Indy membanting tubuhnya yang lelah setelah membantu Raka menghilangkan kesedihan di hatinya. Raka memang sudah bisa kembali tertawa, meski bisa di pastikan dalam hatinya masih menangis meraung-raung.
Tapi kenapa kini masalah justru berpindah pada Indy. Dia masih memikirkan hal tadi yang sempat di lihatnya. Ia yakin, itu adalah Angga. Postur tubuhnya dan potongan rambutnya sama persis dengan yang Angga miliki. Terlebih jaket yang di kenakannya.
Ada sebuah simbol yang menunjuk dengan jelas cowok itu memang Angga. Jaket dengan logo team balapnya. Bordiran dengan motif sayap emas. Bordiran itu menempel di dada kanan, tepat di atas saku jaket milik Angga yang biasa ia kenakan.
Gadis itu mengambil handphone-nya yang tidak sempat dibawanya tadi saat pergi bersama Raka. Dia mengetikkan bebarapa kalimat di sana, lalu mengirimnya pada Angga.
Tak berapa lama Angga membalas pesannya. Tapi pesan balasan itu nampak ganjil. Seperti bukan Angga yang membalas pesan Indy.
"Lo bukan Angga. Dimana pacar gue?" tanya Indy dalam pesannya.
"Pacar lo bilang, jangan kebanyakan mimpi deh. Pake ngaku-ngaku pacar Angga."
Ternyata benar jari orang lain telah membajak handphone Angga. Tapi, siapa yang sudah dengan berani membuka pesan Indy dan dengan lancang membalasnya tanpa seizin Angga. Apa benar tanpa seizin Angga, atau memang Angga mengizinkannya?
Pesan terakhir yang Indy kirim tidak lagi mendapat balasan dari seseorang yang membajak handphone Angga.
Malam semakin larut, tapi Indy sulit untuk memejamkan matanya. Dia tidak bisa tidur karena banyak pertanyaan terus menggerayangi pikirannya. Pertanyaan soal Angga. Apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa Angga belum juga memberikan penjelasan padanya.
Indy berusaha keras untuk menemukan kantuknya. Entah di pukul berapa, dia berhasil terpejam dan larut dalam mimpi.
Esok pagi saat terbangun. Gadis itu bergegas untuk bersiap berangkat ke sekolah. Dia sangat tidak sabar untuk bertemu dengan pujaan hatinya.
Waktu bergulir sangat lamban, begitu yang sedang Indy rasakan. Dia sedang di buat menunggu seseorang yang sangat ingin dia temui. Angga belum juga menampakkan Batang hidungnya walau sudah lima belas menit lamanya Indy berdiri di depan gang.
Jarum jam tangan yang di kenakan Indy, sudah menunjukkan pukul 06.45. Itu berarti lima belas menit lagi bel tanda waktu masuk sekolah akan berbunyi dan pintu gerbang akan segera di tutup rapat oleh pak satpam.
Deru knalpot motor sport milik Angga terdengar mulai mendekat ke arah Indy. Benar saja, cowok itu menghentikan laju motornya tepat di depan Indy.
"Ayo, Sayang. Naik," kata Angga dengan mengulurkan tangan kirinya untuk membantu pacarnya naik ke atas motor.
"Tumben, siang banget jemputnya. Kamu bangun kesiangan, Sayang?" tanya Indy pada Angga saat motor sudah mulai melaju.
"Pegangan ya, aku mau ngebut. Nanti malah telat."
Angga tidak memberikan jawaban yang tepat untuk pertanyaan yang Indy berikan. Dia justru mengalihkan topik dengan alasan akan ngebut mengendarai motornya.
Sampai di detik ini, Indy tidak bisa membenarkan dugaannya bahwa Angga telah berselingkuh darinya. Sebab dia belum menemukan bukti apapun dari kecurigaannya. Dia juga belum mendapat jawaban apapun dari pertanyaan-pertanyaan yang menggelayut di pikirannya sejak semalam.
Sepulang dari sekolah, Angga pun tidak menjemputnya. Angga beralasan ada kepentingan mendesak di bengkel yang harus segera di selesaikan. Bukannya langsung pulang ke rumahnya. Indy justru berinisiatif untuk menyusul pacarnya ke bengkel.
