Bab 10

Alarm berbunyi membangunkan Dira dari tidurnya. Ia duduk dan melihat jam sudah menujukan pukul 07.00 WIB, Dira beranjak dari kasurnnya. Lalu, bersiap-siap untuk melihat nomor di sekolah barunya. Hari ini pengumunan penerimaan siswa baru. Dira pun bergegas ke dapur untuk sarapan. Lalu, segera pergi ke sekolah diantar Pak Udin.

Dira mengabari Sela untuk menunggunya di halte sekolah.

Sesampainya di sekolah, Dira langsung turun dan berjalan ke halte itu. Dikejauhan terlihat Sela sedang duduk menunggu kedatangannya.

"Sel, udah lama nunggu?" tanya Dira.

"Belum kok, Dir," jawab Sela. "Yuk, ke dalam. Semoga nama kita ada, ya."

Dira dan Sela pun berjalan menuju perkarangan sekolah. Melihat orang ramai berdiri didepan papan pengumuman siswa baru, kami pun duduk di depan salah satu kelas sembari menunggu papan pengumuman itu sepi. Setelah beberapa menit kemudian, kami pun melanjutkan untuk mencari nama dipapan itu. Tak disangka-sangka, Dira, Sela dan Arsan menjadi salah satu siswa baru di sekolahan itu. Bahkan, mereka satu kelas.

"Hei, Dir. Nama kita bertiga ada, kita satu kelas," ucap Sela.

"Serius?" tanya Dira dengan wajah gembira.

"Lihat. Ada Indira, Hari Sanjaya, Sela Feronica. Kelas X.1," tutur Sela.

Tiba-tiba Arsan datang dengan mengejutkan Dira.

"Berarti kita emang ditakdirkan bersama, Dir," ujar Arsan.

"Maksudnya?" tanya Dira heran. "Kamu ni ya, suka muncul tiba-tiba."

Lalu mereka pun berjalan ke arah kelas X.1 untuk melihat kelas baru mereka. Wajah Arsan terlihat bahagia saat mendengar kabar kalau ia satu kelas dengan Dira. Setibanya di kelas X.1, mereka melihat lagi daftar nama siswa untuk memastikan nama mereka ada. Dan ternyata, nama mereka bertiga memang terdaftar di kelas itu.

"Tuh kan bener, kita bertiga sekelas," tutur Sela. "Arsan bakalan sering jumpa ni sama Dira."

"Ya, aku seneng dong. Bisa sering belajar bareng Dira, Sel," ucap Arsan sambil tersenyum.

"Belajar apa belajar, Ar? Bilang aja biar bisa dekat-dekat Dira terus." tutur Sela menggerutu.

"Apaan sih. Kalian gak usah merebutin aku gitu," ucap Dira dengan candaan.

Setelah selesai melihat kelas, mereka pun berjalan mengelilingi sekolah itu. Sambil bercerita. Tanpa sengaja, mereka bertemu dengan Rena.

Duh, Rena lagi. Males ribut. Padahal aku kan gak ada dekatin Arsan. Lagian Arsan kan cuma temen doang.

Rena pun menghampiri Arsan dengan gayanya yang angkuh. Sikap Arsan yang cuek kepada Rena, membuat Rena menjadi kesal. Saat itu, Dira sedang memperbaiki tali sepatunya yang lepas. Ia menyuruh Sela dan Arsan berjalan duluan. Rena melihat Dira tengah sendirian. Lalu, Rena pun mendekat ke arah Dira.

"Dira, aku minta tolong jangan dekatin si Arsan lagi. Kamu kok gak ngerti-ngerti sih," bisik Rena ditelinga Dira.

"Aku gak ada dekati Arsan, Ren. Arsan cuma berteman denganku. Kamu bisa tanya dia...," lirih Dira.

"Pokoknya kalau dia dekati kamu, kamu harus menjauh. Ngerti!!" bisik Rena membentak Dira.

Lalu Rena pergi meninggalkan Dira. Dira pun melajukan langkahnya untuk segera menyusul Sela dan Arsan. Setibanya di halte, Dira sedikit bercerita ke Arsan.

"Ar, kamu jaga jarak ya sama aku," ucap Dira.

"Kenapa emangnya?" tanya Arsan.

"Pokoknya kamu harus jauhi aku sekarang," balas Dira dengan wajah sedih.

"Rena lagi?" tanya Arsan. Pasti dia kan yang nyuruh kamu. Udahlah, Dir, gak usah dengerin dia."

