Dira menundukkan pandangannya, seakan-akan ia tak melihat Panji. Dira menutup wajahnya dengan novel yang ia baca. Panji pun mendekat.
Semoga Kak Panji gak lihat aku di sini, aku udah janji sama Rena dan Kak Aurel bakal jauhin dia.
"Eh, tutup wajah kalian dengan buku...," lirih Dira.
"Kenapa sih, Dir?" ucap Arsan. "Aku lagi asyik baca ni, ka..."
"Sstt... Ada Panji, cepetan tutup!" lirih Sela.
Panji heran melihat tingkah Dira, Arsan dan Sela yang menutupi wajah dengan novel. Lalu, Panji pun mendekati Dira dan menarik novel yang menutupi wajahnya. Dira tersentak kaget dan spontan berteriak.
"Tidak!!!" teriak Dira.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Panji. "Baca novel kok nutipi wajah gitu, emang bisa baca tulisannya?".
"Enggak, Kak Panji. Lagi ngantuk aja tadi, makanya nutupi wajah," tutur Dira.
"Ada-ada saja kamu, Indira," ucap Panji. "Boleh aku duduk di sini?".
"Silahkan!!" jawab Dira.
Arsan yang melihat kedekatan Dira dan Panji begitu cemburu. Arsan pun mulai memberi kode ke Sela agar Dira bisa pergi dari Panji. Sela pun mengambil sebuah kertas, lalu mengulungnya dan dilemparkan kearah Dira. Ia terkejut saat terkena lemparan kertas itu. Dira memandang kearah Sela yang memberi kode supaya balik ke kelas.
"Kak Panji, saya duluan, ya," ucap Dira.
"Kenapa buru-buru?," tanya Panji dengan heran. "Bukannya jam pelajaran belum habis".
"Mau diskusi di kelas saja, Kak," balas Sela. "Udah nemuin bukunya kok."
"Baiklah, nanti aku akan datang ke kelasmu," ucap Panji.
Duh, apa-apaan sih Kak Panji. Bisa gawat kalau Rena ngeliat. Kelas Rena kan bersebelahan denganku.
"Ya udah, Kak. Saya permisi," ucap Dira.
Panji pun menganggukkan kepalanya.
"Duh, gimana nih, Sel," tutur Dira. "Tadi udah janji gak akan dekatin Panji. Ntar jam istirahat Kak Panji bakal ke kelas lagi".
"Ngapain si Panji ke kelas?" tanya Arsan dengan penasaran.
"Aku gak tau, Ar," jawab Dira dengan wajah cemas. "Kamu bantuin dong, aku males tau ketemu Kak Panji."
Arsan mendengar ucapan Dira itu pun langsung tersenyum. Arsan masih memiliki kesempatan buat mengambil hati Indira. Ia pun menanggukkan kepala. Setibanya di kelas, Dira pun merapikan semua buku-buku di atas meja. Ia masih membaca novel yang ia pinjam tadi. Arsan pun datang menghampiri Dira.
"Dir, apa tu judul novel yang kamu baca?" tanya Arsan.
"Kita judulnya, Ar," jawab Dira. "Seru nih!".
Arsan pun terus memandangi Dira yang sedang serius membaca novel itu, ingin rasanya ia mengungkapkan perasaannya dari masa duduk dibangku SMP, tapi ada saja penghalangnya. Tiba-tiba Dira teringat tentang hal yang ingin ia ceritakan ke Arsan.
"Ar, tadi aku mau cerita soal Sela," ucap Dira dengan raut wajah sedih.
"Sela kenapa? Putus cinta? Bagus tu, habisnya sering ledekin aku jomblo sih," ujar Arsan.
"Bukan, Ar. Sela mengambil kunci jawaban ujian matematika waktu tas Bu Guru ketinggalan," bisik Dira ketelinga Arsan.
"Hah?" Serius kamu, Dir?" tanya Arsan dengan kaget. "Terus gimana?"
"Udah dibalikin, Bu Guru gak tau kalau Sela udah ngambil tu jawaban," jawab Dira. "Jadi, pagi tadi, Rena sama Kak Aurel nahan Sela. Ngancam aku buat jauhin Panji. Kalau enggak, mereka bakal kaduin ke Bu Guru dan Kepala Sekolah, bisa-bisa Sela dikeluarin dari sekolah."
