Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga semuanya sehat selalu ya!
.............
Sinar matahari mulai menerobos masuk melalui celah-celah gorden. Mei sudah siap untuk pergi ke kampus. Ia keluar apartemen dengan membawa setumpuk buku dan tas ransel untuk wadah laptop. Sebelum keluar, ia menyambar roti dengan selai cokelat yang sudah disiapkan tadi.
"Dia sudah membelikan pesananku belum ya," gumam Mei saat ia melewati unit apartemen Zack.
Mei berhenti sejenak, ia ingin mengetuk pintu. Tapi ia urungkan niatnya. Aryn sudah mengirimnya pesan singkat untuk segera datang. Sudah satu minggu ini Aryn mulai kuliah lagi, mereka selalu berangkat dan pulang bersama. Mei bergegas menuju basement dan melajukan mobilnya menuju mansion Dave.
Sesampainya di mansion Dave, seorang penjaga langsung membukakan pintu mobil untuk Mei. Mei berlarian masuk ke dalam.
"Davin...." Mei berlari memeluk Davin yang sedang duduk di kursinya bersama semua orang di meja makan.
Davin yang sekarang berusia 11 bulan, dibuatkan kursi khusus di ruang makan. Jadi Davin akan bergabung saat makan bersama. Perkembangannya cukup pesat, sejauh ini Davin sudah belajar berjalan satu atau dua langkah. Dan sudah bisa makan sendiri, oleh karena itu Dave membuatkan kursi untuknya.
"Main peluk-peluk saja, sudah cuci tangan belum?" seru Dave.
"Sudah, tadi di apartemenku." Mei memonyongkan bibirnya hendak mencium Davin.
"Nih!" Aryn menjejalkan potongan apel ke mulut Mei.
"Aryn, kamu tega banget sih sama sahabat sendiri! Aku mau nyium pangeran aku nih!" Mei mendumel saat mengunyah apel dalam mulutnya.
"Makanya cuci tangan dulu sana, kamu habis dari luar rumah. Tanganmu pasti sudah menyentuh barang dan terkena kuman!" Aryn mendorong Mei masuk ke wastafel yang ada di dekat ruang makan.
Keluarga Dave selalu menjaga kebersihan, siapapun yang datang dari luar harus mencuci tangan dulu. Apalagi jika mau menyentuh Davin dan Desmon.
"Sudah sarapan belum, Mei? Ayo duduk sarapan dulu!" ucap Katy.
"Tidak usah disuruh, ma! Nanti juga ngambil sendiri!" seloroh Dave.
"Cukup jangan dikasih kantong plastik aja," Silvi terkekeh.
"Nanti habis makanan ini sebelum kita makan," imbuh Dave membuat semua orang tertawa.
Mei mengangkat sebelah alisnya. Ia tidak marah, ia duduk di kursi yang kosong. Tangannya dengan lincah membalik piring, dan mengambil sandwich di hadapannya. Semua orang sudah tidak heran lagi dengan tingkah Mei.
"Dimana om kecil?" tanya Mei.
"Ada di kamarnya," jawab Katy.
"Bagaimana kabar tante? Apakah jahitannya sudah kering?" tanya Mei.
"Sudah lumayan, tante sudah bisa jalan jauh!" jawab Katy terkekeh.
"Syukurlah," jawab Mei.
Mereka semua baru saja selesai sarapan. Di kursinya, Davin berceloteh. Tangan kanannya menggenggam sendok sementara tangan kirinya memegang Apel. Nasi timnya belepotan di bibir dan pipinya.
"Biarkan aku saja yang membantu Davin makan, kamu berangkat kuliah saja!" Dave mengelus kepala Aryn.
"Tapi..." ucap Aryn.
"Sudah sana berangkat! Ingat harus jaga mata, bibir, tangan, kaki, dan hatimu ya, sayang!" seru Dave.
"Baiklah," Aryn berjongkok di depan Davin lalu mencium pucuk kepala putranya.
"Aku berangkat dulu, sayang!" sekarang giliran Aryn mencium pipi Dave.
Tapi Dave justru memanfaatkan situasi, sebelum Aryn mencium pipinya, ia menoleh dan bibirnya lah yang dicium Aryn. Seketika Silvi dan Uti menutup matanya. Erick menutup mata Katy. Sementara Mei, ia menopang dagunya dengan kedua tangannya.
"Kenapa mata mama ditutup sih, papa botak?" Katy protes.
Panggilan papa botak sepertinya sudah melekat pada Erick. Karena memang Erick tetap mempertahankan kepala botaknya sampai sekarang.
"Nanti kalau kamu pengen, aku takut kebablasan sayang!" Erick terkekeh.
"Kak Dave kalau mau romantis-romantisan jangan di sini!" seru Silvi.
