Arsan pun keluar dari kelas menghampiri Dira yang sudah duluan menunggu diluar. Panji mengalihkan pandangannya ke Arsan. Arsan tersenyum sambil menaikan alisnya yang tebal itu. Panji terlihat kesal mendengar Dira akan pulang bersama Arsan. Padahal, Panji ingin mengajaknya jalan malam ini.
"Kak Panji, kami duluan, ya" ucap Dira ke Panji lalu menggandeng tangan Arsan.
Panji pun diam dan melihat mereka berjalan ke arah parkiran hingga tak nampak lagi batang hidungnya. Didalam pikirannya ia merencanakan sesuatu agar bisa berbicara empat mata dengan Dira.
Apa yang sudahku buat, pasti Kak Panji berpikiran kalau aku dan Arsan pacaran. Maaf Kak, ini demi Sela sahabatku. Aku rela lakuin apa aja, termasuk jauhin Kak Panji.
Sesampainya di parkiran, Dira langsung melepaskan gandengan tangannya dari tangan Arsan. Dira membuat Arsan kaget. Lalu, Arsan menyuruhnya untuk naik keatas sepeda motor besarnya itu.
"Ar, itu tadi cuma akting doang, kamu jangan salah paham," kata Dira.
"Ya gak apa-apa juga kalau beneran, Dir," jawab Arasan sambil menghidupkan sepeda motornya.
"Maksud kamu?" tanya Dira. "Kok diam, Ar?"
"Sela udah pulang duluan sama Reno, Dir," "Mau langsung pulang atau singgah makan dulu?"
"Terserah kamu, Ar," "Asal jangan lewat dari jam 4 sore aja, ntar Mama nyariin."
Akhirnya, Dira dan Arsan pun berhenti disebuah tempat makan. Mereka sejenak mengisi perut dan dahaga. Dira melepaskan kacamata yang ia pakai. Arsan termenung saat melihat Dira sangat berbeda. Ia begitu terpukau, Dira begitu cantik saat melepaskan kacamatanya. Arsan tak berhenti memandang wajah Dira, tak mengedipkan mata sedikitpun. Dira melihat sikap aneh Arsan pun mengagetkannya.
"Heh, Arsan!!" teriak Dira. "Melamun aja, ngayal apa sih?".
"Aku barusan lihat bidadari, Dir,"ujar Arsan sambil tersenyum.
"Aneh-aneh aja. Keseringan nonton drama sih," ucap Dira sambil mengisi gelasnya dengan air minum. "Ni, biar gak banyak melamum," memercikkan air kewajah Arsan.
"Dira!! Untung Dira bukan Sela," lirih Arsan. "Kalau Sela udah habis dijambaki rambutnya."
Jam menujukan pukul 15.00 WIB, Dira segera menghabiskan makanan dan minumannya. Sambil bercerita ke Arsan bahwa bulan depan akan ada tanding basket.
"Eh, bulan depan ada tanding basket antar sekolah, Ar. Kamu wajib datang ya dukung aku," ucap Dira sambil bersiap-siap untuk pulang.
"Siap, Indira!" tegas Arsan.
Setelah selesai makan, mereka bergegas untuk pulang. Arsan mengantarkan sampai depan rumah Dira. Mama Dira pun berjalan menghampirinya dan mengucapkan terima kasih kepada Arsan. Mama Dira sangat penasaran dengan Arsan. Dira pun menceritakan ke Mamanya bahwa Arsan itu teman baik dari masa SMP hingga sekarang.
Dira pun segera mengganti baju seragam yang ia kenakan, lalu segera melanjutkan untuk mengerjakan tugas sekolah. Tiba-tiba terdengar suara dari luar kamar, seperti tak asing suara itu. Dira pun keluar, ternyata tante Ovi dan Kak Panji yang datang.
"Silahkan duduk Tante Ovi, Kak Panji!"
"Ya, Dira. Mama kamu mana?"
"Ada dibelakang Tante. Sebentar, Dira panggilkan,"
Mama pun menuju ke ruang tamu, sementara Dira membuatkan minuman. Setelah selesai, Dira pun membawa minuman itu ke depan lalu meletakan di atas meja tamu. Dira pun berjalan ke teras rumah, Panji yang melihat Dira pun mengikutinya. Panji sangat ingin berbicara empat mata dengannya. Dira pun duduk di bangku teras rumah sambil memainkan ponselnya. Panji pun mendekat kearah Dira lalu duduk disebelahnya. Dira masih tetap sibuk bermain ponsel. Panji pun mulai beraksi mencari perhatian Dira.
"Uhuk.. uhuk.."
"Kenapa Kak Panji?" tanya Dira. "Sakit?
Sebentar ya, ambilin minum". Dira berjalan menuju pintu.
"Gak usah repot-repot, Dira," jawab Panji sambil menarik tangannya.