"Aku capek harus ribut dengan Rena," jawab Dira. "Niatku ke sekolah untuk belajar, bukan ribut hanya masalah cowok."

"Aku tau, apa salahnya kita berteman," ucap Arsan. "Rena cuma menggertak. Lagian dia gak sekelas dengan kita, kan. Jadi udah gak usah peduli demgan omonganya."

Setelah lama mengobrol, Dira pun dijemput oleh Pak Udin sopir Papanya. Dira pun pulang, tinggallah Sela dan Arsan di halte itu.

"Terus kapan mau nembak Dira?" tanya Sela. "Ntar keburu disambar orang nyesel kamu,Ar."

"Ada masanya, Sel. Sekarang waktunya belum tepat. Kamu dengarkan, Dira tadi ngomong suruh aku jauhin dia, ya mana bisa."

Tak lama kemudian mereka pun pulang. Besok adalah hari pertama mereka duduk dibangku SMA.

Dira masih memikirkan kejadian di sekolah tadi. Rena selalu saja salah paham dengannya. Padahal, Dira tak ada sedikitpun niat ingin mendekati Arsan. Ia hanya menganggap Arsan itu teman, bahkan sudah seperti sahabatnya.

"Kenapa sih selalu aku yang dibawa-bawa. Rena cemburu kalau Arsan dekat denganku, susah jelasin ke cewek centil itu. Huft...," gumam Dira.

Ponsel Dira berbunyi, ternyata Papa meneleponnya. Papa mengatakan, akan berangkat ke Singapura sore ini. Papa meminta Dira untuk memberitahu Mama agar menyiapkan pakaian yang akan dibawa. Dira segera keluar dari kamarnya menuju dapur mencari Mama.

"Ma... Mama...," panggil Dira.

"Ada apa, Dira?" tanya Mama sambil meletakan cemilan diatas meja.

"HP Mama mana? Papa nelepon dari tadi gak Mama angkat, Papa mau berangkat ke Singapura sore nanti, Ma. Papa minta siapkan pakaiannya," ucap Dira sambil menyicip cemilan yang dibuat Mama. "Enak juga, hehehe. Dira bawa ke kamar, Ma. Makasih, muah, sayang deh sama Mama."

Dira kembali ke kamarnya, sambil mencari tahu tentang ciri-ciri menyukai seseorang. Dira adalah gadis polos yang belum pernah mengenal cinta. Saat Dira membuka artikel itu, Dira tersenyum geli lalu tertawa terbahak-bahak.

"Apa sih artikel ini, sangat tidak masuk akal...," lirihnya. "Ciri-ciri menyukai seseorang, sering memberikan perhatian? Berarti seorang Indira kalau memberikan perhatian ke temannya berarti suka gitu? Ngaco nih artikel."

Setelah cukup puas mencaritahu, Dira pun membuka story whatsapp Panji. Panji mengunggah sebuah kalimat bertema cinta. Dira ingin sekali menanyakan tentang kalimat itu, tapi nyalinya ciut.

Mungkin Kak Panji upload itu buat cewek yang lagi dekat dengannya. Ah, ya udahlah, lagian mana mungkin Kak Panji mau dekat dengan cewek cupu kayak kamu Dira.

" Hiks hiks, malangnya nasibmu...," lirihnya.

Tiba-tiba, Panji mengirimkan kalimat yang ia unggah itu ke Dira. Betapa terkejutnya Dira saat membaca kalimat itu.

[Panji : Tidak begitu paham apa definisi cinta, tapi semenjak dinyamankan olehmu, kepada yang lain aku tak tertarik.]

Wah, maksud Kak Panji apa nih, jangan-jangan dia mau ungkapin perasaannya ke aku. Pura-pura nanyain aja, apa maksudnya.

[Dira : Maksudnya?]

[Panji : Bagus gak sih kalimatnya, Dir? Pengen ungkapin ke cewek yang aku suka.]

What? Kirain dia bakal nembak, ternyata cuma prank. Dasar cowok!! Bikin badmood tau gak!!

Dira begitu kesal membaca pesan dari Panji, harapannya tak sesuai dengan kenyataan. Lalu, Dira segera berbaring diatas kasur dan melanjutkan untuk tidur.

Terpopuler

Comments

Tisya

Tisya

dira galau ya wkwkwk

2020-05-07

1

Riana

Riana

bener" so sweet aq padamu thor😍

2020-05-02

2

Silda delita

Silda delita

Aku mprrr ka

2020-04-12

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!