Bab 8

Setelah Dira dan Sela masuk ke dalam rumah, Dira meminta Sela untuk menunggu di kamarnya, sementara Dira akan ke lantai dua menjumpai Mama.

"Sel, kamu tunggu di kamarku dulu, ya. Kalau lapar nih ada cemilan diatas meja. Makan aja," tutur Dira.

"Oke, Dira," jawab Sela. "Makasih, Dir. Sering-sering aja gini..."

Dira pun meninggalkan Sela. Sesampainya di lantai dua, di sana ada Mama, Papa, Tante Ovi, dan juga Panji anak dari mereka. Tante Ovi adalah teman dari Mama Dira. Dira bingung, kenapa ada mereka di sini.

"Tante Ovi...," sapa Dira sambil menyalaminya.

"Udah besar, Dira sekarang," ucap Tante Ovi. "Gimana sekolah kamu?"

"Dira udah lulus SMP, minggu depan udah daftar SMA, Tante," jawab Dira.

"Tante mau ngenalin kamu nih sama anak Tante yang paling ganteng. Ntar kalian satu sekolahan, bisa pergi bareng...," ucap Tante Ovi.

Kerjaan Mama nih, aku kan biasanya juga diantar Pak Udin. Kenapa pergi bareng anaknya. Gak mau! Pokoknya gak akan mau!

"Yaudah. Papa, Mama, sama Tante Ovi turun dulu, kalian ngobrol aja biar saling kenal," tutur Papa.

Papa sama Mama sama aja deh, suka bikin kesel. Gak nurut ntar dibilang anak durhaka lagi. Nasib kamu begini Dira, sudahlah jalani saja.

Akhirnya Papa, Mama dan Tante Ovi pergi meninggalkan Dira dan Panji. Dira pun duduk di sofa sambil memainkan ponsel. Panji pun duduk disebelah Dira. Panji seperti penasaran ingin berkenalan dengan Dira.

"Eh, aku boleh duduk di sini?" tanya Panji.

"Ya, duduk aja," jawab Dira cuek.

"Kamu berapa bersaudara?" tanya Panji.

"Aku anak tunggal," balas Dira.

Panji yang melihat Dira begitu cuek langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya. Ia memberikan ponsel itu ke Dira. Dira kebingungan dengan maksud Panji.

"Kenapa?" tanya Dira heran.

"Tulis nomor HP kamu," tutur Panji sambil tersenyum.

"Buat apa?" tanya Dira lagi.

"Udah tulis aja, ntar aku ramal," jawab Panji.

Ramal apaan, bilang aja modus minta nomor hp supaya bisa telepon atau SMS. Dasar cowok!

Dira pun menuliskan nomornya diponsel Panji. Lalu, Panji mulai mengobrol santai dengan Dira. Mulai dari hal sekolah sampai hal pacar pun ditanyakan oleh Panji.

"Kamu pernah pacaran, Dira?" tanya Panji dengan rasa penasaran.

"Tidak," jawab Dira singkat.

"Aku gak yakin aku soal itu. Masa cewek secantik kamu gak pernah pacaran," ucap Panji.

Cantik? Cupu gini dibilang cantik. Mata kamu sakit Panji? Ya ampun.

Setelah lama berbincang, Dira pun beranjak dari sofa yang ia duduki. Lalu, melangkah ke arah tangga. Panji pun mengikuti Dira.

"Dira, aku ikut..!!" teriak Panji.

Dira dan Panji pun turun kebawah. Dira menyuruh Panji untuk duduk di ruang tengah, sembari menunggu Dira datang membuatkan minuman.

"Kamu tunggu di sini dulu, aku ke dapur buatin minuman," ucap Dira.

"Baik, makasih Dira," jawab Panji.

Dira pun berjalan ke dapur membuatkan minuman. Sambil membuat minumanz terlintas dipikirannya wajah Panji.

Panji itu tampan, sih. Baik juga, ramah. Pasti di sekolah banyak cewek yang naksir dia.

Dira tersentak kaget tersentuh ceret berisi air panas saat hendak menuangkan air ke cangkir berisi teh. Ternyata Dira sedang melamunkan Panji, ia menepuk-nepuk wajahnya agar sadar dari khayalannya itu. Setelah selesai ia kembali ke ruang tengah menemui Panji. Lalu, meletakkan minuman itu di atas meja. Dira pun kembali duduk disebelah Panji. Dira sedikit gelisah, karena merasa canggung didekat Panji. Dira sesekali mencoba mencari alasan.

