Bab 4

Hari ini adalah ujian kedua. Dira bangun lebih awal, karena takut jika terlambat ke sekokah. Ia melihat jam menunjukkan pukul 06.00 WIB, segera ia bersiap-siap. Tak lupa seperti biasanya, sebelum berangkat, Dira sarapan roti dan minum segelas susu yang sudah disiapkan diatas meja oleh Mama. Setelah sarapan, Dira berpamitan dengan Mama dan Papanya, lalu bergegas berangkat ke sekolah. Dira diantar oleh Pak Udin, sopir kepercayaan Papa Dira. Dira pun menaiki mobil sambil memegang buku. Diperjalanan menuju sekolah, Dira asyik dengan bukunya. Walaupun diluar ada keributan ia tidak peduli hal itu.

"Pak, cepat dikit, ya. Takut telat lagi," ucap Dira.

"Baik, Non," balas Pak Udin.

Pak Udin pun sedikit melajukan mobilnya. Tak lama kemudian sampailah di depan gerbang sekolahan Dira. Ia turun dari mobil dan berjalan kearah kelas ruang ujiannya. Baru saja melewati pintu kelas, ia melihat kearah tempat duduknya. Ada Arsan yang sedang menunggu kedatangan Dira. Dira pun menghampiri Arsan.

"Kamu udah lama di sini?" tanya Dira.

"Belum kok, Dir. Baru aja lima menit," jawab Arsan.

"Kok cepat banget kamu datang, ada hal apa nih? Curiga, nih...," lirih Dira.

"Aku kan pengen belajar bareng kamu," ucap Arsan.

Arsan pun berdiri dan berpindah dari bangku Dira. Ia mengambil buku pelajaran dari dalam tasnya. Lalu, memberikan buku itu ke Dira. Arsan duduk berhadapan dengan Dira, sambil melihat wajah Dira yang begitu serius ingin mengajarkan Arsan.

"Arsan, kamu mau nanya yang mana?"

Arsan pun senyum-senyum melihat Dira. Ia tidak mendengar apa yang ditanyakan oleh Dira. Dira pun mengagetkan Arsan.

"Hello, kamu mau nanya bagian yang mana? tanya Dira sambil menepuk-nepuk buku yang ia pegang.

"Eh, ya maaf, Dira. Aku mau kamu," ucap Arsan.

"Maksudnya?" tanya Dira. "Kamu niat belajar gak, Ar?"

"Niat banget, Dir," jawab Arsan tersenyum. "Kamu pasti orang yang sulit ditebak."

"Tebak gimana maksudnya? tanya Dira" "Emang aku teka-teki silang apa, Hahaha."

Arsan tersenyum ke Dira, Dira pun membalas senyuman itu.

"Kamu jangan senyum dong, ntar aku sakit," ucap Arsan.

"Sakit apa?" tanya Dira heran. "Emang pengaruh ya dengan senyum aku kamu jadi sakit, aneh-aneh aja kamu."

"Sakit gigi, senyum kamu terlalu manis kalah sama gula, Dir," jawab Arsan. "Jangan senyum ya."

"Terus aku harus cemberut? atau nangis?" tanya Dira.

Arsan dan Dira pun melanjutkan belajarnya, tiba-tiba Sela datang menghampiri mereka berdua, Sela pun ikut belajar bersama. Setelah 10 menit belajar, bel pun berbunyi. Jam ujian segera dimulai. Arsan dan Sela kembali ke tempat duduknya. Tak lupa sebelum ujian Dira selalu meyiapkan peralatan ujiannya diatas meja. Pengawas pun datang, lalu membagikan soal ujian dan lembaran jawaban.

Setelah dua jam berlalu, bel berbunyi. Tanda waktu ujian telah habis. Dira pun mengumpulkan soal dan lembaran ujiannya kemeja pengawas. Lalu, kembali ke mejanya untuk menyimpan peralatan ujian kedalam tasnya. Setelah itu, Dira pun berjalan keluar kelas bersama Sela. Arsan pun menghampiri Dira.

"Dira!!!!" teriak Arsan.

"Eh, kenapa, Ar? Ada yang kelupaan?"

"Ya, aku lupa minta nomor HP kamu, Dir. Tuliskan ya dikertas ini," jawab Arsan.

Dira pun menuliskan nomor ponselnya dikertas yang Arsan beri. Lalu, Dira dan Sela berjalan ke arah halte untuk menunggu jemputan. Sesampainya di halte, Sela pun penasaran.

"Dir, kayaknya ya Arsan suka deh sama kamu, deh...," lirih Sela.

