Bab 6

Ujian Nasional sudah selesai. Dira pun bisa bersantai di rumah bersama keluarganya. Hari ini Dira bangun agak telat dari biasanya. Alarm pun tak mempan membangunkan dari tidur pulasnya. Suara kicauan burung yang begitu ribut, matahari yang semakin tinggi mulai membuat Dira terasa jika hari sudah siang. Dira pun membuka matanya dan membuka kain penutup jendelanya. Melihat matahari sudah tinggi, ia melihat ke arah dinding jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB.

"Kenapa gak ada yang bangunin, sih...," lirih Dira. "Ya ampun hari ini kan kelulusan, aku bisa telat ini."

Dira pun bergegas untuk siap-siap ke sekolah. Sampai lupa untuk sarapan, sangking buru-burunya. Ia mencari Pak Udin, memintanya untuk mengantarkan ke sekolah. Mama pun membawakan bekal untuk Dira makan diperjalanan menuju ke sekolah.

"Dira, ini bawa. Kan bisa kamu makan dimobil. Mama gak mau kamu sakit," tutur Mama.

"Baik, Ma. Kenapa tidak bangunkan Dira, Ma. Dira telat nih, pasti teman-teman udah lihat nomor semua," ucap Dira.

"Mama gak tau kalau pengumuman kelusannya hari ini, Dira," jawab Mama.

Dira pun berangkat sambil memakan roti yang setiap hari Mamanya buatkan untuk sarapan Dira. Pak Udin segera melajukan mobil yang dikendarai. Sekitar 10 menit akhirnya sampai di sekolah. Dira pun berjalan ke arah mading. Ia mencari-cari Sela tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Tiba-tiba dari arah belakang ada yang memanggilnya. Dira pun menolehkan pandangannya kebelakang. Ternyata Arsan.

"Dira!!!!" teriak Arsan sambil berjalan kearah Dira.

"Ya, kamu udah lihat nomor?" tanya Dira.

"Belum, aku dari tadi nungguin kamu, Dir," jawab Arsan "Yuk, kita lihat sama-sama."

Lalu, Dira dan Arsan berjalan menuju papan pengumuman untuk melihat kelulusan bersama-sama. Arsan selalu saja memandangi Dira, ntah apa istimewanya Dira. Mungkin karena ia anak yang sederhana tidak banyak gaya.

"Arsan, kamu kenapa sih lihat aku segitunya?" tanya Dira. Aku tau kalau aku ini cupu dan jelek, jangan lihatin gitu dong."

"Emang aku ada ngomong itu?" tanya Arsan. "Cewek kayak kamu ini sangat langka. Jadi kamu harus aku museumkan, Dir".

"Enak aja, emangnya aku ini fosil di museumkan," jawab Dira heran.

"Bukan, kamu aku museumkan dihati aku,Dir," tutur Arsan sambil mencubit pipi Dira.

"Hahahah," Dira pun tertawa sambil melajukan langkahnya.

"Kok ketawa sih ni anak," ucap Arsan. "Tungguin dong!!"

Tanpa sadar, Rena melihat Dira dan Arsan begitu akrab. Rena merasa kesal dengan apa yang dibuat Dira. Rena mengibaskan rambutnya yang panjang. Memang, Rena berparas cantik. Bahkan Rena wanita paling cantik di sekolahnya. Tapi, hatinya tidak secantik parasnya. Itulah mengapa, lelaki di sekolahnya sangat jarang menyukai karena sifatnya yang sombong. Rena pun mulai mencari perhatian ke Arsan. Ia berjalan ke arah Arsan sambil menggulung-gulungkan rambut dengan jarinya.

"Hei, Arsan!!" sapa Rena dengan senyuman.

"Eh, ada perlu apa?" tanya Arsan tanpa basa-basi.

"Kamu mau nyambung mana rencananya, SMA atau SMK?" tanya Rena. "Oh, ya, kantin yuk!".

"Lanjut ke SMA. Duluan aja, ntar aku nyusul," jawab Arsan sambil berjalan meninggalkan Rena.

Saat itu, Dira masih berdiri didekat papan pengumuman ujian. Ia sedang membaca persyaratan memasuki SMA favoritnya, lalu ia mengambil buku tulis dan pena dari dalam tasnya untuk mencatat semua yang diperlukan. Rena pun mendekati Dira.

"Heh, cupu!!" sapa Rena. "Ngapain sih dekat-dekat si Arsan, gak pantas tau. Kamu itu cupu, jelek lagi. Arsan cowok paling keren, kece, ganteng di sekolahan ini. Kamu gak usah cari muka deh, ya."

