Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga semuanya sehat selalu ya!
.............
Mei kebingungan, Zack menghentikan mobilnya di depan sebuah butik ternama di kota itu. Zack turun dari mobil dan langsung membukakan pintu mobil untuk Mei. Ia hanya mengatakan satu kata.
"Turun!" ucap Zack.
Mei hanya menurut saja, ia turun dari mobil. Baru saja ia akan bertanya, Zack sudah menarik tangannya masuk ke dalam butik. Beberapa pelayan butik menyambut mereka dengan ramah. Sepertinya Zack langganan butik ini, pelayan itu terlihat sangat hormat pada Zack.
"Pilihkan baju untuk dia, simpel saja untuk acara makan malam keluarga!" perintah Zack pada pelayan butik itu.
"Baik, tuan!" jawab pelayan itu dengan hormat.
Zack duduk dengan santai di sofa, mengotak-atik ponselnya. Mei penasaran dan semakin bingung. Ia dipesankan gaun untuk makan malam keluarga. Dengan keluarga siapa? Seketika mata Mei melotot.
"Kamu mau menjualku ya?" seru Mei dengan kencang.
"Hah?" sahut Zack.
"Kamu memesankan baju untuk apa? Aku curiga kamu akan menjualku ke mucikari! Kamu membawaku paksa ke sini tadi," Mei menuduh Zack.
"Menjualmu? Apa untungnya?" jawab Zack.
"Mungkin kamu mau balas dendam," Mei mendelik menatap Zack.
"Sekali-sekali berpikirlah positif! Aku itu mau mengajakmu makan malam di rumahku," ucap Zack.
"Hah? Aku? Kenapa?" Mei semakin bingung.
"Sudahlah, coba baju dulu sana!" seru Zack.
Dua orang pelayan membawa beberapa gaun untuk Mei. Kedua pelayan itu membimbing Mei menuju ruang ganti untuk mencoba gaunnya satu persatu. Dan ditunjukkan ke Zack untuk mengetahui Zack setuju atau tidak dengan gaun itu. Zack tidak terlalu tertarik, ia memilih untuk fokus pada ponselnya. Hingga saat Mei sudah memakai gaun pertamanya, pelayan memanggil Zack.
"Ini baju pertama, tuan!" ucap pelayan itu.
Zack mendongakkan kepalanya. Terlihat Mei berjalan mendekat dengan menggunakan dress yang panjangnya di bawah lutut berwarna merah. Dengan model open shoulder. Lengkap dengan sepatu high heels yang senada. Mei sedikit kesusahan berjalan karena ia jarang memakai high heels, bahkan hampir tidak pernah. Zack terpana sesaat, Mei terlihat berbeda sekali saat ini. Tapi warna merah terlihat sangat mencolok untuk Mei.
"Bagaimana tuan, apakah mau pilih yang ini?" Pelayan membuyarkan lamunan Zack.
"Warna ini terlalu cerah," jawab Zack.
Pelayan membawa Mei kembali ke ruang ganti untuk berganti baju yang selanjutnya. Lima menit lamanya, Mei berganti baju selanjutnya. Kali ini Mei berjalan dengan penuh percaya diri. Baju kedua ini, dress biru tua di atas lutut. Modelnya sama, dipadukan dengan sepatu sneakers berwarna putih. Terlihat cocok dengan Mei yang tidak terlalu feminim. Zack terpana, Mei terlihat sangat menawan. Kulitnya yang putih terlihat cocok dengan warna biru tua. Zack baru sadar, body Mei lumayan juga. Sepertinya mau pakai baju model apa saja Mei terlihat cantik di matanya. Karena selama ini Mei tidak pernah menggunakan dress saat bertemu dengannya.
"Sempurna," ucap Zack tanpa sadar.
Detak jantung Mei berdegup dengan kencang, ia pura-pura tidak mendengar. Mei mengalihkan pandangannya.
"Ayo!" Zack menarik tangan Mei.
"Nggak usah tarik-tarik bisa enggak? Aku bukan kambing," protes Mei.
"Sudah ditunggu keluargaku," jawab Zack.
"Keluarga? Wait... Sebenarnya ada acara apa? Kamu mau aku melamarmu? Dimana-mana yang melamar itu laki-laki!" tanya Mei kebingungan.
"Bukan....Sebenarnya papaku mengundang aku dan kakakku untuk makan malam di rumahnya. Dia akan mengenalkanku dan kakakku dengan wanita pilihan papa. Papa tidak akan menjodohkanku kecuali jika aku membawa pacarku ke acara makan malam nanti!" Zack menjelaskan.
"Jadi maksudmu, aku jadi....." seru Mei.
"Please mau ya? Pacar pura-pura aja kok, please!" Zack memohon.
"Apa untungnya untukku?" tanya Mei.
"Selama kamu jadi pacar pura-puraku, aku jamin biaya hidupmu! Semuanya pokoknya," Zack menyakinkan Mei.
"Tawaran bagus! Tapi aku pikir-pikir dulu ya," jawab Mei.
"Mau ya? Please...." Zack memohon.
"Katanya aku musuh terbesarmu! Katanya amit-amit kalau sampai punya pacar sepertiku. Kenapa sekarang malah memintaku untuk menjadi pacar pura-puramu?" Mei meledek.
"Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, aku tidak mau menikah dulu. Masih mau menikmati kebebasan. Jadi kali ini kita teman ya, please bantu aku!" ucap Zack.
"Berapa lama aku harus berakting?" tanya Mei.
"Sampai papaku percaya dan berhenti menjodoh-jodohkanku, aku nggak mau menikah karena perjodohan!" jawab Zack.
