Emma masuk kedalam rumah. Ternyata empat bersaudara itu tengah duduk dimeja makan. Sudah lengkap semua.
Ada Diego, Excel, Roman dan Rimba juga. Mereka asyik makan tanpa mempedulikan Emma yang menelan liurnya karena harum makanan mereka yang menggoda.
"Kau sudah makan, Emma tidak pakai saja?" tanya Excel membuat Emma berhenti dan mengangguk.
"Buat apa tanya dia sudah makan atau belum?" timpal Rimba ketus membuat Emma kembali melangkah menuju pintu ruang laundry dan menyimpan pakaian bersih yang telah kering diwadah yang sudah bi Atun beritahukan.
"Jangan terlalu kasar pada Emma, Rimba! Bagaimana kalau nanti ia kabur dari rumah ini? Perlakukan ia lebih baik.
Sudah berapa banyak para pekerja yang tidak betah karena kelakuan kita?
Please... aku capek kita terus-terusan membuli orang!"
Kata-kata Excel membuat ketiga saudaranya itu menunduk tak menjawab. Hanya berpura-pura tak mendengar dan sibuk dengan makanannya masing-masing.
Diego lebih dulu menyelesaikan makannya. Lalu pergi berlalu meninggalkan adik-adiknya yang masih duduk.
"Kalau kau ingin berbaik hati dengan anak itu, silahkan! Lakukan saja sendiri sesuai keinginanku. Aku tidak suka bersandiwara bermanis-manis didepan anak itu!" kata Diego pada Excel sebelum kakinya menaiki anak tangga bergegas kekamarnya.
"Okay, I'll do it even myself!" jawab Excel tegas.
Rimba orang kedua yang meninggalkan ruang makan. Tinggal Roman dan Excel yang masih makan. Mereka tidak bersuara apalagi berbincang.
Emma sedikit menguping pembicaraan yang tadi Excel dan Diego katakan. Meski Emma tidak mengerti kata-kata yang mereka ucapkan, tapi ia menyadari sepertinya perdebatan mereka terjadi membelanya. Emma senyum malu tapi gembira karena tuan muda Excel membelanya.
Emma keluar dari ruang laundry dan berjalan perlahan dengan kepala menunduk.
"Emma! Sini, duduk! Kamu harus makan, setelah itu kamu harus mau membantuku menghafal lagu tadi!"
Excel memanggilnya membuat Emma berdebar-debar. Hanya bisa mengangguk dan menurut.
Sepotong daging dan kentang yang dihaluskan. Emma sangat tidak familiar dengan menu makanan yang tuan-tuan mudanya makan. Tapi tak berani menolak mengingat kebaikan tuan muda Excel.
Roman hanya sesekali memandang Excel dan Emma. Ia tak habis fikir, Excel sudah cepat bergaul dengan Emma sedangkan ia sendiri tidak begitu mengenal Emma lebih jauh. Roman melihat wajah Emma.
Apakah Excel sedang puber? Mungkinkah Excel jatuh cinta pada bocah ini?
Memang sih, cukup cantik!
Tapi bocah ini masih kecil. Kurus dan pendek pula!
Bukankah Excel sudah SMP kelas 1? Pasti teman-teman perempuan disekolahnya jauh lebih cantik dan lebih dewasa dibanding anak ini? Bahkan anak ini usianya hanya terpaut satu tahun lebih muda dari Rimba! batin hati kecil Roman.
"Are you in love with this girl, Excel??" tanya Roman tanpa tedeng aling-aling.
"Hahahahaha....!" Excel hanya tertawa. Membuat Emma kembali memandanginya yang penuh pesona.
"Whatever!!!"
Roman pergi meninggalkan kakaknya dengan sedikit kesal. Ia tidak mendapat jawaban pasti membuat hatinya menjadi dongkol.
Excel mengajak Emma kekamarnya. Menunjukkan semua alat musiknya dan memamerkan kebisaannya dalam bermain musik. Semakin membuat Emma takjub.
"Tuan muda sangat pandai main musik!" puji Emma membuat Excel tersipu. Semakin tampan! bisik hati kecil Emma.
"Hei! Senang ya, kau Emma, memandang wajahku sepuasnya!!!" Excel menggoda Emma membuat Emma tersenyum menunduk.
"Tuan tampan sekali!"
"Hah?!? Hahahahaha....anak seumurmu rupanya sudah tahu wajah tampan ya? Genit juga ya kau ternyata? Hahaha...!"
"Maaf tuan muda!"
Emma mendengar samar-samar suara bi Atun memanggilnya.
"Maaf tuan muda, bi Atun memanggil Emma!"
"Ya sudah, pergilah sana! Kau juga harus kerja ya?! Kerja yang baik ya, agar supaya tidak kena marah saudara-saudaraku!"
"Terima kasih nasehatnya, tuan!"
"Emma! Kamu pintar berbicara sopan dengan orang yang lebih tua usianya dari kamu! Aku suka!" Emma ternganga mendengar pujian tulus tuan muda Excel.
Hatinya menjadi hangat. Tuan muda Excel sangat lembut dan baik hati. Sangat berbeda dengan ketiga saudaranya yang begitu kasar dan jahat pada Emma.
Bi Atun mengajarkan Emma menggunakan setrikaan listrik yang menggunakan tenaga uap. Mereka menyetrika pakaian keempat tuan muda yang tadi dicuci oleh mereka.
Emma merasakan sedikit ketenangan karena kebaikan tuan muda Excel. Membuatnya ekstra tenaga menyelesaikan pekerjaannya hari itu juga.
Semoga tuan muda Excel bisa membelaku dari saudara-saudaranya yang jahat kepadaku! doa hati Emma penuh harap.
💞Bersambung💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Yeyen Dhevan
syukur deh ada yg baikkkk
2021-07-31
1
TK
sukses Thor 👍
2021-07-10
3
ɳσҽɾ
love love love love love
2021-07-08
3