Bagaimana kabarnya hari ini? Semoga semuanya sehat selalu ya!
.............
Tok tok tok,
Zara menatap pintu apartemennya tanpa berkedip. Siapakah yang datang? Ruang tamunya masih berantakan, dipenuhi darah.
Tok tok tok,
Zara enggan membuka pintu, tapi pintu itu terus menerus diketok dari luar. Zara beranjak dari tempatnya. Berjalan perlahan menuju pintu. Ia merapihkan rambut dan bajunya yang acak-acakan. Darah yang berasal dari jarinya, ia lap dengan ujung baju belakangnya.
Ceklek,
Pintu terbuka, Zara terkejut ternyata yang datang adalah tetangganya. Zara langsung keluar dan menutup pintu apartemennya. Tetangganya itu menjadi lebih penasaran.
"Maaf, apakah nona baik-baik saja? Tadi saya tidak sengaja mendengar teriakan pria yang keras dari dalam apartemen nona," ucap wanita yang lebih tua dari Zara.
"Emm.. Itu tadi saya menonton film, volumenya kebesaran! Maaf," jawab Zara dengan sedikit gugup.
"Oh suara film, tadi saya sampai takut loh! Suaranya seram, saya pikir ada rampok di apartemen nona," sahut wanita itu.
"Tidak, kok! Hanya film saja," Zara menampilkan senyumnya yang terpaksa.
Wanita itu mendelik, menatap Zara. Ia merasa sedikit aneh dengan penampilan Zara hari ini. Biasanya Zara berpenampilan rapi dan elegan. Tapi kali ini Zara keluar apartemen dengan baju tidur kimono yang sangat kusut. Kalaupun dipakai tidur tidak akan sekusut itu. Tubuh Zara sangat berkeringat, padahal unit apartemen di sini full AC. Dan satu hal lagi, tadi secara tidak sengaja wanita itu melihat bagian belakang baju Zara ada noda merah. Mirip dengan darah. Ataukah mungkin Zara sedang datang bulan? Tapi kalau sedang datang bulan, darahnya lumayan banyak, apakah tidak terasa?
"Nona, maaf! Mungkin nona sedang datang bulan, itu ada darah di baju belakang," wanita itu menunjuk baju Zara.
"Benarkah? Emm... Saya kadang tidak terasa kalau sedang seperti ini," jawab Zara.
Zara merasa sedikit lega, tetangganya tidak menaruh curiga padanya. Sekarang ia harus membuat wanita itu cepat pergi dari hadapannya. Ia harus membersihkan apartemennya sesegera mungkin.
"Kalau begitu saya masuk dulu," Zara berpamitan.
Wanita itu mengangguk, tapi masih tidak beranjak dari tempatnya. Jadi Zara masuk ke apartemen dengan hati-hati. Agar kondisi bagian dalam apartemennya tidak terlihat. Kenyataannya, tetangganya itu masih curiga. Ia sedikit mencuri pandang untuk melihat kondisi apartemen Zara. Kalau sudah curiga, tidak akan mudah percaya begitu saja.
"Ada apa sebenarnya di dalam apartemen ini? Nona Zara sepertinya sangat tidak ingin saya melihat apartemennya," gumam wanita itu.
Zara tersenyum tipis, lalu menutup pintu dengan rapat. Wanita itu akhirnya kembali ke unit apartemennya dan melupakan suara serta tingkah aneh tetangganya. Lagipula itu bukan urusannya. Kalau ada masalah yang disembunyikan Zara, hal terpenting dalam perannya sebagai tetangga sudah ia laksanakan. Yaitu bertanya apakah tetangganya itu baik-baik saja.
-----------------------------------
"Bos mendapatkan softfile rekam medisnya?" seru Glen.
"Tentu," jawab Reza.
"Serangan balasan bos, sangat mengesankan! Walaupun saya yang jadi spidermannya," Glen memuji bosnya itu.
"Mulutmu itu lama-lama seperti wanita, sudah cepat antar aku pulang! Sebelum aku kehilangan kontrol lagi," seru Reza.
Glen mengangguk patuh, ia menekan pedal gas meninggalkan apartemen Zara. Di balik kemudi mobil, Glen terkesan dengan rencana bosnya. Tadi saat bosnya sampai di apartemen Zara, ia mendapatkan perintah untuk memanjat gedung apartemen sampai lantai 15. Perintah itu dikirimkan Reza dengan ponsel anak buah yang disuruh Glen untuk mengawasi Zara.
Glen tadinya hendak menolak, ia bukan spiderman yang bisa memanjat dinding. Reza hanya membalas dengan tiga kata waktu itu.
