Anggun yang selesai dari kegiatan memasaknya kini tengah menata masakannya dan menunggu Will untuk datang.
"Kak Will!" Panggil Anggun yang melihat Will tengah memakai setelan jas kerjanya.
"Makan dulu kak!" oUjar Anggun.
Will pun menatap ke arah meja makan bergantian juga dengan menatap Anggun. Ia pun menghela nafas dan mengalihkan pandangannya.
"Aku akan sarapan di luar! Jangan masak lagi karena seorang adik tidak harus memasak!" Tukas Will yang segera melangkah kan kakinya pergi dari sana.
Deg.
"Adik?" Gumam Anggun.
Anggun menatap sendu ke arah kepergian Will. Entah mengapa Wilk mengatakan bahwa dirinya hanyalah adik membuat hati Anggun sedikit tercubit.
"Memang aku kan adiknya! Baguslah kalau kak Will menganggap ku hanya adik!" Timpal Anggun yang segera duduk dan akan menyantap sarapannya sendiri.
Namun Anggun memakan semuanya dengan rasa sedikit berbeda. Seperti ada yang kurang. Ia tidak sadar bahwa setiap perlakuan Will dari dulu hingga sekarang telah membekas kepada Anggun.
Anggun tidak sadar jika kekosongan hatinya disebabkan oleh sifat Will yang berbeda padanya. Karena kenyamanan sudah diberikan Will untuknya.
"Aku tidak selera makan!" Sahut Anggun yang segera memilih untuk kembali membungkus makanan dan membawanya untuk ke apartemen Anggi.
"Anggi aku ke apartemenmu bagaimana? Aku membawa makanan!" Ucap Anggun di dalam telepon.
"Tunggu kak! Aku akan ijin sama Gavin dulu!" Ujar Anggi.
"Ya! Chat aku jika sudah!" Timpal Anggun dan segera mematikan ponselnya.
...🍀🍀🍀...
"Cepat Gavin kembalikann!?" Kesal Anggi setelah menutup telepon dari ponselnya.
Gavin pun menggeleng dan sibuk untuk memakai dasi dan jasnya. Kini Anggi tengah berada di dalam kamar Gavin.
"Gavin!" Geram Anggi menarik dasi yang ada di tangan Gavin membuat Gavin kesal.
"Kau mau apa dengan semua make up mu itu!" Kesal Gavin berbicara pada akhirnya.
Mereka bertengkar karena Gavin yang telah membuang alat make up Anggi dan semua skincare yang dibeli Anggi. Dan pastinya Anggi tidak terima dengan itu semua.
"Untuk wajahku lah! Kau tidak mau kan mendapat istri yang buruk rupa?" Celoteh Anggi.
Gavin pun mendekat ke arah Anggi dan mengambil paksa dasinya. Ia pun menatap tajam ke arah Anggi yang kini telah menjadi istrinya.
"Jika kau menganggapku suamimu maka menurutlah pada suamimu!" Tegas Gavin yang segera memasang dasinya dan pergi dari kamarnya untuk bekerja.
Ia akan sarapan di luar karena Anggi yang tidaj diperbolehkannya untuk memasak. Bahkan Gavin melarang Anggi untuk memegang peralatan dapur.
Anggi pun segera berlari dan mengejar Gavin.
"Gavin aku mohon!" Pinta Anggi dengan memelas.
Namun Gavin tetaplah Gavin yang bersikukuh dengan keinginannya membuat Anggi pasrah karena ia masih ingat.
Ingat bagaimana Gavin yang marah saat dulu hanya karena dirinya yang meminjam semua alat tulisnya tanoa ijin.
Gavin langsung memarahi dan membentaknya bahkan tidak segan segan untuk mengambil semua bekalnya.
"Jika kau berani membeli semua itu lagi maka aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini?" Ancam Gavin.
"Hish Gavin!" Gerutu Anggi.
"Baiklah terserah!" Pasrah Anggi.
*Ah! Kak Anggun mau kesini!" Timpal Anggun tiba tiba.
"Tidak boleh!" Tegas Gavin.
"Kenapa kau jahat sekali!" Gerutu Anggi.
"Kau mau kakak mu itu melihat kita pisah kmar dan mengadu pada papa dan mama mu?" Tukas Gavin.
Anggi tampak memutar mutar bola matanya seakan sedang berpikir.
"Kalu dipikir pikir benar juga!" Gumam Anggi.
"Tapi dipikir pikir lagi juga itu lebuh bagus biar papa sama mama tau apa yang kau lakukan kepadaku!" Gerutu Anggi dengan sahutan dan menatap tajam ke arah Gavin.
