"Uweeek.... susu apa ini???" Roman memuntahkan susu yang baru saja diminumnya. Diego sengaja membuang susu digelasnya kelantai. Dan Rimba menatap tajam tepat kemata Emma.
Hanya Excel seorang yang datar mengaduk-aduk gelas susunya yang hanya diminum seperempatnya saja.
"Cepat ambil lap kering, anak bodoh!!" nyonya Farida memaki Emma membuat tuan Karim berdiri dan berteriak.
"Stooooop....!!!" Semua diam. Hening seketika.
"Emma!! Apa kamu mendengarkan perintah nyonya dengan baik? Kenapa masih membuat kesalahan?" kata tuan Karim membuat nyali Emma semakin mengecil takut. Hanya menundukkan kepala semakin rendah dengan butiran air mata menetes dilantai.
"Kamu harus bisa melakukan semuanya dengan baik jika ingin diperlakukan baik juga! Faham?" suara tuan Karim masih menggelegar.
"Kids....! Hurry n go to school! Go!!!"
Semua menurut. Mereka kakak beradik berempat berjalan keluar dari ruang makan menuju pintu ruang tamu dengan ogah-ogahan.
Mobil sedan putih membawa mereka keluar gerbang menuju sekolah masing-masing.
"And you, clean everything! Now!!!!"
"Bersihkan, cepat, Emma!" nyonya Farida mentranslate ucapan suaminya yang bagaikan 'titah dewa'.
Emma berlari kedapur. Matanya kesana kemari mencari kain pel untuk mengepel lantai yang basah karena ceceran susu yang ditumpahkan Diego. Matanya masih saja mengeluarkan airmata. Tapi ia berusaha menahan tangisnya agar bisa fokus mengerjakan perintah orangtua angkatnya itu.
Tuan Karim nampak kesal sekali. Paginya benar-benar terganggu membuat mood-nya semakin buruk.
Ia pergi dengan mengendarai mobil Xpandernya dibuntuti istrinya yang juga sudah siap mendampinginya. Mereka terlihat stylish. Pertanda pasangan suami istri itu telah bersiap meninggalkan kediaman mereka untuk pergi bekerja.
"Atuuuuuuun!!!" Nyonya Farida memanggil seseorang diluar rumahnya yang megah. Seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan tergopoh-gopoh keluar dari balik rumpun bambu. Ternyata ada bangunan kecil tersembunyi dibalik rumpun itu.
"Iya, Nyonya!"
"Ajari anak sialan ini menggunakan mesin cuci dan juga penyedot debu! Suruh dia mencuci pakaian anak-anak dan membersihkan kamar mereka. Ingat! Jangan sampai dia merusakkan barang-barangku!!"
"Baik, Nyonya!"
Tuan Karim dan Nyonya Farida pergi. Emma menghela nafas lega. Bibi Atun menatap Emma dengan tatapan iba.
"Kamu Emma? Anak yang diadopsi tuan dan nyonya dari panti asuhan di Bandung Raya?"
"Iya, nyonya!"
"Jangan panggil saya nyonya! Panggil saja bi Atun! Ayo sini! Ikut bibi!" kata bi Atun membuat lega hati Emma.
Bi Atun membawa Emma kerumah kecil yang ada dibalik rimbunan pohon bambu. Emma tertegun. Ternyata ada bangunan kecil didalam situ.
"Sini, masuk!"
"Terima kasih, bi!"
"Berapa umurmu, Emma?"
"Delapan tahun!"
"Ya Tuhaaan!!!Kamu masih terlalu kecil. Apa ibu asuhmu tidak tahu kalau kau diadopsi hanya untuk dijadikan pembantu seumur hidup mereka? Hhhh.... Betapa teledornya mereka, tidak memeriksa riwayat hidup tuan dan nyonya lebih dahulu!"
Emma hanya bengong mendengar perkataan bibi Atun. Ia tak mengerti, tapi hatinya merasa sangat sedih dan takut.
"Kamu sudah makan?" Emma menggeleng lesu sambil memegang perutnya yang keroncongan.
Bi Atun menyodorkan sepiring nasi dengan telur mata sapi diatasnya membuat mata Emma berbinar cerah.
"Makan! Bibi cuma punya ini! Dirumah besar itu pasti tidak ada ini. Karena mereka semua tidak makan nasi! Ayo dimakan!"
"Terima kasih, bi!"
Emma makan lahap sekali. Dari kemarin siang memang belum ada sebutir nasipun masuk kerongkongannya membuatnya nampak kelaparan.
"Kamu cantik, Emma! Bibi harap, kamu bisa menjaga dirimu dengan baik selama dirumah besar itu, ya!?!" Bibi Atun baik sekali. Membuat Emma ingin memeluknya dan menangis sekeras-kerasnya.
Bibi Atun mengusap-usap punggung Emma pelan. Wajahnya menggambarkan kekhawatiran tapi tak ia ungkapkan.
"Kenapa kamu bisa masuk kesarang penyamun ini, Emma?! Hhh... Bibi sendiri sudah lama ingin kabur jika bibi bisa! Bibi dan suami bibi terjerat hutang dengan mereka hingga harus jadi budak mereka, Emma!"
Emma senang sekali karena bisa mendapatkan teman senasib dan sebaik bibi Atun. Ia bisa menyunggingkan sedikit senyumannya pertanda ia masih punya tempat berlindung dan berkeluh kesah.
Hari ini Emma dibantu bi Atun mencuci pakaian para tuan muda dan kamar-kamar mereka. Bi Atun berpura-pura memarahinya karena ada CCTV dimana-mana. Membuat ia tak leluasa mengungkapkan rasa kasihannya pada Emma.
