Setibanya di rumah Dinas Vida, aku langsung membuka pintu dengan kunci serep yang sudah ia berikan padaku. Katanya, biar bisa memudahkan aku jika tiba-tiba ingin menemuinya kapan pun aku mau. Karena dia selalu memberitahuku tentang rentetan jadwalnya yang lumayan padat setiap harinya. Jadi, tidak membuatku bertanya-tanya lagi, kapan aku bisa menemuinya.
Knop pintu sudah kuputar dan menyibakkan daunnya sebagian. Membawa satu koper berisi barang-barang pribadi istriku masuk dan berniat meletakkannya di dalam kamar. Namun, ketika aku baru saja berdiri di depan pintu, samar-samar kudengar suara seorang laki-laki sedang berbicara sendiri dari dalam. Sepertinya ia sedang terlibat pembicaraan memalui telepon genggam.
Aku yang kepalang tanggung sudah menambah langkahku untuk maju, tidak bisa lagi berbalik keluar karena laki-laki itu terlanjur menyembul dan menanyakan, "Siapa itu?"
Aku bergeming sesaat, seperti orang yang sedang tertangkap basah, masuk ke dalam rumah orang lain tanpa mengucapkan salam. Dia yang hanya bertelanjang dada langsung menampakkan batang hidungnya, karena aku tak lagi bisa berkata-kata.
"Siapa di si ...?" Dengan nada suara meninggi dan ekspresi wajah geram awalnya, lalu tiba-tiba berubah menjadi kikuk, dia menatapku dari pintu tengah seraya mematung dengan ponsel yang masih melekat di telinga.
Oh, tidak!
Aku kenal lelaki ini. Dia bukankah Deyandra, yang waktu itu memperkenalkan diri sebagai sahabat lamanya Vida?
Koper yang tadinya kupegang erat dalam genggaman tangan, refleks terlepas begitu saja karena sempat terkejut dengan keberadaannya di rumah itu. Rumah yang kutahu adalah fasilitas dinas yang sudah diberikan kepada istriku selama dia bekerja di Bank tersebut. Lalu, kenapa ada Deyandra di sini? Apa aku sedang berhalusinasi?
Kukucek mataku berkali-kali. Ingin memastikan bahwa aku tidaklah salah lihat. Namun, walaupun sudah mengerjap dan mengondisikan kembali pandanganku, tetap saja sosok Deyandra masih nyata dan berdiri tegap di sana. Berarti aku sedang tidak bermimpi.
Deyandra pun kurasa sudah kepalang gugup dan tidak bisa melarikan diri. Kuteguhkan hati untuk maju dan menghadapinya dengan kepala dingin. Tidak ingin termakan hasutan setan yang sedang berkeliling menari dan terbang ke sana kemari di sekitarku, kucoba untuk menemuinya dalam keadaan yang masih bisa mengontrol emosi.
Jika kalian berada dalam posisiku saat ini, apakah kalian bisa menahan diri untuk tidak membantainya? Lelaki mana yang bisa berpikir jernih dan berprasangka baik, jika ada seorang lelaki yang sudah kau kenal, berada di dalam rumah kediaman pribadi istrimu?
Aku rasa jika diri ini tercipta sebagai seorang wanita, mungkin wajah Deyandra sudah hancur dan lebam karena luka cakaran serta pukulan dariku, tanpa harus berbicara terlebih dahulu. Mengoyak dan menguliti seluruh indera perabanya hingga ia merasakan perih yang luar biasa di sepanjang waktu. Beruntungnya, aku tidak sejahat itu.
"Ib-Ibra ... ka-kamu ...." Dalam nada suara terbata, Deyandra menatapku penuh ketakutan. Kurasa dia sudah memperhitungkan akibat buruk apa, yang akan diterimanya setelah ini.
"Kenapa? Kamu kaget?!" Aku masih berusaha berdialog, bersikap baik, dan sok berkuat hati. Padahal jantungku berpacu kencang layaknya kuda jantan yang sedang berlari. Atau bahkan seekor raja hutan yang sedang kelaparan, lalu menemukan mangsa empuk yang siap untuk diterkam.
Badan tegapku sudah berdiri tepat di hadapannya. Membuatku sangat mudah menangkap ekspresi wajah yang serba salah di setiap titik wajahnya, yang masih terbilang anak-anak dibanding diriku.
"Ma-maaf, aku ter-terpaksa menginap di-disini semalam, ka-karena ke-kebasahan." Ia kembali terbata-bata dalam percakapan.
Aku hanya mengernyit keheranan. Kenapa dia harus sekaku ini? Jika memang hanya untuk menumpang tidur saja, aku rasa responnya tidak harus sekhawatir itu.
"Oh, begitu ...." Kedua mataku masih mengabsen tubuhnya dari atas sampai bawah, seolah sedang menilik dan mengintimidasi. Menatapnya sejuta tanya, sehingga ia tak tahan lagi untuk tidak gemetar berkali-kali.
"Aku hanya ingin mengantarkan barang-barang Vida. Sebaiknya kau pergi sebelum istriku kembali dari kantornya!"
Tanpa memberikannya sanksi atas kesalahannya yang belum aku ketahui dengan pasti, kulewati tubuhnya yang masih mematung sempurna, lalu masuk ke dalam kamar Vida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Salma Akib
Vida trnyata perempuan yg gak setia
2022-01-10
1
🌹Dina Yomaliana🌹
oh pasti bakal langsung ku bogem tuh muka Deyandra😫😫😫😫😫 fix Vida nyimpan Deyandra di rmh dinasnya biar Ibra ngak ngeh dan ngak nyadar kalo bininya selingkuh 🤧🤧🤧🤧🤧🤧 tapi ini masih curiga satu ya, ahh semoga aja dugaan ku salah🥲🥲🥲🥲🥲
2021-11-13
0
Aini
gue jadi Ibra bener gue tabok Dyandra...
2021-11-01
0