Kesibukan kota Batavia yang jelas ramai dengan semua orang berlalu lalang di jalan, mereka yang mengenakan pakaian dari sutra, atau sekedar menggunakan celana.
Terlebih lagi orang yang berjalan dengan wajah tersenyum cerah walau hanya menggunakan sebuah kain tipis sebagai penutup aurat.
Dia itu adalah Davendra yang sejak awal memasuki kota masih terkagum-kagum akan semua bangunan disekitar.
Tembok-tembok kayu dan batu marmer berwarna-warni yang kokoh menjulang tinggi, semua itu menujukan lebih dari sekedar kemakmuran disebuah tempat yang asing bagi Davendra.
Ada pun satu bangunan megah, sangat luar biasa besar berdiri ditengah-tengah kota Batavia, semakin membuat Davendra kagum.
"Nona bangunan apa yang berdiri disana." Tunjuk Davendra.
"Itu adalah kediaman raja kota, dimana disanalah orang yang memimpin pemerintahan tempat ini tinggal." Jawab Sintia.
"Woooahhh, bukankah itu berarti dia adalah orang penting dan berkuasa disini."
"Kurang lebih seperti itu."
Tapi kehadiran Davendra diantara mereka semua, tentu menjadi perhatian yang tidak nyaman untuk dilihat, bahkan dari ekspresi Sintia seakan sudah salah mengambil tindakan.
"Lihat... Bukankah dia putri Sintia dari keluarga harimau api, tapi... Siapa yang berjalan di sampingnya."
"Entahlah, anggap saja kalau dia hanya orang aneh."
"Sejak awal penampilannya memang sangat aneh, aku tidak bertanya soal itu."
"Mungkin karena nona Sintia merasa kasihan dan membawanya kemari."
Mendengar semua ucapan dari orang-orang sekitar yang mulai membicarakan tentang Sintia, Davendra merasa bahwa wanita satu ini memang bukan sembarangan.
Jika Davendra melihat akan kecantikan Sintia, dia sendiri mengakui bahwa tidak ada yang menolak untuk bisa dekat dengannya.
"Nona Sintia, apa kau cukup terkenal disini."
"Memang kenapa."
"Aku merasa kau selalu di bicarakan oleh mereka."
"Harusnya kau bisa menyadarinya, mereka membicarakan aku karena ada kau."
"Aku ?, Aku merasa tidak terkenal, jadi kenapa aku dibawa-bawa."
"Aku penasaran darimana rasa percaya dirimu itu." Pusing untuk Sintia memikirkan sikap Davendra.
Sintia sudah bisa membayangkan jika tindakannya membawa Davendra adalah pilihan yang salah, karena nama baik keluarga harimau api seakan menjadi bahan tertawaan bagi semua orang.
"Hmmm mungkin memang aku memiliki aura seperti lelaki tampan yang misterius, sehingga orang lain merasa tertarik." Jawab Davendra dengan tersenyum cerah.
"Aku lebih menganggap aura misterius yang kau miliki, seperti orang yang mencurigakan dan kurang waras."
"Itu bisa saja terjadi."
"Sudahlah lupakan, semakin lama aku berjalan denganmu, semakin buruk reputasi ku disini." Lemas dan pusing untuk Sintia berbicara kepada lelaki ini.
Lekas saja Sintia membawa Davendra memasuki sebuah toko penjual kain yang cukup besar diantara toko lain, bahkan bisa dibilang itu adalah tempat untuk para orang-orang berkelas.
Sama seperti sebelumnya, jika para pelanggan di dalam toko tentu merasa risih, menatap sinis, atau mulai menjaga jarak saat melihat satu lelaki yang tidak nyaman dipandangan mereka.
Sintia tidak perduli dengan sikap orang-orang di dalam sana kepada dirinya, berjalan ke satu orang pelayan, dan cepat dia berbicara.
"Hake... berikan satu pakaian dengan baju dan celana untuk lelaki ini."
"Nona Sintia, kenapa anda ada disini, bukankah Anda sedang pergi ke kota sebelah."
"Sudahlah pertanyaan itu nanti saja, sekarang kau buatkan pakaian untuknya."
"Memang siapa dia nona Sintia."
"Apa kau masih mau bertanya dan aku pastikan besok kau kena PHK, atau cepat berikan dia pakaian."