"Ya gak mungkinlah, aku jelek begini," jawab Dira.

Setelah cukup lama perbincangan dan perdebatan mereka tentang Arsan. Akhirnya, Dira dan Sela pun pulang. Saat Dira berada di rumah, ia masih saja memikirkan ucapan Sela. Ia melamun kembali mencerna baik-baik setiap kalimat yang Sela ucapkan sewaktu di halte sekolah tadi.

"Ah, gak mungkinlah. Lagian aku juga gak mau pacaran...," lirih Dira.

Dira pun segera ke dapur untuk makan siang. Setelah makan siang, Dira melanjutkan untuk mengerjakan tugas sekolahnya. Ia mengambil buku tulisnya, lalu membuka satu per satu. Terakhir, ia menemukan sebuah novel yang ia pinjam di perpustakaan waktu itu. Dira menunda mengerjakan tugas sekolah, ia membuka novel itu, lalu mulai membaca pada bab pertama.

"Ini kan novel yang aku pinjam waktu itu, tapi belum ada dibaca. Nanti dulu deh ngerjain tugasnya," gumam Dira.

Dira begitu bersemangat saat membaca paragraf pertama. Tiba-tiba Mama mengetuk pintu, memanggil Dira untuk segera membukakan pintu kamarnya.

"Dira... buka pintunya...!!" ucap Mama menyuruh Dira.

"Ya, Ma, sebentar...," jawab Dira. "Ada apa, Ma?" Dira membuka pintu kamarnya.

"Ini ada titipan. Siapa itu? Pacar kamu, ya?" tanya Mama dengan sedikit marah.

"Ya ampun, Mama ini. Dira gak ada pacaran loh. Dira mau fokus belajar," jawab Dira dengan wajah cemberut.

"Itu Arsan nama cowok, kan? Ntar kamu dimarahi Papa kalau ketahuan pacaran. Mama juga gak bisa biarin anak gadis Mama dekat dengan sembarang cowok!!" tegas Mama.

"Ya Mama bawel. Itu teman sekolah doang. Lagian cuma nganterin makanan kok, bukan yang aneh-aneh...," lirih Dira.

Setelah cukup lama berbincang dengan Mama, Dira kembali masuk ke kamarnya. Lalu, melanjutkan untuk membaca novel. Jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, Dira menutup novelnya dan segera menuju kasur untuk segera tidur siang.

Setelah satu jam beristirahat, Dira bangun dari tidur siangnya. Ia segera keluar dari kamar menuju ruang tengah. Dira mengambil remote televisi diatas meja lalu menghidupkannya. Selang beberapa menit, Papa pulang. Papa orang sedikit cerewet, selalu menanyakan hal yang menurut Dira tak penting.

"Papa... Udah lama Papa pulang? Papa mau minum apa? Dira buatin nih...," ucap Dira.

"Baru aja Papa sampai. Tidak usah, Papa barusan ngopi sama teman kantor Papa," jawab Papa. "Kamu gak pacaran, kan Dira?"

Papa kenapa sih harus nanyain itu. Hampir setiap saat kalau jumpa, gak pernah absen. Bosan dengan pertanyaan yang tidak penting itu.

"Dira gak akan pacaran, Pa...," lirih Dira. "Stop, tanyain itu terus."

"Papa begini demi kebaikan kamu, Dira!!" bentak Papa. "Papa tidak mau kamu berkenalan dengan cowok brandal, ya."

Siapa juga yang mau kenal Dira di sekolah, Pa. Dira cupu begini. Haduh, terkadang ingin merubah diri, tapi... ah, sudahlah.

Dira pun meninggalkan Papa yang tengah menceramahinya. Hampir mendekati kamar, Dira kelupaan sesuatu. Dengan raut wajah kesal, Dira berbalik menuju ruangan tengah tadi.

"Kenapa balik lagi? Orang tua ngomong didengar," ucap Papa.

"Makanan Dira ketinggalan, Pa. Hehehe. Bye Papa...," jawab Dira lalu berlari menuju kamar.

Sesampainya di kamar, Dira memikirkan maksud perkataan Papanya tadi. "Tidak boleh berkenalan dengan cowok brandal."

Arsan brandal gak, sih?

Terpopuler

Comments

Ursula Maria

Ursula Maria

sip

2020-05-29

0

Meliseis Dhemewa

Meliseis Dhemewa

aku mampir. 😂

2020-05-13

2

Dita

Dita

pdkt zaman smp mah ginian, jadi flashback wkwk

2020-05-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!