Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga semuanya sehat selalu ya!
.............
Reza berusaha memberontak. Kedua pria besar itu mendudukkannya secara paksa di sofa. Saat Reza hendak bangkit dari sofa, sebuah bogem mentah ia dapatkan di perutnya. Zara tersenyum smrik. Ia mengeluarkan sebuah map berwarna biru tua. Di hadapan Reza, Zara membuka map itu dan membacanya keras. Ternyata map itu berisi rekam medis asli milik Reza.
Map itu dirampas langsung oleh Reza. Kedua pria tadi tidak bisa memukul Reza karena dilarang oleh Zara. Reza merobek map beserta isinya menjadi potongan kecil-kecil.
"Kamu harus mengingatnya, aku punya soft file dari hasil scan dokumen itu," Zara terkekeh.
"Kamu juga harus mengingatnya, mengingat apa penyakitku!" seru Reza.
Bug,
Kedua pria itu lengah, Reza memanfaatkan kesempatan itu untuk menyikut perut pria yang berjaga di sebelah kirinya. Saat pria yang lainnya akan menyerang, Reza mencondongkan badannya ke belakang. Ia hantaman kepala kedua pria itu bersamaan.
Dug,
"Aarrgghh" pekik salah satu dari pria itu.
Reza beranjak dari sofa, ia menatap tajam Zara. Zara hanya terdiam, sesaat kemudian wanita itu tersenyum licik. Karena dua pria berbadan besar tadi sudah berdiri lagi di belakang Reza. Reza mengarahkan tangan kirinya hendak mencekik leher Zara.
Hap,
Kedua pria itu menahan masing-masing lengan Reza. Reza memberontak sekuat tenaga, tapi kedua pria itu menahannya dengan kuat. Zara berjalan mendekati Reza dengan badannya yang melenggak-lenggok bak model yang sedang catwalk. Tangannya yang lentik membelai wajah Reza. Dari dahi, hidung, bibir, dan berhenti di tengkuk Reza. Reza mengalihkan pandangannya. Tapi kemudian Zara memaksa Reza untuk menatapnya.
"Setujui saja tawaranku pagi tadi," bisik Zara di telinga Reza.
"Cuih!" Reza meludahi wajah Zara.
Plak plak,
Zara langsung menampar pipi Reza dengan kuat. Bukan dengan tangannya lagi, tapi dengan sepatunya. Reza mengangkat wajahnya, ia merasakan ada cairan kental yang mengalir di sudut bibirnya. Ia menggunakan lengan atasnya untuk mengelap sudut bibirnya.
Darah, bibirnya berdarah. Amarah Reza semakin memuncak. Sejak tadi ia berusaha mengontrol emosinya tapi kali ini darah di bibirnya membuatnya tidak bisa menahan amarahnya. Ia ingin melihat lebih banyak darah lagi. Reza melirik kedua pria yang menahannya. Reza melompat lalu menginjak kaki kedua pria itu bersamaan. Akhirnya dirinya terlepas dari dua pria itu. Reza berbalik, menatap kedua pria itu dengan sengit. Ia melompat lagi.
Bug bug,
Ia melayangkan tendangan kepada dua pria itu. Dua pria itu jatuh seketika, pingsan. Kini Reza menatap Zara. Ia berjalan perlahan mendekati Zara.
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu," Reza meraih tangan Zara dan mendudukkannya di sofa.
Zara merasa ketakutan. Tatapan Reza sangat berbeda dengan biasanya. Ia mencoba untuk relaks dan mengikuti Reza.
"Duduklah dengan santai di sini, sebentar aku tuangkan minuman untukmu!" Reza menuangkan wine dalam gelas Zara.
Reza memberikan wine itu pada Zara. Melihat kimono Zara yang jatuh ke lantai, ia mengambilnya. Reza memakaikan kimono itu untuk Zara.
"Cukup dingin disini, pakailah!" Reza tersenyum.
"Terima kasih, sayang!" jawab Zara.