Sintia segera mengambil kursi dan duduk lemas sembari menghela nafas panjang, begitu panjang hingga tidak sampai semua masalah di hari ini lepas begitu saja.
Tempat ini menjadi bisnis keluarga harimau api, tapi tidak hanya penjualan kain saja, dimana mereka melebarkan kekuasaan di segala aspek bisnis hingga ke luar kota Batavia.
Menjadi salah satu dari empat keluarga pendiri kota Batavia, tentu Sintia benar-benar dikenal oleh segala kalangan penduduk.
Dari anak-anak hingga dewasa, dari yang miskin dan yang kaya, para tuan-tuan sampai pelayan mereka, pedagang sembako, obat-obatan, minuman, keras atau pun yang lembek, kuli-kuli angkut, penjual jasa, tukang pijat, tukang becak, tukang bangunan, hingga tukang gibah.
Ya mereka semua mengenal betul siapa sosok Sintia dari keluarga harimau api, karena dia sendiri menjadi primadona bagi sebagian besar lelaki.
Satu lelaki datang menghampiri Sintia, wajahnya tersenyum cerah, tidak perduli masalah apa yang sedang dihadapi oleh wanita itu, tapi dengan akrabnya dia menyapa.
"Kakak Seui." Sintia tidak terlalu bersemangat untuk sekedar mengucapkan nama saudara lelakinya.
"Adikku yang cantik, apa kau memiliki masalah, hingga aku lihat dari kejauhan, sudah lima kali kau menghembuskan nafas berat seperti ditagih hutang." Seui dengan santai bertanya.
Sintia merasa malas untuk menjelaskan, tapi dia adalah kakak lelakinya sendiri, dirasa tidak sopan untuk mengabaikan apa yang Seui tanyakan.
"Sudah setengah mati aku menahan malu, hingga rasanya sama seperti aku ingin bunuh diri." Jawab Sintia dan tersenyum lemas.
"Perlu aku ambilkan sebuah pedang, atau foto pernikahan mantan."
"Aku rasa keduanya sama-sama bisa membuatku mati."
Seui berdiri di hadapan Sintia, perlahan tangan mulai mengusap rambut panjang yang tampak kusut dari adiknya, lelaki ini cukup menyayangi dia sebagai keluarga.
"Apa karena lelaki yang kau bawa barusan." Ucap Seui membuat Sintia terkejut.
"Jadi kakak melihatnya."
"Sejak awal."
"Ya begitulah, jika bukan karena dia menyelamatkanku dari naga hitam, aku tidak akan membantunya."
"Bukankah itu sangat hebat, dia sampai mampu melawan seekor naga yang sangat kuat."
"Sampai saat ini aku tidak tahu apa yang dia lakukan bisa dikatakan hebat atau bodoh."
"Kenapa kau berpikiran seperti itu."
"Dia datang tanpa pakaian dan malah mengobrol dengan naganya." Balas Sintia sembari menggelengkan kepalanya dengan lemas.
Seui bingung, dia kini memahami isi pikiran Sintia, tapi juga ada alasan untuk membuatnya penasaran, karena tidak ada yang pernah selamat ketika bertemu dengan seekor naga.
Tapi lelaki yang Sintia bawa bisa selamat, sehat walafiat tanpa kehilangan satu pun anggota tubuh, tentunya ini adalah hal yang aneh, sangat ajaib dan mustahil.
"Nah Sintia, bagaimana jika kau bawa lelaki itu ke kediaman kita." Balas Seui dengan tujuan lain.
"Apa kakak yakin, aku merasa dia hanya akan membawa masalah untuk kita nanti." Sintia menolak keinginan Seui.
Melihat bagaimana perilaku Davendra sudah membuat Sintia sakit kepala, apa lagi harus berada di satu kediaman yang sama.
"Tapi mengetahui kejadian yang dia alami dan masih hidup setelah bertemu dengan seekor naga, aku yakin jika dia memiliki kekuatan tersembunyi."
"Aku lebih suka menyebutnya sebagai lelaki tidak berguna yang tidak tahu malu."
"Apa pun itu, yang jelas aku ingin membawanya menemui ayah." Seui cukup yakin dengan spekulasi yang dia miliki.
"Baiklah kakak."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
erwin yulianto
tajem benerr
2022-02-03
1
Pendekar
lanjut thor
2022-01-25
0
Putra_aseeeeek88
baru baca..asli keren banget😍😍😍😍
2021-11-02
0