Mata bulat Indy menelisik halaman rumahnya sesaat setelah mobil Rio berhasil terparkir di sana. Mobil bapaknya tidak nampak ada di halaman rumahnya. Itu berarti Bima belum pulang.
Tawaran untuk mampir ke rumahnya ia lontarkan sebagai bentuk basa-basi pada Rio. Tentu saja Indy berusaha berbuat baik padanya karena telah banyak merepotkan Rio, juga karena Rio sudah mengetahui rahasia terbesarnya.
"Assalamu'alaikum," ucap Indy dengan mengetuk pintu rumahnya yang tertutup rapat. Rio berdiri di belakangnya setelah mengiyakan tawaran basa-basinya tadi.
"Wa'alaikumsalam."
Suara seorang wanita menyahut dari dalam tak lama setelah ketukan pintu. Ternyata mamanya Indy yang membukakan pintu.
"Lho kok, nak Rio yang nganter Indy?"
"Iya tante, soalnya Bapak sama Om Bima masih ada urusan. Jadi, Om Bima minta sama Rio buat nganterin Indy pulang."
"Ya sudah, ayok duduk dulu. Pasti capek kan habis nyetir mobil jauh."
"Terimakasih, tante."
"Ndy, ajak Rio ngobrol dulu. Mama mau ngambil cemilan."
"Iya, Ma."
Semakin bingung dengan situasi di rumahnya. Indy tidak menyangka mamanya sudah mengenal Rio dengan akrab. Apa memang hanya dirinya saja yang baru mengenal Rio.
Cewek itu berusaha menyingkirkan perasaan bingung yang sedang menggelayuti hati juga pikirannya. Ia menyuruh Rio duduk di sofa ruang tamu yang kebetulan berada tepat di depan kamarnya. Sementara meninggalkan Rio duduk di ruang tamu, Indy melenggang ke kamarnya untuk meletakkan hadiah dari Rio.
Hanya beberapa detik, Indy sudah kembali ke ruang tamu lagi dan duduk bergabung dengan Rio. Nampak cowok itu tengah sibuk memainkan handphone-nya.
"Apa lu nggak kesorean ntar pulangnya?" tanya Indy memecah keheningan.
"Nggak kok Ndy, gue juga bentaran doang kok disini." Rio menghentikan kesibukan dengan Hpnya.
Belum lama mengobrol, Rini datang membawa nampan berisi air minum dan camilan. Kemudian ia letakkan di atas meja.
"Di minum dulu, Nak. Ngomong-ngomong apa kalian sudah makan?"
"Belum sih, Te. Tapi dudah sempet makan roti sama Indy tadi di Mall," jawab Rio jujur.
"Kan cuma roti. Tante ambilin makan, ya?"
"Nggak usah repot-repot, Te. Alhamdulillah Rio masih kenyang, kok."
"Ya sudah nggak papa, tapi lain kali harus mau makan di rumah Indy, ya?"
"Insya Alloh kalo pas main lagi ya, Te?"
"Ya udah, tante tinggal dulu ke belakang ya, mau beres-beres di dapur."
"Iya, Te."
Seperti di sengaja, Rini pamit meninggalkan dua anak remaja itu di ruang tamu. Indy yang merasa sangat canggung pun di buat semakin tidak nyaman karena dia bukanlah cewek yang bisa beramah-tamah mengajak orang baru untuk mengobrol.
Rio bukanlah teman akrab baginya. Entah topik apa yang pantas menjadi pengisi keheningan di antara mereka berdua. Lagi pula, mereka berdua tinggal di kota yang berbeda. Juga mereka tidak berada di satu sekolah yang sama. Tentu saja hal itu menyulitkan Indy untuk membuka obrolan. Karena sebagai tuan rumah yang baik, seharusnya ia tidak mendiamkan tamu seperti ini.
Di tengah keheningan, duo cowok handsome muncul dari arah ruang belakang. Berjalan berurutan dengan santainya, lalu bergabung dengan Indy juga Rio.
Dengan respon secepat kilat, Rio yang menyadari kedatangan kedua abangnya Indy, langsung bersalaman.
Bang Inu duduk di samping Rio di sebuah sofa panjang. Sementara Bang Raka memilih duduk berdempetan dengan Indy di single sofa.
"Nama kamu siapa?" ucap Bang Inu setelah duduk.
"Saya Rio, Kak."
"Temen sekolahnya Indy?" tanyanya lagi.
"Saya sama Indy enggak satu sekolah. Tapi.."
"Rio itu anaknya Om Dhanu, Bang. Om Dhanu yang sahabatnya Bapak."
Indy memotong kalimat selanjutnya yang akan Rio ucapkan dan membantu memberi jawaban pada Bang Inu.
"Oh.. Anaknya Om Dhanu."
"Iya, Kak. Kakak namanya siapa?"
"Saya Inu. Panggil aja Bang Inu. Saya abang pertamanya Indy."
"Kalo gue Raka. Lo juga boleh panggil gue Bang Raka. Gue abang keduanya Indy."
"Senang bisa berkenalan dan bertemu langsung sama abang."
"By the way, ini udah sore lho. Lo nggak mau pulang apa?" ucap Indy memutus obrolan di antara ketiga cowok itu.
Lagi-lagi sebuah pertanyaan berembel unsur mengusir terlontar dari mulut Indy. Cewek itu benar-benar sudah tidak nyaman dengan keberadaan Rio.
"Kok lo ngusir temen lo sih, Ndy?" protes Bang Raka.
"Nggak papa kok Bang, mungkin Indy khawatir aja takut saya kemaleman pulangnya."
"Tuh, Rio aja nggak masalah, kok," ucapnya lagi.
"Ya sudah kalau mau pulang, hati-hati jangan ngebut bawa mobilnya," Bang Inu memberi nasehatnya.
"Siap Bang."
"Ndy, Panggil Mama," ujar Bang Raka menginstruksi.
"Oh iya, lupa."
Indy berlari menuju dapur untuk memanggil mamanya dengan hati gembira. Karena saat-saat yang ia nantikan, akhirnya datang juga. Rio akan pergi meninggalkan rumahnya.
"Tante, Rio pulang dulu. Maaf sudah merepotkan tante."
"Nggak sama sekali Rio, justru Tante yang sudah merepotkan kamu. Jauh-jauh dari kota cuma buat nganterin Indy pulang."
"Nggak papa kok,Te. Ya udah Rio pamit ya, Bang, Te, Ndy. Assalamu'alikum."
"Wa'alikumsalam."
Mereka menjawab salam dengan kompak. Indy tidak menunggu sampai mobil Rio meninggalkan halaman rumahnya, meskipun kedua abangnya dan mamanya masih berdiri di teras menunggu mobil Rio sampai benar-benar lenyap dari pandangan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Bayangan Ilusi
pengagum Rahasia Senja hadirr..
Dan selalu bawa like buatmu Thorr🥰
2021-03-29
0
Audrey_16
semngat Thor 💜💜💜
2021-03-26
0
RN
lht
slm totok pembangkit
2021-03-23
0