"Okay, deal! Aku mau! Tapi jika suatu hari aku minta tolong padamu, kamu juga harus mau!" ucap Mei.
"Deal!" Zack setuju.
Zack menghela napas lega. Akhirnya Mei mau membantunya. Dia pikir akan susah membujuk Mei. Setelah membayar baju yang dipakai Mei, mereka kembali ke mobil.
"Bajuku yang aku pakai tadi gimana dong?" tanya Mei.
"Biarkan saja, baju murah kan?" jawab Zack bernada meledek.
"Heh, jangan meledek!" protes Mei.
"okay," Zack terkekeh.
Zack mengemudikan mobilnya menuju rumah papanya. Sepanjang perjalanan dia dan Mei mengobrol. Walaupun mereka sudah terlihat sedikit akrab tapi masih sering berdebat juga. Semoga saja nanti papanya percaya kalau Mei itu pacarnya.
----------‐----------------‐--------
Di mansion Cavero,
Cavero menyenderkan tubuhnya di pintu utama mansionnya. Sudah 10 menit ia menunggu di sana. Putranya belum ada yang datang. Dari kedua sorot matanya, Cavero terlihat marah. Kedua gadis anak rekan kerjanya sudah menunggu di meja makan. Emmy, mengajak keduanya untuk mengobrol.
Cavero langsung berjalan turun ke halaman, saat ia melihat mobil Zack memasuki halaman. Kini Cavero berkacak pinggang di depan mobil Zack.
"Itu siapa?" tanya Mei.
"Kenapa?" Zack malah berbalik bertanya.
"Serem," jawab Mei.
"Jangan takut, papaku sudah ada pawangnya," Zack terkekeh mengajak Mei turun dari mobil.
Zack dan Mei mulai menjalankan akting mereka. Zack membukakan pintu untuk Mei dan menggandeng tangannya. Mei berjalan agak di belakang Zack. Ia merasa takut dengan pria yang disebut papa oleh Zack. Jika benar itu papanya Zack, seram sekali. Tatapan matanya seperti akan mengulitinya hidup-hidup.
"Siapa dia?" seru Cavero.
Zack menyunggingkan senyumnya. Ia melirik Mei. Sebentar kemudian Zack merangkul pinggang Mei.
"Kenalin pa! Mei, pacar Zack!" ucap Zack dengan tegas.
"Pacar?" tanya Cavero terdengar meledek.
Jantung Mei berdegup sangat kencang. Ia merasakan perasaan aneh saat Zack mengakui dia adalah pacarnya. Mei berusaha bersikap setenang mungkin.
"Zack! Ayo masuk nak!" ucap Emmy yang tiba-tiba muncul di belakang Cavero.
"Wah cantiknya, siapa nih?" Emmy mencolek dagu Mei.
"Pacar Zack," jawab Zack.
"Mei, tante!" Mei mengulurkan tangannya hendak bersalaman.
Mei tersenyum canggung pada Emmy karena Emmy tidak menyambut uluran tangannya. Tanpa diduga, Emmy menghampiri Mei dan mencium pipi kanan dan kiri Mei. Emmy merangkul bahu Mei dan mengajaknya ke meja makan. Mereka berdua terlihat sangat cocok. Zack tersenyum melihatnya. Zack berjalan di belakang mereka. Sementara Cavero, dia mendelik menatap Zack dari kejauhan. Terakhir anak buahnya bilang Zack di demo para wanitanya. Dan tidak ada wanita yang dekat dengan Zack. Sekarang, tiba-tiba Zack membawa gadis yang ia akui sebagai pacar. Apakah ini cuma akal-akalan anaknya saja?
Di meja makan sudah ada dua gadis yang duduk dengan anggun. Keduanya menatap Mei dengan tatapan sinis. Mei acuh, duduk di samping Zack dengan tenang. Salah satu gadis itu langsung berdiri dari kursinya.
"Siapa dia, om?" seru gadis itu.
"Pacar Zack," jawab Cavero yang baru bergabung di meja makan.
"Yang akan dijodohkan dengan Zack kan saya, om!" protes gadis itu.
"Tidak jadi, kau boleh pulang!" jawab Cavero.
"Nggak denger? Itu pintu keluarnya masih di tempat yang sama," imbuh Emmy.
Gadis itu menghentakkan kakinya ke lantai dengan keras. Lalu meninggalkan meja makan. Ia merasa sangat kesal. Impiannya menjadi menantu keluarga Johanson gugur sebelum bersemi.
Zack tersenyum puas, akhirnya gadis yang akan dijodohkan dengannya sudah pergi. Tanpa sadar ia menggenggam tangan Mei dengan erat. Membuat jantung Mei hampir melompat.
"Mei masih kuliah atau sudah kerja, nak?" tanya Emmy.
"Kuliah tante," jawab Mei.
"Panggil mama aja ya, kan nanti kamu jadi anak perempuan mama!" seru Emmy.
"Emm.... Iya ma!" jawab Mei dengan malu-malu.
"Mama nggak sabar deh," seru Emmy dengan senang.
"Sekarang kita tunggu kakaknya Zack dulu ya," ucap Cavero.
Mereka mengobrol sembari menunggu kedatangan Zain. Mei cepat sekali akrab dengan mama dan papa Zack.
...................
Jangan lupa like, vote, dan tinggalkan komentar sesuka kalian ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Armaliza
pasti seru nih🤭😅😅😅
2025-03-09
0
Parti Barokah
Nahloooo....zain kan dosen dikampus mei yg mei taksir kan tor...🤣🤣🤣
2022-01-23
0
Siti saadah Khodijah
cinta segitiga bakal terjadi 🤭🤭
2021-08-28
0