"Eh, aku tinggal bentar,ya...," ucap Dira lalu berdiri dari sofa.

"Mau kemana?" tanya Panji. "Bukannya Mama kamu bilang tadi suruh ngobrol dengan aku. Apa kamu gak suka dengan keberadaanku?"

"Bukan begitu... Ada hal lain yang harus aku kerjakan," jawab Dira. " Besok-besok masih bisa, kok. Kalau mau datang ke rumah, kamu tinggal SMS atau whatsapp aja ke nomorku tadi. Aku pergi dulu, ya..."

Dira pun meninggalkan Panji, ia kembali ke kamar menemui Sela yang sudah lama berdiam di kamar Dira. Setelah sampai di kamar, Dira melihat Sela tengah tiduran sambil menikmati makanan yang ada diatas meja Dira. Dira pun menceritakan ke Sela apa yang membuat ia lama meninggalkan Sela. Setelah lama bercerita, Sela pun pulang diantarkan oleh Pak Udin sopir Dira.

Jam menunjukkan pukul 21.00 WIB, Dira menuju kamar untuk berbaring di atas kasur empuknya.

"Aku masih kepikiran Panji, deh. Kenapa dia begitu ganteng sih...," gumam Dira. "Tapi... biasanya kalau cowok ganteng begitu pasti playboy."

Dira penasaran, saat hendak membuka instagram untuk melihat Panji. Tiba-tiba pesan via whatsapp masuk. Dira pun membuka pesan itu, ternyata dari Panji.

[Panji : Hai Dira, aku Panji. Maaf mengganggu waktu istirahatmu...]

"Baru juga dipikirin udah nongol aja dia, Hahaha...," lirih Dira lalu tertawa.

Pipi Dira memerah saat menerima pesan dari Panji yang baru saja terlintas dipikirannya. Dira senyum-senyum sambil membalas pesan itu.

[Dira : Hai juga Kak Panji, gak mengganggu kok. Soalnya kan Dira belum tidur, heheheh]

Kenapa ya, baru kali ini hati aku kayak bahagia gitu. Apa gara-gara ketemu cowok ganteng ini. Ah, kepikiran terus...

Pesan itu masuk terus tanpa henti, Dira merasa bahwa ini merupakan kesempatan untuk bisa lebih akrab dengan Panji.

[Panji : Dira, Mamaku sering ceritain kamu loh... Katanya kamu itu anaknya pintar, juara kelas, selalu dapat beasiswa, terus cantik lagi. Kamu hebat, ya. Pasti banyak yang iri dengan kamu.]

Masa sih aku cantik? Cowok ganteng itu bilang aku cantik, apa gak salah dia lihat aku? Apa pas lagi ngeliat aku matanya merem kali, ya...

[Dira : Kakak bisa aja, Dira gak sehebat itu kok. Kakak yang hebat, pasti di sekolahan banyak cewek yang naksir sama Kak Panji.]

[Panji : Itu gak hebat namanya. Hahaha]

Setelah cukup lama mereka saling whatsapp, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, Dira menyudahi chattingannya dengan Panji. Ia berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, tangan dan kaki. Lalu, kembali membaringkan badannya di atas kasur. Ia mencoba memejamkan mata, tapi selalu wajah Panji yang terlintas dibenaknya. Dira terus memaksa memejamkan kedua mata, selalu gagal. Akhirnya, ia iseng membuka instagram Panji. Satu per satu ia lihat fotonya.

"Terlalu ganteng untuk dilupakan. Ah, gimana mau tidur. Kepikiran kamu terus, Kak...," lirih Dira sambil menutup mata dengan kedua tangannya.

Dira kaget, saat ia membuka mata, Panji mem-follow instagramnya. Dira langsung cepat-cepat mem-follback Panji. Segitu senangnya Dira, hingga ia lupa bahwa sudah larut malam. Akhirnya, Dira ketiduran sambil menggenggam ponselnya.

Terpopuler

Comments

Ursula Maria

Ursula Maria

senyum buat kamu

2020-05-30

0

Sangmotivator

Sangmotivator

woow keren ditunggu kelanjutan nya author kece.
jangan lupa mampir ya.

-bosku adalah mantan suamiku
-magic academy
-cewek aneh binti ajaib

2020-05-17

2

Tisya

Tisya

ada org baru, kyknya si dira naksir nih

2020-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!