"Benar itu, kalian harus mengerti Silvi dan Uti sama-sama tidak ada lawan mainnya!" imbuh Uti.
Aryn mencubit lengan Dave, menahan malu. Dave hanya senyum-senyum tanpa merasa malu sedikitpun. Perhatian semua orang kini berganti pada Mei. Mei masih menopang dagu dengan kedua tangannya. Dia senyum-senyum sendiri.
"Mei?" Aryn memanggil Mei.
"Iya pak dosen sayang," jawab Mei tanpa sadar.
"Heh sadar!" Aryn menyentil dahi Mei.
"Aaww sakit, Aryn!" jawab Mei.
"Pagi-pagi sudah halu, ayo berangkat!" Aryn menarik lengan Mei.
Mei dan Aryn berangkat ke kampus, dengan diikuti pengawal yang berbeda mobil dengan mereka. Seperti biasa Mei memutar lagu k-pop kesukaannya. Seperti botol yang bertemu dengan tutupnya, Aryn pun juga menyukai apa yang disukai Mei. Mereka bernyanyi sepanjang jalan.
Saat mobil mereka memasuki gerbang kampus, sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang tiba. Mei memilih untuk memarkirkan mobilnya di parkiran depan. Biasanya ia akan memarkir di parkiran belakang dekat dengan gedung fakultas mereka. Tapi sepertinya sudah penuh di sana.
"Ayo cepat, kita harus segera masuk! Kelas pertama adalah kelasnya Pak Zain!" Aryn turun dari mobil.
Mei mengekor di belakang Aryn. Hari ini ada tugas presentasi, jadi barang bawaan mereka lebih banyak. Masing-masing dari mereka sampai harus menenteng barang mereka. Karena ruang di tasnya diisi penuh oleh laptop. Setiap saat ada saja yang diobrolkan Mei dan Aryn. Sampai-sampai mereka menabrak seseorang saat akan masuk ke kelas.
Gedubrak,
Terjadilah hujan kertas di depan kelas. Semua kertas Mei berhamburan, Buku Aryn berserakan di lantai. Baru saja Mei mau mengumpat tapi pria yang menabrak mereka langsung berjongkok untuk mengambil kertas dan buku mereka yang berserakan.
"Maaf, pak!" ucap Aryn karena ternyata pria yang mereka tabrak adalah Zain, dosen mereka.
"Tidak masalah, saya juga tidak hati-hati tadi!" jawab Zain.
"Ini bukunya," Zain menyerahkan buku Aryn.
"Terima kasih," jawab Aryn.
"Dan ini kertasmu," ucap Zain saat menyerahkan kertas milik Mei.
Mei terdiam, ia terpana akan ketampanan Zain. Zain terlihat sangat berwibawa dan keren. Kedua pipi Mei bahkan bersemu merah.
"Mei jangan mempermalukanku hari ini, please!" Aryn berbisik di telinga Mei.
Mei langsung sadar, ia mengambil kertasnya dari tangan Zain.
"Gamsahabnida," ucap Mei.
Zain terkekeh melihat tingkah Mei. Sementara Aryn, ia heran. Mei tadi hanya makan sandwich saat sarapan. Kenapa sahabatnya bisa jadi seperti ini?
"Kalian cepat masuk ke kelas, kelas akan dimulai 10 menit lagi!" ucap Zain.
"Baik, pak!" jawab Aryn.
Zain mengangguk, kemudian ia memperhatikan Mei. Bukannya menjawab Mei masih senyum-senyum sendiri.
"Mei paham?" tanya Zain dengan suara lebih keras.
"Eh..." Mei tersadar.
"Saranghae..." ucap Mei spontan.
"Temanmu kerasukan setan korea," Zain terkekeh, ia masuk ke dalam kelas.
"Hanya karena melihat pak dosen kenapa otakmu konslet?" bisik Aryn di telinga Mei.
Semua teman-teman Aryn dan Mei yang sudah ada di kelas tertawa serempak. Aryn mengelap wajahnya dengan kasar. Masih pagi tapi sudah dibuat malu habis-habisan oleh Mei.
"Ayo masuk Mei! Kamu ini tidak pernah bosan mempermalukanku!" seru Aryn menarik lengan Mei agar masuk ke kelas.
"Nal dang-giji ma ! " jawab Mei.
"Aku bukan mamamu! Ayo cepat masuk!" seru Aryn.
"Hah?" Mei menatap Aryn.
Kelas pagi itu pun dimulai. Selama kelas berlangsung, Aryn mendiamkan Mei. Mei tidak menghiraukannya, ia fokus menatap Zain yang sedang mengkoreksi hasil presentasi temannya.