Zara merasa lega. Sepertinya Reza menyetujui tawarannya. Buktinya sekarang Reza bersikap manis padanya. Ia meminum winenya dengan santai. Sementara Reza, ia sedang melepas jasnya sekarang. Dasinya pun juga ia lepas. Zara semakin senang melihatnya. Ternyata psikopat tidak seburuk yang ada dipikirannya.
Reza menggibas-gibaskan jasnya. Tidak ada satupun benda di jas itu. Tapi ada sebuah pensil kayu jatuh dari jas itu. Reza pun mengambil pensil kayu yang terjatuh di lantai itu. Ujung pensil itu menjadi tumpul karena terjatuh. Ia mengitari ruang tamu Zara untuk mencari sesuatu.
"Kamu cari apa?" tanya Zara.
"Rautan," Reza tersenyum.
"Di laci ruang tengah ada," jawab Zara.
Reza berjalan santai menuju ruang tengah, ia mengambil rautan sesuai petunjuk Zara. Reza akhirnya bisa meraut pensilnya. Pensil miliknya sekarang sudah lancip seperti sedia kala. Ia juga pergi ke dapur untuk mengambil dua gelas lagi, untuk menyajikan wine. Agar kedua pria yang tadi bertarung dengannya juga bisa menikmati wine itu bersamanya.
"Kalian berdua sudah sadar? Ini diminum!" Reza menyodorkan dua gelas wine untuk dua orang itu.
Mereka minum bersama di ruang tamu dengan sedikit canggung. Reza menjadi ramah pada mereka bertiga. Tapi di menit selanjutnya semuanya berubah. Reza beranjak dari sofa, ia akan mengambil cemilan. Agar negosiasi tentang rekam medis dengan Zara lebih santai katanya.
Lampu tiba-tiba padam, Zara dan kedua anak buahnya terdiam.
Jleb,
"Arrgghh!" teriak salah satu anak buah Zara.
Zara panik, ia segera menyalakan senter di ponselnya. Tapi saat santernya menerangi salah satu anak buahnya yang berteriak tadi, mereka semua berteriak. Bagaimana tidak? Tangan dari anak buah Zara itu berlumuran darah. Tadi ia hendak meletakkan gelasnya di meja saat lampu padam, tapi sebuah benda tajam menusuk tangannya hingga tembus. Zara dan anak buahnya yang lain sampai mundur ketakutan. Pria yang terluka tadi membungkus tangannya dengan saputangan.
Byar,
Lampu kembali menyala, Zara dan kedua anak buahnya tambah terkejut saat Reza tiba-tiba sudah berdiri di hadapan mereka dengan membawa nampan yang berisi snack ringan. Lampu yang padam sebenarnya hanya lampu di ruang tamu saja.
"Ada apa?" tanya Reza.
"Tangannya ...." seru Zara.
"Oh.." jawab Reza santai.
"Bukan kamu kan?" tanya Zara.
"Aku kan mengambil cemilan ke dapur tadi," jawab Reza.
Baru saja Reza meletakkan nampannya di meja, lampu padam lagi.
"Arrgghh!" terdengar lagi teriakan. Suaranya sama dengan anak buah Zara yang terluka tadi.
"Arrgghhh!" kali ini pria yang satunya yang berteriak.
Di saat pria itu berteriak Zara juga sedikit memekik, karena ujung jarinya terasa perih.
Byar,
Lampu ruang tamu itu menyala lagi. Zara berteriak histeris. Pria yang tadi tangannya terluka, di paha kirinya tertancap garpu. Dan pria yang satunya tangannya dipaku kencang di atas meja dengan sebuah garpu. Yang membuat Zara semakin histeris adalah bajunya sampai terkena percikan darah dari pria itu. Dan di tangan kanannya ia menggenggam sebuah garpu yang berlumuran darah. Ia memeriksa tangannya itu, ternyata juga jarinya mengeluarkan cukup banyak darah. Sementara Reza, ia duduk dengan santai sambil menikmati winenya.