Lakukan atau pecat? Dengan tiga kata senjata itu Glen menurut. Dengan tali yang disiapkan anak buahnya, Glen memanjat apartemen itu. Cukup sulit, karena tidak boleh sampai ketahuan. Sesampainya di lantai 15, Glen harus menunggu tepat di sisi jendela dapur unit apartemen Zara. Di menit yang sudah ditentukan Reza, Glen harus mengetuk pelan jendela itu untuk menunjukkan keberadaannya. Pada waktu itu Reza membukakan jendela dapur, sebelumnya ia beralasan pergi ke dapur untuk mengambilkan makanan.
Glen yang bertugas mematikan saklar lampu. Saat lampu mati, Glen harus pergi ke kamar Zara untuk mencari softfile itu. Sesuai laporan anak buahnya, kemungkinan besar Zara menyembunyikannya di kamar karena anak buah Glen yang mengawasi dengan teropong melihat Zara memasukkan sesuatu ke dalam pot tanaman kecil lewat bayangan dari jendela kamarnya. Sementara Reza, ia menunaikan hasratnya yang haus darah. Ia hanya menggunakan peralatan sederhana dari dapur, yaitu empat lusin garpu dan pensil yang dia raut tadi.
Hal ini membuat Reza sangat puas, akhirnya ia bisa melakukan keinginannya sekaligus memberi pelajaran pada anak buah Zara yang memukulnya tadi. Reza melakukannya dengan cermat hingga tidak meninggalkan jejak apapun. Ia tadi sengaja melukai jari Zara agar darahnya bisa digunakan untuk memanipulasi sang pelaku pembunuhan. Reza senang, bisa membuat wanita melon itu ketakutan. Pastilah sekarang wanita itu bingung mau dikemanakan mayat itu.
"Ini bos ponselnya," Glen menyerahkan ponsel Reza saat sudah sampai di mansion milik keluarganya.
Baru saja ia membuka pintu utama, maminya langsung berlari menghampirinya. Yang pertama kali dilakukan Zela pada putra kesayangannya adalah mencium pipi Reza.
"Kapan mami berhenti mencium pipiku?" keluh Reza.
"Kalau kamu sudah punya istri yang nanti akan menggantikan mami mencium pipimu," Zela terkekeh.
"Reza sudah besar, mi!" Reza merengek.
"Terserah apa katamu. Anak mami ini tidak ada masalah kan hari ini? Tidak ada luka?" Zela menatap Reza dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Seperti yang mami lihat sekarang," jawab Reza.
"Mami pikir kamu tidak pulang ke rumah! Kenapa pesan mami tidak dilihat, ditelpon pun tidak diangkat?" seru Zela.
"Tidak dengar, mi! Lagipula kalau Reza tidak pulang ke rumah, mau pulang kemana?" jawab Reza asal.
"Siapa tahu kamu diam-diam punya apartemen lagi," Zela menatap Reza.
"Tidak, mami!" jawab Reza.
"Besok lain kali harus diangkat," seru Zela.
"Kalau dengar ya, mi?" Reza terkekeh.
"Mau jadi batu, kamu?" Zela menatap Reza dengan tajam.
"Nggak mau, mi! Nanti dikantongi buat nahan hajat!" Reza terkekeh.
Reza tidak mungkin membiarkan maminya tahu apa yang dilakukannya tadi. Reza mengganti pakaiannya dengan pakaian yang selalu dibawanya di bagian belakang mobil. Untuk berjaga saat dalam situasi yang mendesak seperti tadi.
"Sekarang kamu mandi yang bersih, mami sudah menyiapkan baju gantimu. Setelah mandi, ke meja makan ya! mami sudah memasak makanan kesukaan kamu," ucap Zela penuh kasih sayang.
"Siap, mami!" Reza bergegas menuju kamarnya.
Reza sangat berbeda jika berhadapan dengan orang yang ia sayangi. Ia selalu menunjukkan sifatnya yang lucu dan ceroboh. Berbeda dengan saat ia menghadapi orang yang jahat atau melakukan kesalahan padanya. Walaupun wajahnya terlihat santai tapi tangannya akan membantai. Benar apa kata orang, seorang yang menderita gangguan semacam psikopat akan sangat pandai menampilkan emosi yang berbeda. Penderita gangguan ini juga sangat pandai meniru emosi orang lain. Hanya pada orang-orang tertentu sang penderita akan menunjukkan sikap yang sebenarnya.
.........................
Jangan lupa, like, vote, dan tinggalkan komentar sesuka KALIAN!I love you All!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Nurul Jannah
Kren Reza,, walaupun bsa ngebantai smua pnjahat dgn sadis tp tetap rendah hati ke orang tua.x,,, smoga hati Dave bsa meleleh jg lh
2021-09-12
1
Yusnita Fauziah
lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut lanjut 💪💪💪💪💪💪💪💪😘😘😘😘😘😘😘😘😘💛❤️💜💚🤎🖤🧡💙💙🤍
2021-07-29
1
Yanti Jambi
makin serruu kapan dave kasih restu nya thorr..gk sabar nunggu..kasihan reza sm silvy
2021-07-29
0