Arsan yang mendengar cerita Dira begitu terkejut. Ia tak percaya dengan yang Sela lakukan. Arsan pun menghampiri Sela yang tengah asyik membaca novel. Arsan terus menanyakan hal yang Dira ceritakan itu. Karena Arsan tidak sepenuhnya percaya. Apalagi ada Rena dan Aurel yang mengancam Dira. Itu semakin membuat Arsan tidak yakin.
"Sel, serius kamu ngambil kunci jawaban ujian?" lirih Arsan.
"Sstttt.. apaan sih, Ar," ucap Sela. "Kenapa harus nanya itu di kelas, bahaya tau kalau de...."
Belum selesai Sela bercerita, Arsan menarik tangan Sela. Lalu, mengajaknya ke parkiran. Karena di situlah tempat yang aman jauh dari keramaian para siswa.
"Apa sih, Ar. Aku belum selesai ngomong main tarik aja," ucap Sela dengan kesal.
"Eh, kamu jujur, Sel," tutur Arsan. "Pasti kamu bohongkan, aku gak yakin kamu berbuat hal yang nekat itu. Aku tau gimana kamu."
"Serius, Ar. Itu Rena sama Aurel yang ngancam Dira ta..taa.." jawab Sela terbata-bata.
Saat Sela menjelaskan, Arsan merasa curiga dengan jam tangan yang Sela pakai. Sebelumnya, Sela tidak memakai jam itu. Dan harga jam itu juga lumayan mahal, membuat Arsan semakin penasaran.
"Ini apa, Sel?" tanya Arsan sambil menarik pergelangan tangan Sela dan menunjukkan jam tangan yang ia pakai. "Sekarang kamu pandai berbohong ya."
"Itu..aku.. aku beli semalam, Ar," jawan Sela gugup.
Arsan pun melihat Sela yang begitu gugup menjawab pertanyaan Arsan. Berulang kali Arsan meminta Sela untuk jujur. Tapi, Sela masih saja mengelak dan berbohong. Sampai pada akhirnya Arsan menunjukan foto Dira dan Sela yang sudah lama berteman. Dira pun terdiam saat melihat foto itu. Hatinya mulai luluh dan Sela mencoba untuk jujur kepada Arsan.
"Sel, ingat. Kalian itu sahabat dari SMP loh. Masa kamu tega bohongin sahabat sendiri demi kepusaan pribadi," ungkap Arsan.
"Harusnya kamu seneng, Ar. Kalau Dira jauhin Kak Panji," lirih Sela. "Kenapa kamu malah begini?"
"Ya, aku senang, Sel. Tapi, disisi lain aku kasihan dengan Dira. Dia udah berkorban untuk kamu. Sementara, kamu bohongin dia," ucap Arsan. "Tega ya kamu!!"
"Oke, aku ngaku. Aurel tu ngasih aku barang mahal ini. Kamu tau kan aku suka sama barang ini, dan aku gak punya uang untuk membelinya," ungkap Sela dengan menunduk. "Terpaksa aku pura-pura mencuri, biar Dira nolongin aku, terus aku bisa dapatin barang ini."
Arsan menasehati Sela agar mengaku ke Dira, bahwa yang ia lakukan itu hanya berpura-pura. Lalu, Arsan dan Sela pun kembali ke kelas. Bel istirahat pun berbunyi. Dira menghampiri Sela yang masih menyusun peralatan belajarnya di atas meja. Sesekali Dira memberikan senyuman kepada Sela. Mata sela berkaca-kaca melihat kebaikan Dira.
"Sel, kamu kenapa?" tanya Dira. "Kayaknya sedih."
"Dira, maafin aku, ya," jawab Sela. "Aku salah, aku salah."
"Maaf kenapa, Sel?" tanya Dira lagi dengan heran. "Aku gak merasa kalau kamu buat salah."
Dira, Arsan dan Sela pun berjalan menuju kantin. Panji yang melihat mereka langsung menghampiri. Dira terkejut saat Panji menghadang Dira yang hendak mengambil makanan, ia membalikkan badannya. Lalu, pergi ke bangku yang kosong untuk menunggu Arsan dan Sela yang masih memilih makanan.
Duh, Kak Panji lagi. Aku udah berusaha biar dia gak ngeliat aku. Tapi, kok masih juga ngeliat sih. Ntar kalau Kak Aurel sama Rena lihat gimana? Bisa perang dunia ketiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tisya
Arsan lucu bgt tingkahnya, pen gue cubit
2020-05-07
0
Vinandaa Alvy
si sela pengkhianat..
2020-04-29
3
Jonathan Louis
Semangat terus kak !!
2020-03-18
18