Indy menaiki Angkot dari halte depan sekolahnya menuju bengkel milik bapaknya Angga yang letaknya tidak begitu jauh. Begitu turun dari Angkot, Indy hanya menangkap banyak mekanik yang sedang mengerjakan pekerjaannya, bermain dengan oli dan teman-temannya.
Indy sempat menanyakan keberadaan Angga pada salah satu pegawai yang ada di sana. Pegawai yang mengenakan warepack berwarna biru yang sudah di penuhi noda oli itu, menunjuk tempat kasir dimana Angga sedang berada di sana.
Indy menurut dan semakin dekat ke meja kasir yang cukup tinggi. Tidak nampak siapapun sedang duduk di baliknya. Biasanya, muka Angga akan langsung terlihat dari jauh. Jadi, dimana sebenarnya Angga.
Tepat berdiri di meja kasir, mata Indy membelalak melihat cowok yang masih berpakaian sekolah sedang mencubit gemas pipi seorang gadis yang juga mengenakan seragam yang sama.
"Permisi," kata Indy dengan mengetuk dua kali meja kasir dengan ujung kepalan tangannya.
"Sayang, kok …, kamu ke sini?"
Angga yang sedang duduk di tikar lesehan langsung bangkit dan meninggalkan cewek yang ada bersamanya. Cewek itu langsung memasang raut wajah tidak senang begitu Angga meninggalkannya.
"Kamu nggak dapet bis lagi?" tanya Angga lagi.
"Aku ke sini buat tanya sesuatu sama kamu," ucap Indy.
"Soal dia?"
Tangan Angga menunjuk cewek yang tadi bersamanya dan masih duduk santai di tikar.
"Dia itu sepupu aku. Kamu kenalan deh," ucap Angga menutupi kebejatannya.
"Enggak kok, aku ke sini buat ngomongin hal lain."
Indy sebenarnya tidak begitu percaya dengan ucapan Angga tadi. Dalam hati, dia menaruh curiga pada cewek itu. Baru kali ini Angga membohonginya dengan alasan yang tidak masuk akal dan ternyata terbukti, itu semua hanya sebuah alasan saja untuk menghindar dari Indy.
Lagi-lagi Indy harus menelan sebuah kebohongan Angga. Cowok itu menjawab semua pertanyaan Indy dengan alasannya. Angga tidak jujur jika pada malam itu, cowok yang mengenakan jaket berlogo team balapnya bukanlah dirinya.
Tidak mau banyak berdebat dan membuat keributan di bengkel, Indy berusaha sekali lagi untuk percaya dan menerima alasan yang Angga ucapkan.
Setelah semua pertanyaannya terjawab. Indy berpamitan pulang. Bahkan sebelum keluar dari bengkel, dia sempat bersalaman dengan cewek yang katanya sepupu Angga. Cewek yang berwajah manis itu sempat mendoakan Indy agar langgeng menjalani hubungan dengan Angga.
Hanya karena ucapan itu, Indy berubah pikiran. Hawa-hawa negatif dan kecurigaan dalam hatinya hilang begitu saja seperti mendapat sebuah titik terang.
Angga memutuskan untuk mengantar pacarnya itu untuk pulang. Cowok itu mengeluarkan motornya dan memakai helm, lalu membonceng Indy. Laju motornya cepat, tidak seperti biasa yang pelan seolah dia ingin lebih lama bersama Indy.
########
Di tempat berbeda dari kegelisahan seorang gadis yang tidak bisa memejamkan matanya. Ada kegembiraan luar biasa yang sedang di rasakan seorang cowok bersama teman-temannya juga seorang gadis yang menemaninya.
Cowok itu sesekali terbahak dengan obrolannya bersama gadis yang berdiri di depannya.
"Kamu tuh lucu banget, Sayang. Gemesin," ucap cowok itu kemudian mencubit pipi gadis berambut panjang lurus di depannya dengan gemas.
"Aku, gitu loh. Aku boleh pinjam HP kamu nggak?" kata gadis itu.
"Boleh, pakai aja. Aku beli minuman dulu, ya?"
Angga pergi dengan motornya setelah memberikan handphone-nya pada gadis yang entah berstatus sebagai apa baginya, sampai-sampai sebuah panggilan sayang terucap untuknya. Bukankah panggilan itu sudah di miliki oleh Indy?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Audrey_16
like Thor 💜❤️💜❤️❤️
2021-03-30
0
anggita
like lgi.,
2021-03-28
0
Mery hakim (Hiatus)
lanjutkan thor
2021-03-23
0