Nara yang sedang duduk hanya bisa tercengang, padahal kejadiannya tidak seperti yang di ucapkan Maria. Nara heran kenapa Nyonya Maria berbohong kepada putranya. Karena tidak bisa membantah, Nara hanya bisa duduk diam sambil menunduk.
"Hmm, kau sudah sangat keterlaluan Sean. Nara masih perawan dan belum di sentuh siapapun, tapi kau sudah berani menyentuhnya. Sean kamu harus tanggung jawab, Mamih tidak mau kau mengotori Nara," seru Maria memincingkan wajahnya.
"Ta-pi, Sean tidak sadar juga Nara tidak menuntut padaku," kesal Sean.
"Makanlah dulu, Mamih mau bicara serius denganmu Sean. Oh iya, masakan kamu sangat lezat Nara, siapa yang mengajarimu masak nasi goreng ini?" Tanya Nyonya Maria.
"Ibu saya Nyonya, ini resep darinya sehingga aku bisa memasak nasi goreng ala restoran," seru Nara senang dia tidak memperdulikan delikan mata Sean kepadanya.
"Ini sangat lezat, Aren juga sangat suka nasi goreng ini. Sean apa kau suka nasi gorengnya?" Tanya Maria sengaja untuk memancing Sean.
"Sean tidak lapar," jawabnya ketus dan berlalu pergi meninggalkan mereka di meja makan. Maria hanya bisa menghembuskan nafasnya atas perilaku anaknya yang sangat menyebalkan.
"Nara, jangan kau ambil hati ucapan anak menyebalkan itu," ucapnya sambil menatap sendu.
"Tidak masalah Nyonya, yang penting Aren suka," sahutnya senang.
Bagi Nara sikap Sean dingin dan mengabaikan dirinya wajar karena perkataan Maria telah menciumnya membuatnya marah besar.
Sean duduk diam di kursi taman, seorang pelayan lainnya mengantarkan pesanan Sean yaitu roti tawar juga segelas susu. Maria menghampiri anaknya untuk berbincang mengenai hal tadi yang membuat Sean marah.
Sean hanya kesal kepada dirinya sendiri, kenapa dia bisa mencium Nara. Ia mengusap wajahnya kesal, andai dirinya tidak mabuk berat mungkin hal itu tidak akan terjadi padanya.
"Sean."
Maria duduk bersama anaknya sambil menatap ke arah depan. Sorot matanya menandakan kekesalan ada di benak hati Sean. Maria akan mencoba membujuk putranya agar bersedia untuk menikah kembali. Dua tahun sudah Sean merawat Aren sendirian, walaupun Maria mengerti betapa sakit dan tidak mudah untuk melupakan Angel dalam ingatannya. Tapi Maria juga memikirkan Aren yang ingin sekali mempunyai seorang Ibu di sampingnya bukan pengasuh.
"Sean, minta maaf karena tidak menghargai masakan Nara," ucapnya dingin tanpa menoleh sedikit pun.
"Kau sama sekali tidak bisa menghargai orang lain termasuk Mamih," kesal Maria mencoba merajuk pada Sean.
"Bukan itu Mih, Ta-pi," ucapannya terpotong karena Mamih Maria menangis di hadapannya.
"Sean minta maaf Mih, soal semalam Sean benar-benar lupa akan janji pertemuan dengan Mamih di restoran. Kerjaan sangat banyak sehingga membuat Sean jengah dan menghabiskan waktu bersama teman di club," bujuknya mencoba menjelaskan kepada Maria.
Mamih Maria tidak berhenti menangis, dia juga tidak menghiraukan alasan Sean. Karena dia tahu Sean hanya pura-pura saja supaya dirinya memaafkannya
"Kau tahu Sean, lihatlah Aren, dia begitu ingin mempunyai seorang Ibu ada di sampingnya bukan pengasuh. Berapa lama lagi kau akan mengurung hatimu untuk keegoisanmu Sean, Angel juga pasti senang kau menikah lagi demi Aren. Tapi kau tetap egois, mungkin kau akan menduda sampai kau tua dan tidak akan ada yang mengurus'mu lagi. Mamih sudah tua dan tidak akan selalu ada di sampingmu untuk mengurus'mu lagi, kau harus memikirkan masa tuamu Sean," isak tangis Maria membuat Sean merasa bersalah.
Maria pun segera meninggalkan Sean yang hanya bisa duduk diam mencerna setiap ucapan yang di lontarkan Maria kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Yuni MamaRizky
bener kta mama laura jangan egois pikirkan anak d masa tua
2022-04-27
0
Eti
lanjuuuuut
2022-01-01
0
Susilawati Dewi
semoga saja sean bersedia
2021-09-30
0