Panji menggenggam tangan Dira dengan erat, angin yang berhembus membuat rambut menutupi wajah Dira. Panji pun merapikan rambut yang menutupi wajahnya itu. Dira begitu canggung, malu, detak jantungnya begitu kencang saat tangannya menyentuh tangan Panji.Sesekali Dira ingin alihkan pandangan tapi tak bisa. Tatapan tajam mata Panji membuat Dira tak mampu untuk pergi darinya.
Kak Panji, kenapa hatiku berdebar seperti ini. Apa aku suka padamu? Tidak mungkin, aku harus bisa menjauhimu.
Dira pun melepaskan genggaman tangan Panji.
"Maaf Kak, Dira mau masuk dulu," ucap Dira lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Dira, kamu boleh saja menghindariku. Tapi hatimu tetap untukku. Aku akan tetap mengejar cintamu," lirih Panji.
Dira menuju kamarnya, mengingat kejadian yang barusan ia alami. Dira berdiri di depan kaca melepaskan tali rambutnya dan membiarkan rambutnya yang panjang tergerai sambil memegang pipinya.
"Apa yang barusan terjadi? Apa aku bermimpi? Kenapa aku begitu gugup saat Kak Panji menatap mataku, seperti ada magnet yang menarik," lirih Dira.
Dira mengambil buku novel dan melepaskan kacamata. Lalu, kembali keluar dari kamarnya berjalan ke teras rumah. Dikejauhan ia melihat Panji tengah asyik duduk sambil bercerita dengan Mama. Dira pun mendekat kearah mereka. Ketika Dira baru saja sampai di depan pintu teras, ia menjatuhkan buku novel yang dibawa. Mama, Panji dan Tante Ovi tersentak kaget melihat kearah pintu. Dira menjadi sorotan mereka, Panji tercengang melihat ada yang berbeda dari Dira. Ia terlihat cantik saat menggeraikan rambut panjang dan melepaskan kacamata. Panji tak memgedipkan matanya. Lalu, Dira berjalan kearah mereka.
"Ma, ada apa?" tanya Dira heran. "Kok pada lihatin Dira begitu." Sambil mengikat rambutnya.
"Kamu cantik, Dira," jawab Tante Ovi dengan senyum. "Sama seperti Mamamu." Sambil menunjuk Mama.
"Tante Ovi bisa aja, Tante juga cantik," ucap Dira tersenyum malu.
"Tante pulang dulu, Dira. Kapan-kapan kamu main dong ke rumah, Tante tunggu," ujar Tante Ovi. "Panji, kamu yang nyetir ya, Mama lagi malas." Memberikan kunci mobil kepada Panji.
"Ya, Tante, Kak Panji. Hati-hati di jalan," ucap Dira.
"Dira, besok aku tunggu kamu di perpus," bisik Panji ditelinga Dira.
Dira bingung dengan perkataan Panji yang berbisik ditelinganya. Setelah mereka pulang, Dira dan Mama pun masuk ke dalam rumah. Mama menyuruh Dira untuk menunggu di kamar. Karena akan ada hal yang dijelaskan Mama. Dira pun berjalan ke kamar, ia duduk membaca novel sambil menunggu Mama datang. Akhirnya, Mama masuk ke kamar Dira dan mengatakan bahwa besok tidak ada yang mengantarnya ke sekolah.
"Dira, besok Pak Udin cuti dulu. Jadi gak ada yang antarin kamu sekolah," ucap Mama.
"Papa? Mama? Gak bisa antarin Dira?," tanya Dira dengan raut wajah sedih.
"Papa sama Mama ada urusan mendadak, Dira," jawab Mama sambil memegang pundak Dira.
"Gak apa-apa, Ma. Dira sama Sela aja," ucap Dira. "Sela pasti bi...."
"Tidak!! Kamu sama Panji, dia laki-laki bisa jagain kamu," potong Mama. "Mama gak mau anak gadis Mama kenapa-kenapa."
Mama pun keluar dari kamar, Dira hanya bisa pasrah dengan kejadian besok. Apalagi kalau sampai Rena dan Aurel melihatnya. Bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga. Dira merebahkan badannya di atas kasur dan segera untuk tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tisya
jangan dong dir, kamu cocok banget sama panji😥
2020-05-07
0
DSA
thor..coba si Rena sama Aurel bikin malu Dira, kayak sengaja jatuhin air minum ke rambut Dira..rambut Dira kan basah, nah dia buka ikatan rambutnya terus kacamatanya juga di lepas karena basah....semua orang yang ada di situ ngelihat kecantikan Dira, Rena sama Aurel yang malu..wkwkwk
2020-04-29
3
Vinandaa Alvy
thor boleh ngga indira lepas kacamata dan tali rambut.
cuman kalo ada pelajaran aja di pakenya gitu thor
2020-04-29
1