Gavin menghela nafasnya dan mencoba untuk mengerti Anggi. Ia tidak ingin siapapun ikut vampur dalam urusan rumah tangganya.
"Berikan ponselmu!" Tukas Gavin.
"Tidak mau!" Titah Anggi.
"Anggi!" Tekan Gavin dengan menunjukkan sorot kemarahannya membuat siapapun yang melihatnya merasa takut.
"Baiklah ini!" Pasrah Anggi sembari menyerahkan ponselnya.
Gavin pun mengambilnya dan mulai mengetikkan sebuah nama kontak dan mendialnya.
"Halo Anggi bagaimana?" Ujar seorang dibalik telepon.
"Anggi tidak bisa bertemu denganmu! Aku akan mengajaknya!" Seru Gavin dengan datarnya membuat Anggun menatap ke arah ponselnya sambil berpikir memang Gavin akan mengajak adiknya kemana?.
Setelah mematikannya Gavin pum memasukkan ponsel Anggi kedalam sakunya membuat Anggi mengerutkan keningnya.
"Gavin ponselku!" Pekik Anggi.
"Kau pikir aku tidak tau apa isi ponselmu ini?" Ucap Gavin.
Anggi pun menelan kasar ludahnya. Memang ponselnya benar benar penuh rahasia.
"Kau tau dari mana? Ponselku tidak ada apa apanya!" Jawab Anggi dengan sedikit gugup.
"Kau masih kecil tapi pikiranmu dan semua tingkahmu itu murahan!" Tegas Gavin membuat Anggi meloto mendengarnya.
"Hah? Wahhh! Kau!" Geram Anggi.
"Murahan?" Tanya Anggi sekali lagi mengulngi ucaoan Gavin.
"Kau wanita tapi yang kau tonton adalah hal seperti itu?" Tukas Gavin.
"Memang kenapa? Aku ini sudah dewasa dan lagi pula aku ini sudah menjadi istri orang! Apa apa an kau melarangku melihat itu memang kau dapat melakukan itu?" Tanya Anggi dengan kesal karena sikap Gavin yang sangat mengekang nya.
Membuat Gavin sendiri gugup mendengar pertanyaan Anggi.
"Lagi pula apa urusanmu toh kau itu seorang suami tapi tidak seperti menjadi suami!" Gumam Anggi.
"Anggi!" Bentak Gavin membuat Anggi terkejut karena bentakan Gavin.
Gavin merasa sakit hati. Sedangkan Anggi tengah menciut nyali omelannya karena tataoan dan bentakan Gavin kali ini benar benar sangat beraura kemarahan.
Anggi pun hanya menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah Gavin.
Gavin pun menghela nafasnya. Ia pun dengan keras membanting ponsel Anggi membuat Anggi lagi lagi terkejut.
Brakkk.
Ponselnnya sudah pecah. Dan Anggi pun menundukkan kepalanya dan menangis.
Gavin pun menarik tangan Anggi dan membawanya ke kamarnya.
"Gavin!" Lirih Anggi karena Gavin menarik tangannya.
Sesampainya di kamar Gavin pun menutup pintu dan melepas genggamannya.
"Jika kau berkat seperti itu lagi aku akan menghukumu!" Tegas Gavin.
"Kau sudah menjadi istri dan aku suamimu!" timpal Gavin.
"Aku mau ku diam disini dan pikirkan kesalahanmu!" Gertak Gavin yang segera keluar dari kamar membiarkan Anggi.
Sesampainya di depan pintu kamar ia pun menghela nafas. Sebenarnya bukan itu yang membuat Gavin marah.
Melainkan bagaimana isi pesan dari Anggi kepada Rafkan begitu juga sebaliknya. Seakan akan Anggi dan Rafkan adalah sepasang kekasih karena setiap saat selalu saja Anggi bertelepon dan saling mengirim pesan dengan Rafkan.
Itulah yang membuat Gavin entah mengoa sangat marah. Apa lagi saat dimana Anggi mengucaokan bahwa dirimya bukan seorang yang selerti suami.
"Memang apa yang dilakukan dokter sialan itu sehingga dia pantas disebut suami oleh istrimu sendiri? Hah!" Geram Gavin
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
♈⛎♎ chann💫💫
gavin mulai cemburu sama pak dokter
2021-08-12
0
Arinda_Na
cemburuu dongg suamiiii
ahgg jangannnn bgtuuuu dehh twin AA
kaliann
harus mengerti
2021-08-11
0
Yanti Jambi
makin serruu kerrenn crazy up ..
2021-08-02
0