"Indahnya ciptaan tuhan," gumam Mei
-----------------------------------------------‐---‐-----
Di kantin sekolah Silvi,
Brak,
Seseorang menggebrak meja Silvi, hampir saja ia tersedak. Silvi meletakkan minumannya di atas meja. Tadi ia berniat untuk bersantai sebentar di kantin sebelum pulang, tapi malah kekacauan yang ia dapat sekarang. Silvi mendongak menatap orang itu. Ternyata Jenny, salah satu siswi tereksis di sekolah.
"Maaf nona, jangan ganggu Nona Silvi!" Frans dan salah satu pengawal Silvi sudah berdiri di depan gadis itu.
"Kak Frans aku bisa mengatasinya, kalian sebaiknya menjauh!" ucap Silvi dengan santai.
Frans mengangguk, ia mundur perlahan diikuti pengawal. Silvi menatap Jenny.
"Duduklah dulu, bicarakan baik-baik," ucap Silvi pada Jenny.
"Cih, gua nggak sudi duduk semeja sama lo!" jawab Jenny dengan angkuh.
Silvi hanya tersenyum. Ia sudah terbiasa berhadapan dengan para siswi macam Jenny di sekolah ini. Meskipun begitu Frans dan para pengawal melihat dari kejauhan dengan cemas. Karena kalau sampai Silvi lecet sejentik jaripun, Dave akan menghukum mereka.
"Kalau gitu, katakan! Ada masalah apa?" tanya Silvi.
"Jauhi Mike!" seru Jenny.
Silvi dan Mike sudah dekat sejak pertama Silvi masuk ke sekolah ini. Mereka dekat karena mereka sering berlatih basket bersama. Tapi entah kenapa semua siswi di sekolah ini memburu Mei karena itu. Dulu juga ada yang melabraknya karena kedekatannya dengan Mike. Bukan hanya itu, saat Silvi terlihat dekat dengan siswa tampan lainnya di sekolah ini, pasti akan ada siswi yang menabrak.
"Aku bingung dengan semua siswi di sekolah ini, kenapa kalian menyuruhku menjauhi Mike?" Silvi terkekeh.
"Karena Mike itu akan jadi pacar gua!"
"Baru akan, kan? Lalu apa masalahnya?" tanya Silvi.
"Ternyata lo nggak bisa dibilangin, ya? Rasakan ini!" Jenny mengangkat tangannya, bersiap memukul Silvi.
Tapi saat pukulannya akan mendarat di pipi Silvi, tangan Jenny dicekal oleh tangan kekar. Silvi tersenyum devil. Frans dan dua orang pengawal berlari mendekat ke lokasi kejadian.
"Mike?" Jenny terkejut.
"Kenapa? Kaget? Deg-degan ya?" Mike tersenyum devil.
"Iy...iya," jawab Jenny.
"Syukurlah itu artinya lo masih punya jantung! Berarti cuma otak lo aja yang tidak berfungsi," ucap Mike bernada sinis.
"Savage, Mike!" Silvi terkekeh.
Jenny merasa geram, Silvi dan Mike terlihat sangat akrab. Ia menghentakkan kakinya dengan kencang ke lantai karena kesal. Jenny balik badan, meninggalkan kantin. Baru dua langkah ia pergi, langkah kakinya terhenti karena ucapan Mike.
"Tidak ada seorang pun yang berhak menyuruh Silvi menjauh dari gua, kalau sampai ada yang berbuat sama seperti tadi lagi, gua gantung di ring basket!" seru Mike.
Jenny menoleh dan menatap tajam Silvi. Silvi hanya tersenyum simpul. Membuat Jenny semakin kesal.
"Thanks, Mike! Baru kali ini aku ngerasain punya sahabat!" ucap Silvi.
"Okay! Mau pulang sekarang? Aku antar," jawab Mike.
"Yuk!" seru Silvi.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Seketika Mike mematung, seseorang sudah membukakan pintu untuk mereka. Dia adalah Frans. Selain itu ada tiga orang lainnya yang berpakaian hitam-hitam.
"Kalau begini, aku bukan mengantarmu namanya, naik mobilku saja ya? Aku yang menyetir!" ucap Mike.
"Maaf tuan, Nona Silvi harus pulang bersama kami!" sahut Frans.
"Udahlah, ayo! Nanti mereka akan mengantarmu pulang juga!" Silvi menarik tangan Mike untuk masuk ke dalam mobil bersamanya.
"Ini namanya aku numpang pulang," Mike terkekeh.
..................
Jangan lupa like, vote, dan tinggalkan komentar sesuka kalian!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
tannn
aduhh kayaknya si mike suka ama silvi dehh😭
2024-08-18
0
Yunita
Zack saingan sma kka nya nihh
2021-12-30
0
Nurul Jannah
wadduh bakal ad saingan.x Reza in 🤣
2021-09-09
1