Sejak kejadian pingsannya Emma karena tenggelam didanau belakang rumah, semua tuan muda berubah prilakunya kepada Emma.
Mereka kini tak lagi jahat dan mengasari Emma seperti dulu. Mereka berubah menjadi baik. Hanya tuan muda Diego yang terlihat semakin menjauhi Emma.
Mereka tidak lagi membuli, tapi Emma sedih. Diego tidak lagi suka marah-marah seperti dulu lagi. Diego juga mulai sering pulang malam, tidak seperti yang lainnya.
Rimba sering mengajak Emma bermain boneka kambing-kambing kesayangannya. Emma senang, Rimba ternyata anak manja yang ingin diperhatikan.
Mami papinya orang yang sangat sibuk membuat Rimba dan kakak-kakaknya menjadi anak yang impulsif berprilaku tanpa berfikir panjang terlebih dahulu.
Bahkan tak jarang suka membuli. Sudah berpuluh-puluh pekerja dirumah ini yang berhenti tanpa digaji karena itu lebih baik ketimbang bertahan bekerja pada keluarga aneh ini.
Excel berhasil membujuk mami dan papinya untuk membelikan Emma ranjang tidur yang nyaman dan lemari pakaian serta perlengkapan kamar lainnya.
"Mami! Bagaimana kalau Emma sakit karena dia tidak tidur dengan layak dikamarnya yang dingin. Karena tidur diubin tanpa alas kasur. Siapa yang akan mengurus semua pekerjaan rumah kalau ia sakit?"
"Kenapa kamu jadi perhatian pada anak itu Excel?"
"Bukankah mami punya surat sertifikat adopsinya? Bagaimana kalau orang dari pemerintah datang untuk memeriksa mami dalam mengurus anak adopsi?
Dan mereka melihat perlakuan kasar kita pada Emma? Bagaimana kalau Atun dijadikan saksi dan harus jujur pada mereka soal perlakuan kita yang buruk pada Emma?
Tidakkah itu membuat masalah bagi mami dan papi?"
"Oke, oke....! Mami akan membelikan perlengkapan untuk kamarnya. Tapi mami tidak akan menjanjikan sekolah untuknya. Karena bisa jadi ia akan kabur dari rumah ini nanti."
Excel cukup senang, Emma kini bisa tidur dengan nyaman dikamarnya. Ia akan berusaha mengajari Emma baca, tulis dan berhitung nanti setiap hari sepulang sekolahnya.
Emma belajar setiap hari dengan dipandu Excel dari buku-buku panduan Rimba. Secara mereka hanya beda satu tahun saja. Jadi Emma masih bisa mengikuti pelajaran Rimba meskipun sedikit demi sedikit. Excel juga marah tiap kali Emma memanggilnya tuan muda. Ia ingin dipanggil kakak oleh Emma.
"Emma! Buku apa ini?" tanya Excel suatu ketika melihat sebuah buku dimeja belajar Emma.
"Ini Juz'amma, ka!"
"Apa itu Juz'amma??"
"Buku panduan untuk anak-anak belajar mengaji."
"Mengaji? What is that??"
"Kami orang Islam, wajib bisa mengaji."
"Apa kamu Islam, Emma?"
"Ya, ka Excel! Tapi sayangnya sejak tinggal disini Emma tidak pernah sholat lima waktu. Sewaktu dipanti asuhan, bunda Anna selalu menyuruh Emma ibadah sholat dan mengaji. Sejak umur Emma 4 tahun, Emma sudah belajar mengaji, kak!"
"Kenapa Emma tidak sholat?"
"Emma tidak punya mukena dan sajadah?"
"Apa lagi itu mukena dan sajadah?"
"Itu pakaian ibadah perempuan yang harus dipakai sewaktu sholat. Emma lupa membawanya dari panti asuhan!"
"Nanti kalau Excel keluar, Emma ikut saja! Kita beli sama-sama! Aku juga mau belajar pakai mukena!"
"Hihihihi.... mukena hanya untuk anak perempuan, kak! Kalau kakak pakai sarung, koko juga peci!"
"Hahahaha....begitu ya?"
"Tulisan apa ini??? Hurufnya bikin pusing!"
"Ini huruf Arab. Memang pertama kali liat bikin pusing ya? Hehehe tapi kalau sudah tahu hurufnya satu persatu, tahu bacanya, jadi semangat pingin ngaji terus!"
"Begitu ya?? Ini bacanya apa???" Excel antusias sekali menanyakan ini itu pada Emma.
"Kakak bukan orang Islam ya?" tanya Emma dengan suara pelan. Takut kalau Excel marah.
"Kami atheis!" jawabnya ragu-ragu.
"Agama baru ya kak?" tanya Emma lagi membuat Excel tersenyum kecil.
"Atheis bukan agama. Justru kami tidak punya agama dan kepercayaan."
Emma hanya tertegun mendengar jawaban pesimis Excel tentang agama yang dianutnya.
"Kenapa tidak punya agama?"
"I don't know! I don't care too!"
Emma tidak lagi melanjutkan pertanyaannya. Selain tidak mengerti, Emma juga tidak sekepo itu untuk mengetahui masalah keluarga orangtua angkatnya.
Yang penting Emma kini tidak lagi menjalani hidupnya dengan penuh ketakutan dan kecemasan akan dijahati keluarga barunya terlebih oleh kakak-kakak angkatnya.
...
Tak terasa kini usia Emma sudah menginjak ke-12 tahun. Emma senang sekali benar-benar diperlakukan layaknya seorang adik perempuan oleh keempat kakak lelakinya.
Mereka tumbuh besar bersama didalam rumah megah itu. Meski papi dan maminya tetap sama serta cuek pada dirinya, tapi Emma tak lagi memikirkannya.
Emma memang tidak dimasukkan sekolah seperti kakak-kakaknya. Tapi Emma mendapatkan ilmu pengetahuan umum lebih banyak dari Diego, Roman, Excel bahkan Rimba yang bergantian mengajarnya setiap pulang sekolah.
Setidaknya Emma punya masukan banyak ilmu dari keempat kakak lelakinya yang sudah menjelma menjadi anak remaja yang tampan dan disukai banyak gadis disekolahnya.
Setiap Emma keluar berjalan dimuka umum bersama mereka, sudah pasti banyak mata memandang kagum akan ketampanan kakak-kakaknya. Membuat Emma tambah bangga jadinya.
Mereka memang campuran Indonesia dan Britania Raya. Sudah pasti visual bule yang kental mendominasi wajah tampan mereka.
Mereka semua lahir di Scotlandia, tanah kelahiran tuan Karim. Mereka pindah ke Indonesia setelah Rimba berumur 3 tahun dan menetap di Jakarta. Dirumah megah ini.
Emma kini sudah bisa menjalankan ibadah sholat setelah Excel membelikannya seperangkat mukena, sajadah dan juga biji tasbeh.
Emma senang sekali karena Excel yang membelikan dengan uang tabungannya. Excel juga menghadiahkan sebuah kitab suci Al-Qur'an untuk Emma.
Bahkan seringkali Excel dan Rimba antusias ikut memperhatikan Emma ketika tengah sholat. Meski jengah dan malu, Emma membiarkan kakak beradik itu cari tahu tentang agama yang dianutnya.
Subhanallah!
💞Bersambung💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Via🔥💰
excel mulai tertarik dengan agama lain dan mulai ingin tahu..
2021-08-10
2
Yeyen Dhevan
suka bca ny
2021-07-31
2
TK
Anne dan Anna hadir 👍
2021-07-10
1