Seiring waktu Emma menjadi anak asuh keluarga tuan Karim dan nyonya Farida, ia mulai merasa kerasan dan nyaman tinggal bersama orangtua angkatnya dan keempat kakak lelakinya yang kini mulai membaik perlakuannya padanya.
Ada juga bi Atun dan suaminya yang selalu menjaga dan merawatnya bahkan dalam keadaan ia tengah mengalami sakit perut karena menstruasi pertamanya. Boleh dibilang, bibi Atun adalah ibu angkatnya yang sebenarnya.
"Bi.... perut Emma sakit!"
"Itu biasa Emma! Sebagian perempuan mengalaminya diawal masa PMSnya. Jadi jangan takut dan panik.
Kamu hanya cukup istirahat, berbaring dengan nyaman dan kalau perlu, kompres bagian perutmu dengan air hangat. Bibi yakin akan segera baikan! Hehehe....!"
Umur Emma memang sudah mau 13 tahun. Usia yang cukup untuknya mengalami haid pertamanya.
Ia tak habis fikir, betapa susahnya menjadi seorang perempuan. Secara fisik lebih lemah dari pria. Bahkan harus mengandung 9 bulan lebih dan melahirkan juga. Hhhh....
"Itulah, mengapa agama kita begitu menyanjung wanita, Emma!
Bahkan surga pun berada dibawah telapak kaki ibu. Kaki seorang wanita, yang aslinya adalah jiwa dan tubuh yang lemah.
Tapi Nabi besar kita justru menyuruh ummatnya untuk menghormati ibu 3x lebih besar dibanding ayah. Hebat khan?"
"Iya, bibi. Perempuan itu hebat!"
"Makanya, perempuan itu begitu dihormati. Karena perempuan bisa mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik, atau bahkan menjadi sangat buruk.
Itu karena perempuan. Banyak lelaki bertekuk lutut dihadapan perempuan. Banyak lelaki berbuat apapun baik halal maupun haram karena ingin mengambil hati perempuan!"
Bi Atun banyak mengajarkan sisi positif pada Emma. Emma sangat bersyukur karena bisa dipertemukan dengan wanita baik hati seperti bibi Atun.
"Untuk itu, Emma!... Kamu harus bisa dan mampu menjaga dirimu sendiri. Menjaga kehormatanmu sendiri.
Untuk kamu pertanggungjawabkan nanti dihadapan Tuhan. Makanya, kenapa dulu ibu Saleha dan bunda Anna selalu menasehatimu agar menjadi anak yang baik.
Itu untuk kebaikan dirimu sendiri, Emma! Sesusah apapun Tuhan menempa kita dengan masalah, bila kamu bisa menjaga dirimu dengan baik dan menjaga hubunganmu dengan Tuhan,... InsyaAllah semua akan indah pada waktunya."
"Terima kasih bi! Nasehat bibi selalu menuntun Emma!"
"Karena bibi sayang Emma. Bibi sudah anggap Emma anak bibi sendiri. Bibi belum dikaruniai anak padahal sudah menikah lebih dari 10 tahun dengan paman.
Itu sebabnya, kadang paman sedih dan kebablasan pergi main judi untuk menenangkan hatinya yang sedih. Hhh...!!!"
"Bibi!! Anggap Emma anak kandung bibi!" Emma memeluk tubuh bi Atun. Membuat dua wanita beda generasi itu menangis terharu.
Ya, itulah hidup dan kehidupan. Emma mungkin adalah anak yang tak diinginkan. Karena dia terdampar dipanti asuhan. Sedang bi Atun, adalah wanita yang mendambakan kehadiran anak yang lahir dari rahimnya. Kenapa semua nasib buruk menimpa mereka. Hanya Allah-lah yang Maha Memiliki Jawabannya.
"Emmaaaa....!!!!" suara nyonya Farida memanggil Emma dari balik semak bambu rumah bi Atun.
Emma mendongak kaget. Nyonya memanggilnya! Emma segera bergegas menemui nyonya Farida sebelum ibu angkatnya itu berteriak lebih keras lagi.
"Iya nyonya!"
"Cepat, ada tamu istimewa. Beliau adalah CEO perusahaan besar yang saat ini sedang tuan lobi untuk bekerja sama.
Ayo!
Dia ingin berkenalan dengan anggota keluarga kita lengkap. Termasuk dirimu juga! Cepat ganti pakaianmu yang lebih baik. Mengerti?"
"Iya nyonya!"
Emma setengah berlari memasuki pintu belakang dan mengendap-endap melewati lorong bawah tangga agar bisa naik keatas kamarnya tanpa diketahui tuan Karim dan tamu istimewanya.
"Inilah keluarga besar kami, pak Hamzah!" Tuan Karim memperkenalkan kelima anak-anaknya.
"Yang paling besar, namanya Diego sekarang usianya 19 tahun. Sedang kuliah dijurusan manajemen keuangan disalah satu kampus swasta.
Itu Roman, anak kedua kami sekolah SMU dikelas 12.
Excel adiknya kelas 10 dan Rimba SMP kelas 8. Sicantik Emma, anak angkat kami home schooling dan les privat dirumah."
"Tuan Karim sangat murah hati ternyata. Meski sudah memiliki 4 orang anak, masih berkenan merawat satu anak lagi. Hebat!" kata tamu tuan Karim penuh wibawa. Nyonya dan tuan terlihat tersenyum bangga.
Emma terpesona dengan kharismanya. Padahal dilihat usianya jauh dibawah umur tuan Karim. Sekitar 34-35 tahun. Tapi ia sudah menjadi seorang CEO diperusahaan besar multimedia. Hebat sekali!
Pak Hamzah memandang Emma lekat sekali. Ia termangu seolah ada bayangan terlintas difikirannya. Sesekali ia menilik wajah Emma pertanda ada sesuatu yang mengganggu ingatannya.
"Siapa namamu?"
"Emma, tuan!"
"Ah, jangan panggil tuan! Panggil saja saya pak, atau kak atau mas terserah. Asal jangan tuan! Hehehe...maaf, saya jengah mendengarnya!"
"Iya pak, maaf!"
"Namamu Emma? Emma apa?"
"Hanya Emma, pak! Ibu asuh saya tidak menambahi nama lain dibelakangnya karena itu permintaan orang yang menitipkan saya pada beliau." Pak Hamzah terlihat kaget.
Ditatapnya wajah Emma lekat-lekat. Ada gurat wajah seseorang dimasa lalunya begitu menjiplak di raut polos Emma.
💞BERSAMBUNG💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
Semangat kakak..
🌹🌹🤗🌹🌹
2021-08-03
2
Yeyen Dhevan
hmmm bp ny kali ya
2021-08-01
2
Mommy Gyo
4 like hadir thor
2021-07-24
1