"Itu tidak mungkin, Emma! Mereka pasti tidak akan mengizinkanmu tinggal disini."
"Disini lebih hangat dan nyaman. Dikamar Emma tidak ada gorden. Cuma selimut dan bantal guling saja, bi!"
"Hhhh.....!! Emma, kamu tidak boleh meminta perlindungan bibi dan paman. Didepan mereka, kami harus jadi orang jahat juga, Emma! Kami juga harus kasar padamu!"
Emma menunduk sedih. Bi Atun mengusap-usap rambut Emma. Berusaha memberikan kekuatan meski dirinya sendiri tak berdaya dengan kenyataan yang ada.
"Ambillah tirai dan selimut ini. Hati-hati waktu masuk kedalam rumah besar itu!
Selimut ini warnanya sama dengan selimut yang kotor itu. Juga ini sarung bantal dan guling didalamnya.
Untuk beberapa hari kamu akan aman karena nyonya dan tuan tidak pulang.
Tapi setelah mereka pulang, sarung bantal dan gulingnya juga tirai harus kamu copot ya Emma agar nyonya tidak curiga kalau aku baik padamu.
Ingat ya, Emma!"
Emma memandang bi Atun dengan perhatian. Ia mengingat-ingat perkataan bi Atun. Ia juga harus menjaga rahasia mereka agar tidak membuat bi Atun dan dirinya terkena masalah nantinya.
"Sudah, cepat kembali Emma! Mereka akan curiga kalau kamu berlama-lama disini!"
"Terima kasih bibi Atun! Emma sayang bibi!"
"Bibi juga sayang Emma! Jaga dirimu baik-baik ya?"
Bi Atun hanya bisa memandangi Emma dengan mata sedihnya. Ia tak berani membayangkan jika Emma akan selalu dibayangi masalah dan perlakuan yang lebih buruk lagi.
Emma seperti mendapatkan tenaga baru. Ibarat hape yang full batere, ia berjalan cepat menengok kanan kiri melihat sekitar yang tampak sepi.
Tuan muda Diego dan tuan muda Rimba masing-masing ada dikamarnya. Membuat Emma bernafas lega dan berjalan cepat memasuki kamarnya.
Emma menghela nafas ketika menutup pintu kamarnya. Aman. Ia memasang tirai jendela kamarnya dengan susah payah. Bantal dan gulingnya pun kini bersarung. Emma melipat selimut dan menumpuknya dipojok bersama bantal dan guling.
Malam ini ia tidak lagi terlalu takut karena jendela kamarnya yang tanpa gorden. Tirai pemberian bi Atun membuat kamarnya lebih hangat dan nyaman.
Bibir mungil Emma tersenyum lega. Emma sebenarnya gadis cilik yang penakut. Sewaktu dipanti, setiap kali hendak buang air kecil dimalam hari, ia pasti membangunkan bunda Anna dari tidurnya hanya untuk menemaninya pergi ke kamar mandi.
Tapi sejak Emma tinggal dirumah ini, Emma harus memberanikan diri tidur dan tinggal dikamar sebesar hampir setengahnya rumah panti.
Belum lagi kamar mandi yang juga tersedia sendiri dikamar ini. Membuat Emma kadang berhalusinasi ada yang mandi dikamar mandi itu tengah malam seperti difilm-film horor kebanyakan.
Emma menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menepis fikiran halunya yang menakutkan.
Malam ini hatinya terasa lebih tenang dan damai. Meski airmatanya masih saja merebak, bila mengingat bunda dan ibu di panti asuhan.
Bunda Anna, doakan semoga Emma selalu kuat dan sehat disini ya? Kalau Emma sakit, siapa yang akan merawat Emma!? Nasib baik, Allah mengirimkan bibi Atun dan paman Burhan ada dirumah ini. Tapi sayangnya mereka juga tidak bisa berbuat banyak. Bantu Emma dengan kekuatan doa ya Bunda!
Perlahan mata indah Emma meredup. Seiring kantuk yang menyerang. Mimpi indah seolah menariknya kealam bawah sadar.
Dimana seorang pria dewasa menari-nari bersamanya dengan wajah bahagia. Siapakah pria dalam mimpi Emma itu?
💞Bersambung💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
mampir kasih gift🌷
tetap semangat
2021-10-08
2
Anisa Anwar
Kasihan Emma,, Thor aku suka ceritanya
2021-08-19
1
Betti Situmorang
thor cepatlah buat emma usia 18 thn😅😅😅
2021-07-26
5