Memang sebelum mereka memasuki rumah megah itu, bi Atun sudah memberitahu Emma kalau ia harus terlihat kejam karena ada banyak CCTV mengintai. Emma mulai paham.
Emma berusaha belajar banyak dari bi Atun dalam bekerja. Seperti cara-cara menyalakan mesin cuci, menggunakan vacum cleaner, juga cara menjemur pakaian juga merapikan tempat tidur keempat tuan mudanya yang tampan-tampan.
Kamar mereka berbeda gaya dan dekorasi. Masing-masing kamar seolah menyingkapkan kepribadian mereka sendiri-sendiri.
Kamar tuan muda Diego terlihat berantakan tak beraturan. Banyak gambar dan stiker didinding kamarnya yang berwarna abu-abu muda berpelat hitam pekat. Ranjangnya besar dengan sprei berwarna abu senada warna cat temboknya. Lemari pakaiannya isinya acak-acakan pertanda ia adalah orang yang ceroboh dan kasar. Emma mulai bisa menilai.
Lalu kamar tuan muda Roman. Putih polos tanpa warna lain. Dindingnya pun tak banyak pernak-pernik kecuali ada beberapa piagam dan medali yang terpatri disitu. Rupanya Roman suka sekali olahraga kickboxing karena terbaca dari piagam penghargaannya. Lemarinya nyaris sama dengan tuan Diego. Kacau berantakan.
Kamar tuan muda Excel dan tuan muda Rimba memakai wallpaper tapi berbeda gambar dan motif. Keduanya bertolak belakang soal selera.
Excel banyak memiliki alat-alat musik mulai dari organ, gitar, biola sampai seruling, tertata rapi di meja pajangan. Meski begitu tetap saja isi lemarinya juga kacau.
Kamar Rimba sempat membuat Emma menahan senyum. Satu lemari penuh dengan pernak-pernik boneka dan pajangan domba-domba lucu berwarna putih. Rupanya Rimba penggemar berat Shaun the Sheep. Bahkan Spreinya pun bermotif hewan lucu yang suka mengembik itu.
Kekanak-kanakkan sekali ternyata si Rimba itu! gumam Emma dalam hati.
Bi Atun membawa Emma keluar. Suami bi Atun, paman Burhan juga bekerja dirumah ini sebagai tukang kebun. Mereka lalu bermain ditaman sambil memanen bunga mawar merah dan menatanya diruang tamu, ruang keluarga juga dimeja samping pintu kamar tuan dan nyonya. Pintu kamar itu selalu mereka kunci.
Bahkan bi Atun pun tak pernah sekalipun memasuki ruangan pribadi suami istri itu walau hanya sekedar bebersih atau mengganti spreinya. Itu semua dilakukan sendiri oleh nyonya Farida. Sepertinya mereka memiliki suatu rahasia yang tidak boleh diketahui orang lain. Bahkan putra-putra mereka juga.
Emma senang. Ia bisa leluasa tiduran sepanjang siang dikamarnya karena rumah sepi tanpa penghuni. Emma juga bersyukur kamarnya bebas dari CCTV membuat ia juga bisa leluasa melakukan apa saja disana. Ia juga telah menyapu dan mengepel kamarnya hingga bersih dan harum pembersih lantai.
Tidak ada lagi debu menempel dilantai dan sudut ruang kamarnya yang besar kecuali selimut dan bantal yang bau apek tak bisa ia cuci dalam sehari karena panas matahari tak bisa mengeringkannya dalam sehari membuatnya khawatir tidur malam tanpa selimut dan bantal.
Tapi Emma tak kehilangan akal. Ia membawa selimut, bantal dan gulingnya untuk dijemur diluar. Sehingga kemungkinan besar bau apeknya akan menguap karena sinar matahari yang menyerapnya.
Emma terlihat lebih enjoy berjalan, berlari kecil disepanjang jalan dan rumah besar itu baik dilantai atas maupun lantai dasar. Sehingga ia terlupa akan kepedihannya.
Byuuuuuur.......
Emma kaget sekali melihat seseorang melemparkan seember air ke selimut yang ia jemur didepan rumah yang megah itu. Rimba!!! Rimba sudah pulang dari sekolahnya.
"Hahahahaha.....!!! Siapa suruh kau jemur selimut diteras rumah? Kau pikir ini rumah kumuh seperti rumah panti asuhanmu?"
Emma hanya menatap sambil menahan tangis. Airmatanya banjir terlebih Rimba mengingatkannya pada rumah Cinta, rumah panti asuhannya. Emma rindu sekali dengan rumah panti asuhannya.
"Hey Upik Abu!!! Cepat bersihkan semuanya dari hadapanku sebelum kubuang selimut bau ini!!"
Emma hanya berlari masuk kedalam sambil membawa bantal dan gulingnya.
"Stupid girl!!!! Heei!!!! You want to die??!??"
Rimba berteriak keras sekali karena kesal ia diabaikan Emma begitu saja. Padahal baru saja hatinya girang karena mendapat mainan baru yang bisa ia mainkan sesuka hatinya yaitu Emma.
💞Bersambung💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
🦆 Wega kwek kwek 🦆
saya perlu peliharaan Mbah Barjo dan keistimewaan Dzakki untuk menindas mereka Thor....
2022-06-01
2
Yeyen Dhevan
ko od jhat wmua sih
2021-07-31
2
ɳσҽɾ
semangat Bubun ❤️
2021-07-07
9