Perjalanan pulang kali ini bersama Rio tidak mendapatkan hambatan sedikitpun. Meskipun jika harus terhambat karena ada kereta api yang melintas, Indy akan merasa senang-senang saja.
Karena tidak nyaman hanya saling berdiam mendengarkan musik yang sedang di putar saja, Indy mengingat satu hal yang sebenarnya tak begitu penting untuk di tanyakan.
Tapi demi memecah keheningan, dia akhirnya membuka obrolan dengan sebuah pertanyaan kecil.
"Rio," panggil cewek itu pada cowok yang sedang menyetir di sampingnya.
"Kenapa, Ndy?"
"Lo kan nggak tinggal di kampung. Tapi kok, lo bisa hafal jalanan ke kampung?"
"Lho, jadi lo nggak tahu. Gue pernah beberapa tahun tinggal di kampung. Satu kampung sama lo kok."
"Hah?! Kok gue nggak tahu," tanya Indy keheranan.
"Jelas aja lo nggak tahu. Itu udah lama, waktu gue SD. Setelah lulus SD, gue sekolah di kota sampai sekarang. Rumah gue masih kok di kampung ini. Bapak gue nggak jual, sesekali gue sama Bapak ke sini buat bersihin rumah."
"Tapi kok, kita nggak satu SD?" cecar gadis itu belum puas.
"Oh iya, Bapak nyekolahin gue di SD favorite di desa sebelah."
"Pantes aja, gue nggak kenal lo."
"Dan soal gue pernah ke rumah lo sekali doang. Ya, emang gue nggak bohong. Gue cuma pernah sekali doang ke rumah lo."
"Oh."
Karena penjelasan itu cukup masuk akal, Indy kembali diam dan tidak melanjutkan pertanyaannya lagi sampai mereka berdua sampai di rumah.
Kericuhan terjadi di rumah yang dominan dengan warna putih di dindingnya dan ornamen-ornamen berwarna cokelat melengkapi sudut-sudutnya.
Saat mereka telah berkumpul di dalam rumah, Raka dan Bima menjadi penyulut kericuhan yang terjadi. Anak dan bapak itu saling melemparkan pertanyaan yang mengarah ke hal-hal pribadi.
"Om dengar, nak Rio ini ndak mendapat larangan pacaran kan, sama Bapakmu?" tanya Bima yang akhirnya mendapatkan sorotan mata tajam Indy.
"Bapak, nggak baik bertanya hal privasi lho," celetuk Indy mengingatkan Bima.
"Nggak papa, Ndy. Itu bukan privasi, kok. Saya memang di bolehkan pacaran, Om," jawab Rio sopan.
"Tuh dengar, Rio aja ndak keberatan. Kok kamu yang protes, koe sopo?" ucap Bima menjengkelkan lengkap dengan logat khas orang Jawa.
"Lagian pasti nggak ada orang tua yang nolak anaknya punya pacar kayak kamu," timpal Raka membumbui.
Obrolan itu membuat Indy semakin geram. Antara Bima dan Raka hanya terus mengeluarkan pertanyaan tidak berfaedah sama sekali.
Kericuhan berakhir saat hari beranjak sore dan Rio berpamitan untuk pulang.
######
Esok pagi seperti biasa, Angga menjemput Indy di depan gang untuk berangkat ke sekolah bersama. Kabar yang tak di duga menjadi penyemangat di awal hari ini.
Dari kejauhan, senyum Angga sudah merekah menyambut datangnya Indy. Bagian itu nampak asing bagi Indy, sebab biasanya Angga lebih memilih sibuk memainkan handphonenya.
"Kamu kenapa? Kok, senyum terus?" tanya gadis itu begitu sampai.
"Selamat ya, kamu menang," ujar Angga memberi tahu.
"Aku yang menang? Kamu serius, kan?" desak Indy tak percaya.
"Iya, kamu yang menang. Siska di diskualifikasi karena dia ketahuan mencuri start," terang Angga.
"Oh. Syukur deh, biar dia taubat."
Usai obrolan singkat itu mereka berangkat menuju sekolah. Rona wajah bahagia terlukis lewat sebuah senyuman di bibir Indy.
Sepulang dari sekolah, Angga mengajak Indy untuk merayakan kemenangannya. Hari itu juga menjadai momen terakhir kebersamaan Indy dan cowok itu. Sebab, Angga sudah banyak membocorkan jadwal yang siap mencuri waktu Indy untuk latihan dan mengikuti banyak event balap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Audrey_16
like Thor❤️❤️❤️ semangat yah 😍😍😍
2021-04-14
0
anggita
hadir 👍
2021-03-29
0
Yoo_Rachel
semangat
2021-03-26
0