Malam harinya aku mengajak Vida untuk makan malam di restoran mengapung. Restoran ini memang di-design di atas kolam, untuk menambah nuansa romantis bagi para pengunjung. Apalagi untuk sepasang pengantin baru seperti kami berdua.
Malam ini, istriku mengenakan gaun selutut tak berlengan, berwarna silver. Sentuhan kain satin pada setiap payetnya menambah kesan elegan pada penampilannya. Rambut hitam lurusnya disanggul cepol, dengan menerjunkan sedikit anak rambut di kedua sisi wajahnya.
Cantik!
Cantik sekali dia!
Namun sekali lagi kutegaskan, itu hanya bisa kukatakan di dalam hati saja. Tanpa berpikir bahwa sebenarnya seorang wanita sangat senang jika dipuji atau pun dipuja.
Dan itu adalah kesalahanku yang pertama! Aku ... tidak pernah memuji istriku!
Akan ada lebih banyak lagi kesalahan yang saat itu tidak aku sadari. Aku berpikir Vida memahami karakterku yang susah sekali mengekspresikan diri. Namun ternyata, aku salah. Karena mungkin selama ini ia merasa tidak dihargai, dalam diam.
"Makasih ya, Sayang." Ia berucap dengan senyuman mengembang di bibir tipisnya.
"Makasih buat apa?" Aku dengan mode tololku, yang bisa membakar emosi Vida hingga ke ubun-ubun pun, lantas bertanya.
Ia tersenyum kikuk, lalu merespon pertanyaanku, "Ya, makasih, karena udah ngajakin aku ke tempat ini. Aku seneng banget," tuturnya dengan wajah antusias. Sepertinya ia benar-benar merasa bahagia. Aku juga ikut senang dibuatnya.
"Iya, sama-sama, Sayang."
Kami menghabiskan makanan beberapa menit kemudian. Setelah itu aku mengajak Vida berjalan kaki, hanya untuk sekedar berkeliling-keliling. Kami melihat-lihat kondisi villa di malam itu. Ternyata, indah sekali. Banyak lampu warna-warna yang sengaja dipasang untuk menemani cahaya rembulan.
Dan aku baru ingat bahwa ini adalah malam jum'at. Tepat sekali bukan? Malam yang dikenal dengan sebutan malam keramat. Ah, setahuku semua hari itu sama. Tapi di dalam agama Islam, hari jum'at dikenal sebagai hari yang mulia.
Sunnah rasul antar suami-istri saja jatuhnya pada malam jum'at. Benar begitu?
Jika tidak percaya, kalian bisa bertanya pada tokoh agama di sekitar!
Pasti mereka akan memberikan jawaban yang sama.
Pede sekali bukan aku?
Ya, sebenarnya ini semua hanya untuk gaya-gayaan saja, karena aslinya aku tidak begitu banyak bicara. Sudah kubilang 'kan sebelumnya? Iya, sudah, masa' kalian lupa?
Baiklah!
Kembali pada Vida!
Karena sudah merasa lelah dan mengantuk, wanitaku itu mengajak kembali ke kabin untuk beristirahat. Apa yakin ia akan langsung tidur setelah ini?
Bagaimana denganku?
Sejujurnya ... aku masih ingin melanjutkan momen pembobolan segel yang sempat tertunda malam itu.
Apa iya dia mau menuruti keinginanku?
"Sayang ...." Kucoba memanggilnya ketika kami berdua sudah terbaring sempurna di atas ranjang.
"Hemmm?" Terdengar dari suaranya saja, sepertinya ia sangatlah lelah.
Hemmm, sudahlah!
Tak perlu lagi kulanjutkan hasrat ini. Biarlah Vida mengistirahatkan dirinya malam ini.
Dan tanpa aku sadari, hal itu adalah kesalahanku yang kedua. Aku hanya berasumsi sendiri tanpa berusaha mengkomunikasikan hal itu terlebih dahulu dengannya.
Kukira ia sudah tidur pulas dalam posisi badan membelakangiku. Ternyata aku salah lagi. Ia berdecak kesal karena aku tak sedikitpun menyentuhnya. Jangankan untuk bersenggama, untuk memeluknya saja tidak aku lakukan.
Pada akhirnya, kami tidur dalam posisi tubuh yang saling membelakangi. Aku pun langsung terlelap tidak lama setelah Vida merespon seruanku tadi.
Ketika subuh menyapa, aku mengerjap karena bunyi alarm yang cukup memekakkan telinga. Namun, ketika aku membuka mata, ternyata istriku tidak ada di sana.
Dimanakah dia?
Kusibak selimut yang menutupi sempurna bagian tubuhku yang hanya bertelanjang dada. Kutambah langkah kakiku menuju balkon yang saat ini tampak sedang terbuka. Mungkin dia sedang berada di sana. Dan benar tebakannku ... ia memang sedang berdiri mendongak menatap langit.
Tanpa merasa ragu lagi, kulingkarkan kedua lengan di pinggang rampingnya, lalu meletakkan dagu tumpul yang agak sedikit terbelah ini di atas pundak kirinya.
Ia terkesiap, kemudian menyentuh dadanya karena merasa terkejut hebat. "Kamu gak tidur?" tanyaku dengan suara serak, khas orang bangun tidur.
"Tidur, kok. Baru bangun aja."
"Kita lanjutin, yuk?"
"Lanjutin apa?"
Tanpa menggubris pertanyaannya lagi, sontak kuendus cengkuk lehernya dengan embusan napas hangat. Ia tampak merespon dengan suara lenguhan yang terdengar begitu seksi di telingaku. Dengan gerakan lamban, kubalikkan badannya, lalu membuatnya berada di dalam gendonganku dalam sekali hentakan.
Maka terjadilah perpagutan bibir sepasang kekasih halal. Menuntaskan hajat yang sempat tertunda, karena sudah mengedepankan rasa tidak enak dan gengsi semata.
...💔...
Untuk adegan selanjutnya aku skip, ya. Selamat berimaginasi ria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
kurang komunikasi
si cewe g mau ngajak duluan jjur
.ci cwok GK pekaaa
2022-04-03
1
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
aduh ga ada tuntunan atau training dulu kah thor. Aku blm ckup unit untk berimajinasi sendiri. wlwl
2021-12-14
1
Machan
wadalah, di suruh ngayal
2021-11-20
0