"Duh, Ren. Aku gak pernah dekat-dekat dia. Tanyain aja keorangnya kalau gak percaya," balas Dira.

"Mana nomor HP-nya, pasti kamu punya, kan?" tanya Rena.

Dira pun memberikan nomor ponsel Arsan kepada Rena. Setelah mendapatkan nomor ponselnya, Rena pun pergi meninggalkan Dira sambil mengancamnya.

"Aku ingatin sekali lagi, jauhin Arsan!!" bentak Rena sambil mendorongnya.

Dira pun hanya bisa diam dan menggangguk. Arsan menghampiri Dira yang berdiri mematung didepan papan pengumuman itu lalu mengagetkannya.

"Dira... Jangan suka bengong, ntar kesambet," ucap Arsan.

"Kamu ya, bikin kaget aja, Ar!!" jawab Dira dengan nada sedikit marah.

Arsan berlari menuju halte, Dira pun spontan mengejarnya karena masih geram saat ia mengagetkan tadi. Dira mendapatkan kunci motor Arsan yang jatuh di depan mading. Dira berniat mengerjai Arsan.

"Ini kan kunci motornya Arsan, siap-siap kamu ya, Ar. Aku kerjain," gumam Dira.

Sampai di halte, Dira dengan santai duduk tanpa membalas perbuatan Arsan tadi. Dira mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, dengan iseng ia mengambil foto Arsan yang sedang bengong.

"Hahahaha," Dira tertawa geli melihat foto Arsan.

"Kenapa kamu, Dir? Kesambet apa?" tanya Arsan penasaran.

"Jelek banget kamu, Ar. Nih, lihat...," lirih Dira sambil menunjukkan foto diponselnya.

"Iseng banget ni anak, gak apa-apa yang penting kamu senang, Dir," jawab Arsan dengan pasrah. "Ngomong-ngomong, kunci motorku kemana, ya." Arsan merogoh saku celananya berulang kali.

Rasain, gantian aku yang isengin kamu, Ar. Hehehe.

"Kamu pasti kan yang sembunyikan? Tuh, lihat dari wajahnya ketahuan kamu," ucap Arsan.

"Ih, curang kamu. Pura-pura gak tau dong kamu, Ar," jawab Dira memaksa Arsan. "Eh, antarin aku pulang, ya. Kayaknya Pak Udin gak bisa jemput aku, deh."

"Siap, aku bakalan antarin kamu pulang. Yuk, ke parkiran ambil motor dulu...!!" ajak Arsan.

Dira dan Arsan menuju parkiran, tiba-tiba Arsan kaget melihat ban motornya kempes. Wajah Arsan mendadak kesal. Arsan pun memberitahu Dira.

"Dir, ban motorku kempes. Gimana, kamu mau nunggu?" tanya Arsan.

"Gak apa-apa, deh. Hitung-hitung refreshing, pulang sekarang pun, aku bakalan suntuk di rumah. Gak ada siapa-siapa, paling cuma sama Mama doang...," lirih Dira.

Akhirnya mereka berjalan kaki mendorong sepeda motor itu ke bengkel yang letaknya tak jauh dari sekolahan. Sesampainya di bengkel, Arsan membelikan Dira minuman dingin. Ia melihat Dira tampak kecapekan sehabis mendorong motor yang lumayan besar itu.

"Nih, Dir. Minum dulu, kamu pasti capek habis bantu dorong motor tadi," ujar Arsan dengan menyodorkan minuman.

"Makasih, Ar. Ya, nih, haus banget. Malah panas lagi...," lirih Dira.

Tiga puluh menit menunggu, akhirnya motor itu selesai dan siap dipakai. Arsan menyuruh Dira untuk naik, lalu mengantarkannya pulang ke rumah. Arsan belum bisa melupakan kalimat ketika Dira memintanya untuk mengantarkan pulang.

"Dir, kamu gak mau pacaran emangnya?" tanya Arsan penasaran.

"Mau, Ar. Tapi nanti aja deh, aku belum siap sekarang, masih terlalu labil. Tunggu pas SMA, pasti menemukan cinta pertamaku..." lirih Dira.

Begitu sampai di depan pagar rumah, Dira langsung turun lalu masuk ke dalam rumah. Arsan pun segera pulang menuju rumahnya.

Terpopuler

Comments

kiro

kiro

semangat kaka

2020-05-12

2

Tisya

Tisya

aduh ada rena lagi, pen gue acak acakin tu

2020-05-07

1

Riana

Riana

jadi inget masa lalu thor🙈🙈ceritanya aku banget, persis😍😍

2020-05-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!