Malam ini adalah malam yang dinanti-nantikan. Setelah lama memendam hasrat yang tertahan, akhirnya ia bisa bersambut dengan saling bersentuhan.
Oh, istriku ...!
Ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan lingerie berbahan tipis dengan sentuhan warna merah muda, keungu-unguan. Lekuk tubuh idealnya begitu kentara di pelupuk mata yang telah lama tidak bersua. Bahkan ini adalah kali pertama, aku melihatnya. Pemandangan yang sangat memanjakan mata kaum adam, ketika memasuki tahap malam pertama.
"Duduk sini dong!" pintaku setengah memaksa seraya menepuk-nepuk kasur di sebelahku, yang dibalut dengan sprei berwarna merah manggis.
Sungguh menantang bukan?
Ditambah lagi pencahayaan lampu tidur yang berwarna cokelat karamel menambah suasana romantis ini menjadi lebih sempurna.
Ia yang masih membubuhkan krim pada wajahnya, lantas tersenyum malu. Setelah menyelesaikan gawainya, ia langsung beringsut ke atas tempat tidur, menyusulku.
"Memangnya gak cape'?" tanyanya dengan suara menggoda. Aku yang tak ingin menciptakan jarak sama sekali, sontak menarik tubuhnya sehingga berada tepat di atas pangkuanku.
"Kalau untuk yang satu ini, akan kugadaikan semua rasa lelahku," ucapku dengan suara berat, sembari menyusuri cengkuk lehernya. Mengendus aroma segar body lotion yang baru saja ia pakai.
"Ah, kamu bisa aja." Vida mengerucutkan bibirnya, yang membuat aku ingin segera melahapnya.
Tanpa menunggu izin lagi darinya, kutahan tengkuknya agar tidak bergerak, lalu memajukan wajahku ke arahnya dengan posisi sedikit contong. Ia tampak terkejut dengan respon sigapku. Ditutupnya sepasang bibirku dengan keempat jarinya, lalu berbisik, "Aku lagi dapet."
Aku mengerutkan dahi, lalu mengikis jarak di antara kami. "Kamu gak lagi ngerjain aku, 'kan?" Tentu saja aku mengerti akan maksudnya. Sebagai seorang calon pengantin, sebelumnya aku telah mempelajari hal-hal apa saja yang dialami oleh seorang wanita. Maka dari itu, aku bisa memahaminya.
Ia tersenyum nakal, kemudian berbisik lagi, "Kalo aku bilang iya, gimana?" Ia langsung tergelak setelah melihat ekspresi wajahku yang hampir saja menangis. Namun, tidak separah itu. Ini hanya hiperbola saja.
Mendengar hal tersebut, aku langsung meraih pinggang rampingnya, kemudian mengubah posisi sehingga ia berada sempurna di bawah kungkunganku. "Sekarang giliranku yang ngerjain kamu."
Senyuman miring pun terbit dari sebelah sudut bibirku. Tak ingin lagi membuang waktu, hingga akhirnya kulahap sepasang bibirnya yang berwarna merah jambu, dalam gerakan lembut dan irama yang mendayu-dayu.
Benar kata orang; Nikah itu enak! Kalau tahu dari dulu-dulu, mungkin aku sudah menikahi Vida tanpa mengulur waktu.
Bagaimana tidak? Menikmati bibirnya saja, sudah sukses membuatku terbang ke awang-awang. Apalagi yang lainnya?
Meski ciuman itu bukanlah yang pertama kali kami lakukan, namun kali ini terasa lebih nikmat dan memabukkan. Ketika ia menarik bibirnya, kususuri leher jenjang yang terlihat seperti potongan bambu.
Ya, ampun, aku baru menyadari bahwa Vida mempunyai leher yang seksi sekali.
Tanpa banyak basa-basi kulucuti semua kain yang membalut tubuh putihnya. Kuabsen satu persatu bagian dari lekuk tubuhnya. Tak kusisakan sedikit pun bagian tubuhnya, terlewatkan dari penjarahan lidah dan bibirku.
Vida tampak menggeliat seperti ulat bulu, decitan asmara berbalut gairah teralun indah dari sepasang bibir seksinya. Aku benar-benar telah lupa. Lupa akan segalanya. Saat ini, hanya tubuh Vidalah yang memenuhi isi kepala.
Karena sudah cukup lama bermain-main dengan tubuh indahnya. Kini aku langsung masuk ke dalam bagian paling utama. Setelah melepaskan celana boxer-ku pastinya.
Vida yang sudah merasa siap, lantas menganggukkan kepala tanda menyetujui penyatuan tubuh kami berdua.
Ketika kuarahkan pusaka ini ke lembah surga milik Vida, aku mengalami sedikit masalah yang tak terduga.
Apakah kalian bisa menduganya?
Ya, ketika pusaka tegakku mengarah masuk, aku merasa ada sesuatu yang menghalangi perjalanan ibadahku.
Ternyata jalannya tidak selurus pikiranku. Susah sekali untuk membobol segel marwah seorang wanita. Vida sudah meringis kesakitan. Aku jadi tidak tega untuk melanjutkan.
Karena hentakan pertamaku gagal, jadi kucoba lagi cara kedua. Kudorong maju pinggulku dengan kekuatan penuh, namun setelah kepala pusakaku menapaki goa kenikmatan itu, Vida pun semakin meringis karena tidak tahan menahan sakit.
Cepat-cepat kutarik benda itu dari tubuh Vida, lalu mengecup keningnya berkali-kali. Tak kuasa kuteruskan penyatuan ini, karena Vida sudah meneteskan air matanya, menahan perih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
NAIM NURBANAH
aku ikut nyeri... ketika mulai masuk dalam goa itu..
2022-04-07
1
NAIM NURBANAH
aduh aku deg deg deg juga... awal buka segelnya...
2022-01-31
0
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
leher yg seksi tu yg kek mana ya Kak🤣
2021-12-13
0