pulang asik
2022-01-25
0
Muslimin
👍
2022-01-13
0