Tepat pada pukul sembilan, sebuah mobil sedan berwarna hitam mengkilat, terparkir perlahan di halaman rumah. Aku yang kala itu sedang menikmati teh hangat ditemani oleh laptop di hadapan, lantas memanjangkan leher untuk sekedar mengintip--siapakah gerangan yang datang?
DEEEP
Terdengar dengan jelas suara pintu mobil yang dibanting tertutup, menandakan penghuni yang tadi berada di dalamnya sudah keluar dari peraduan. Aku langsung beranjak dan berjalan menuju teras dengan langkah setengah berlari.
"Sayang ....!" sapaku pada Vida, setelah melihat senyuman indah terpampang jelas di wajahnya yang ayu itu. Vida membalas senyumanku, lalu meraih telapak tanganku dan mencium punggungnya.
Istri yang baik!
"Yan, kamu gak mampir dulu?" tanya Vida kepada Deyandra ketika pria itu menyembulkan kepalanya sebagian dari kaca jendela mobil.
"Gak deh, lain waktu aja. Aku pamit ya," ucapnya seraya menatapku sejenak, kemudian berlalu setelah aku menganggukinya.
Setelah Deyandra pergi, aku langsung mengajak Vida masuk. Dia mengaitkan sebelah lengannya pada pinggangku, lalu kubalas dengan menautkan rengkuhan di pundaknya.
Kami berjalan memasuki rumah bak adegan sepasang pengantin baru yang akan memasuki hunian pertama di hari pertama pernikahan. Hal ini, kembali mengingatkanku pada momen di awal membawanya ke rumah ini. Senyumannya mengembang, kedua matanya berbinar-binar, dan langkahnya terlihat sangat bersemangat.
"Kalo capek, sayang istirahat dulu ya, aku mau lanjutin pekerjaan sebentar," tawarku padanya, agar dia bisa mengistirahatkan tubuhnya. Menempuh perjalanan selama tiga jam bukanlah waktu yang sebentar. Jadi, aku yakin, semua otot yang terjaring di dalam tubuhnya terasa sangat lelah dan tegang.
Namun, belum sempat aku melerai pelukan, dia malah semakin mengetatkan rengkuhannya pada pinggangku. Aku terdiam sejenak. Mencoba memberikan ruang kepadanya, sekedar untuk melepaskan rasa rindu. Aku tahu, dia sangat merindukanku, merindukan aroma tubuhku, dan merindukan sentuhanku.
Semakin lama semakin kurasakan hembusan napasnya semakin memberat. Sebelah tangannya pun kini mulai bermain-main di depan dada bidangku yang masih tertutup kaos oblong. Wajah yang tadinya menempel pada tempat yang sama, kini tampak mendongak dan menatap intens wajahku. Aku yang menyadari hal itu, lantas menurunkan pandanganku, lalu memadukan kedua netra kami. Persis seperti adegan-adegan romantis dua tokoh utama yang saling bersitatap dalam diam.
Setelah itu, bisa kulihat, tatapan sendunya yang lama kelamaan berubah menjadi api n-a-f-s-u yang berkobar-kobar. Tatapan yang haus akan sentuhan nikmat dariku, tempatnya berlabuh.
Aku sendiri pun tidak menyangkal, bahwa diri ini juga digerogoti oleh hasrat bercinta yang sukses membuat pusaka bawahku menegang, malah sedari awal melihatnya keluar dari mobil Deyandra.
Namun, aku ingin memberinya waktu untuk tidur sejenak hanya sekedar untuk melepas penat, tanpa memperdulikan panggilan naluriah yang sedang menghantam jiwaku.
Lain dengan pemikiranku, sepertinya Vida juga sedang mengirimkan signal yang saling berkesinambungan. Jadi, sayang sekali bukan, jika aku tidak menyambutnya?
Perlahan, telapak tangannya memanjat ke daguku, mengelus lembut rambut-rambut kecil yang memenuhinya. Sentuhan yang semakin lama, semakin membuat hasratku kian membara. Apalagi, saat ini tangannya sudah mencapai puncak tengkukku. Sehingga tanpa kami sadari, wajah kami kian mendekat dan merenggut bibir masing-masing.
Permainan bibirnya tampak bringas sekali. Seperti seorang musafir yang sedang kehausan setelah menempuh perjalanan panjang melewati gurun pasir yang sangat gersang. Sehingga, setelah bertemu denganku, ia merasa seperti menemui titik ternikmat seolah sedang mendapatkan siraman air yang menyegarkan--sebagai pengobat rasa kekeringan yang melanda tenggorokannya.
Ia tampak begitu lihai menggodaku. Dengan gerakan erotis, dia berhasil melucuti kaos yang sedang kupakai, bahkan tanpa melepaskan p-a-g-u-t-a-n bibir kami. Lebih tepatnya lagi, mengoyak kain yang menutupi tubuhku secara paksa dalam sekali tarikan.
Wah!!!
Aku terkagum-kagum dengan tingkahnya. Sebegitu besar hasrat yang selama satu minggu ini ia pendam. Apalagi ketika melihat senyumanku waktu itu ketika aku menghubunginya melalui panggilan video. Aku rasa, jika ia memiliki sayap, waktu itu juga raganya akan terbang menghampiriku. Melahapku hidup-hidup sebagai pemuas jiwanya yang haus akan kenikmatan dunia karena sudah lama tidak bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Delfia
iiih.....jd malu sendiri aku baca ini.......
2021-10-18
0
KHARDHA LOVE
Agresif banget sich Vida😁🤭
2021-10-17
0
Husna
wkwkwk,,,segitunya ya vida,,,oh gusti,,,
2021-10-17
0