Emma menangis sejadi-jadinya dikamarnya. Pikirannya melayang mengenang rumah Cinta. Ia ingat ibu Saleha. Ingat bunda Anna. Membuat kangennya meluap tak tertahankan.
Ibu, Bunda.....
Emma kangen kalian semua! Emma ingin pulang! Tak mengapa Emma tak punya mama dan papa, asalkan Emma bisa kembali bersama kalian!
Emma takut tinggal disini! Hik hik hiks....
Semua orang jahat dan benci Emma, bu!
Tolong Emma, bu Saleha!
Tolong Emma, bunda! suara hatinya membatin ditengah isak tangisnya.
Diluar terdengar suara Rimba berteriak memanggil Emma 'upik abu'. Pintu kamarnya yang memang tidak dipasang kunci terbuka keras karena didorong Rimba.
Ditangannya ada selimut Emma yang telah berganti warna karena Rimba mencelupkannya di lumpur kolam ikan ditaman. Basah dan kotor.
"Nih, selimutmu!!!! Dasar anak tidak tahu diri! Aku menyeret selimutmu karena aku tidak ingin kau tidur kedinginan tanpa selimut! Mana ucapan terima kasihmu???"
Rimba berkata dengan senyum mengejek. Sepertinya hatinya puas sekali melihat Emma berderai airmata dan lemah seperti itu.
Rimba pergi dengan menjulurkan lidahnya dan senyum jahat. Kedua tangannya ditempelkan ditelinga kanan dan kirinya sambil bergoyang-goyang senang. Sementara Emma hanya memandangnya dengan sorot mata penuh kebencian.
"Hei, berani kau melotot padaku???" Emma menunduk langsung menutup wajahnya ketakutan. Rimba tertawa seperti setan sambil berjingkrak-jingkrak masuk kamarnya.
"Emmaaaaaaaaaaaaa.........! Emmaaaaaaaa....!!!!! Emmaaaaaaaaaa, dimana kauuuuu???"
Emma terkejut mendengar suara teriakan keras sekali dari lantai bawah. Jantungnya seperti mau copot.
Itu seperti teriakan tuan muda Diego! gumam Emma dalam hati.
Emma berlari secepat kilat menyadari kalau Diego seperti sedang kesal dari teriakannya yang memang bagaikan auman macan.
"Apa ini????? Apa ini?... Apa saja kerjamu dari pagi sampai sore begini?"
Emma terbelalak dengan lumpur dan air berceceran disepanjang lantai marmer bahkan hingga anak tangga berlapis permadani juga kotor semua.
Ini kerjaan Rimba! Anak itu seperti anak 'setan' kelakuannya! rutuk Emma dalam hati.
"Kalau mami lihat semua ini, kau bisa kena marah mami!! Cepat bersihkan!!!" Emma mengangguk cepat. Berlari mencari kain pel dan lap dapur.
"Bodoh!! Bukan dengan lap dapur! Cari kain pel bekas handuk yang lebih besar digudang belakang!
Hhhhh.... Aaaaaaargh!! Kenapa papi mami mau-maunya mengadopsi anak bodoh macam kau ini!!"
Diego pergi kekamarnya karena kesal. Tinggal Emma yang kebingungan sendirian mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukan hal yang mudah untuk dilakukan bocah umur 8 tahun.
Lagi-lagi Rimba sudah berdiri dihadapannya dengan sandal yang sengaja membuat jejak kotornya semakin melebar banyak.
"Tuan muda Rimba! Tolong, jangan buat kerjaan Emma semakin banyak!" Emma akhirnya bersuara memohon pada Rimba.
Rimba memukul Emma membuat gadis kecil itu jatuh terduduk tak berdaya.
"Berani kau memerintah aku??" katanya dengan sangat kasar.
"Tuan muda....! Tuan muda Rimba, biar saya yang menghukum gadis bodoh ini! Tuan istirahat saja dikamar, ya? Oiya...ini pesanan grab food tuan sudah datang. Selamat makan, tuan Rimba!" Bi Atun masuk denan tergopoh-gopoh.
"Iya. Hukum dia, Atun! Jangan diberi ampun!!" Rimba setuju ucapan bi Atun. Ia kembali naik dan masuk kekamarnya dengan membawa bungkusan yang bi Atun berikan.
Memangnya aku si Kancil anak nakal! Yang suka mencuri ketimun. Hingga harus dihukum, jangan diberi ampun! batin hati Emma kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.
"Dasar bodoh! Anak tolol! Kamu tidak bisa bekerja dengan baik, apa?" suara bi Atun keras membuat Emma mengucurkan airmata sedih.
Ternyata bi Atun memegang lengannya sambil berkedip. Mengkode Emma kalau itu hanya sandiwara saja. Membuat Emma lega.
Bi Atun membantu Emma membersihkan semua kotoran yang ada. Meskipun dengan suara keras seolah memaki Emma.
"Ayo, angkat pakai tenagamu! Kita harus bawa selimut kotor ini!" bentak bi Atun sengaja lebih keras ketika mereka berada tepat didepan pintu kamar Rimba.
Rimba keluar. Ia berdiri dengan pongahnya didepan pintu sambil mengunyah burgernya. Rimba tertawa-tawa puas. Lalu masuk kembali setelah senang menyaksikan bi Atun memaki-maki Emma.
Bi Atun membawa Emma keluar dan menariknya kedalam rumah kecilnya dibalik pohon bambu. Dipeluknya Emma dengan kasih sayang. Membuat Emma merangkulnya erat dan tersedu didada bi Atun yang hangat.
"Kamu harus sabar dan kuat ya Emma! Jangan lemah! Semakin kamu lemah, semakin senang mereka. Tapi jangan juga membantah. Iya, Emma?!" nasehat bi Atun membuat Emma mengangguk dan menghapus airmatanya.
"Duduklah! Cepat makan! Kamu tidak akan punya kesempatan makan kalau mereka semua sudah berkumpul dan bersatu."
Bi Atun memberikan Emma sepiring nasi dengan dadar telur dan tumis kangkung. Mata Emma bersinar terang. Ia tersenyum sembari mengucapkan terima kasih dan duduk dikursi makan rumah bi Atun.
"Bolehkah Emma tinggal disini bersama bibi dan paman?" kata Emma berharap.
Membuat bi Atun hanya bisa memandang Emma dengan iba.
💞BERSAMBUNG💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂
buat penyemangat Emma ku kasih setangkai bunga🌷
2021-08-26
2
Betti Situmorang
semangat emma💪💪💪
2021-07-26
4