"Kenapa nona melakukannya?" lirih salah satu anak buahnya.
"Tidakkk...." Zara membuang garpu itu.
"Kenapa kau menatapku?" seru Reza pada Zara yang menatapnya.
Zara berdiri dan menarik tangan Reza menuju pintu apartemennya. Tapi saat tangannya baru memegang handle pintu, lampu ruang depan mati lagi.
Arrgghhh.....
Kedua anak buah Zara berteriak bersamaan. Teriakan mereka panjang dan terdengar menyakitkan. Zara semakin ketakutan. Cukup lama lampu itu mati, sampai Zara tidak berani membuka pintu ataupun kembali untuk mengecek anak buahnya. Yang ada dipikirannya sekarang, Reza sedang bersamanya lalu siapa yang berulah lagi. Jika ia bersuara bisa jadi setelah ini gilirannya.
Byar,
Setelah sekitar 15 menit Zara ketakutan dalam kegelapan, lampu menyala lagi. Ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Ia berlarian kembali ke ruang tamu dengan masih menggandeng tangan Reza.
Satu detik,
Dua detik,
Tiga detik,
Zara lemas hingga jatuh tersadar di dinding. Ruang tamunya penuh dengan darah. Kedua anak buahnya sudah tidak bernyawa. Salah satu anak buahnya mati karena ditusuk puluhan garpu di dada dan lehernya. Dan yang satunya, lehernya berlubang-lubang kecil bekas tusukan suatu benda. Satu hal lagi yang membuat Zara hampir muntah. Mata kiri pria itu ditusuk menggunakan pensil kayu yang sudah berlumuran darah. Zara berlutut di lantai, menangis sejadi-jadinya. Saat melihat pensil kayu itu Zara teringat. Pensil itu adalah pensil yang diraut oleh Reza. Sontak Zara langsung menoleh ke samping. Sampai sekarang ia masih menggenggam tangan Reza.
"Arrgghhh!" Zara berteriak kencang.
Prang,
Zara melemparkan segepok garpu yang diikat. Garpu itu sudah penuh dengan darah. Tentu darah dari kedua anak buahnya dan mungkin sudah terkena darahnya juga. Karena jarinya terluka saat ini.
"Sejak kapan tangan Reza jadi garpu? Dimana kamu Reza?" teriak Zara dengan kencang.
Hening, Reza sudah tidak ada di sana. Zara berjalan gontai menuju pintu. Pintunya tidak terkunci, Reza pasti pergi lewat pintu itu. Zara menendangnya dengan kencang. Di sebuah cermin dekat dengan jendela, ada tulisan dari tetesan darah.
Setitik darah itu membuatku menginginkan lebih banyak darah! Dan kau penyebab dari kejadian ini. Darah dibalas darah, keegoisanmu kubalas dengan kesenanganku!
Zara bergegas berlari menuju kamarnya, ia mengobrak-abrik kamarnya. Hilang, flashdisk yang ia simpan di pot tanaman hias kamarnya hilang. Zara menjambak rambutnya dengan kasar. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Permainannya gagal sebelum dimulai.
Zara berteriak sekencang-kencangnya. Kejadian tragis membuatnya benar-benar cemas dan ketakutan. Jika Zara menelpon polisi sekarang, apa yang akan ia katakan. Hanya ada dirinya seorang apartemen ini. Ia tidak tahu rencana Reza atau siapapun yang melakukan semua ini, bisa jadi ia yang akan menjadi tersangka. Tiba-tiba pintunya diketuk dari luar.
Tok tok tok,
.............................
Jangan lupa like, vote, dan tinggalkan komentar sesuka kalian ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Lilisdayanti
REZA LEBIH psikopat lagi dari dave 🤭🤭 LEBIH sadis 👍👍
2023-02-07
0
Revi Ani
main2 kok sama psikopat.... amblas kamu jalang
2021-11-12
0
Siti saadah Khodijah
psikopat kau lawan, rasakan akibatnya 😠😠😠
2021-08-27
0