"Selamat pagi" Gaby menyapa seluruh anggota keluarganya.
"Selamat pagi sayang" jawab Ananda dan Mike serentak.
"Pagi kak" jawab Sera sambil tetap fokus pada makanannya.
"Bun, aku berangkat ya" Raf tidak menyelesaikan sarapannya dan segara mengambil tas sekolahnya.
"Kau tidak selesaikan sarapanmu dulu?" tanya Gaby kepada sang adik karena melihat piringnya masih penuh, namun tidak dihiraukan oleh adiknya sama sekali.
"Hati-hati di jalan ya sayang" kata Ananda saat Raf mengecup pipinya.
"Iya bunda" jawab Raf.
"Belajar yang baik" kata Mike.
"Oke ayah" jawab Raf lagi.
"Kau tidak menciumku?" tanya Gaby dengan suara yang keras saat Raf pergi begitu saja tanpa berpamitan padanya.
"Raf kenapa sih bunda?" Gaby merasa heran karena beberapa hari belakangan ini Raf seperti menghindarinya.
"Apa kakak sudah tanya langsung pada Raf?" Ananda bertanya balik.
"Belum" jawab Gaby singkat.
"Kalau kakak ingin tau, mungkin kakak bisa tanyakan padanya langsung" Ananda memberi saran.
Sesungguhnya Ananda tau perubahan sikap Raf sudah terjadi sejak beberapa hari lalu, tepatnya saat Ananda mulai menggunakan intonasi suara yang agak tinggi menegur Raf. Ia pun sudah menanyakan apa yang sebenarnya Raf rasakan, namun ia memilih untuk diam dan membiarkan Gaby menyadarinya sendiri dan menyelesaikan masalah mereka.
"Aneh sekali dia" kata Gaby heran sambil mengunyah sarapannya.
..........
"Dimana Raf?" tanya Gaby saat makan malam tiba.
"Dia bilang sedang mengerjakan tugas sekolahnya, jadi makanannya minta dibawakan ke kamar" jawab Ananda.
"Tidak biasanya Raf seperti itu" Gaby tau persis bahwa Raf adalah anak yang tidak suka makan di dalam kamar, karena akan membuat ruangan kamarnya menjadi bau.
"Aku merasa heran, kenapa belakangan ini Raf menjadi sangat pendiam dan tidak usil lagi kepadaku?" Gaby yang biasanya selalu jadi sasaran empuk kejahilan sang adik merasa bahwa sikap adiknya benar-benar berbeda.
"Kalau kakak penasaran tanyakan langsung saja pada Raf" Ananda lagi-lagi memberi saran seperti tadi pagi.
"Apa kalian sedang punya masalah?" Mike yang sudah diceritakan duduk persoalannya pura-pura ikut bicara.
"Aku sih merasa tidak punya masalah dengannya, dia saja yang suka sekali menjahili aku!" jawab Gaby menceritakan versinya.
"Apa kakak tau kenapa Raf hobi menjahilimu?" tanya Mike lagi.
"Ya karena dia memang usil!" jawab Gaby sekenanya.
"Sepertinya kakak harus bicara sama Raf sendiri supaya persoalannya menjadi jelas" kata Mike tajam.
"Hemmmm baiklah, nanti akan aku coba" jawab Gaby.
..........
TOK TOK TOK
"Raf, apa kakak boleh masuk?" tanya Gaby di depan pintu beberapa saat.
"Raf, kakak masuk ya?" Gaby mengkonfirmasi ulang namun tetap tidak ada jawaban.
"Raf?" Gaby duduk mensejajarkan diri dengan sang adik yang terlihat sibuk merakit sebuah maket.
"Raf, kau kenapa sih diam saja sama kakak?" Gaby bertanya kepada sang adik yang masih diam seribu bahasa.
"Apa kakak punya salah padamu?" tanya gaby.
"Kalau kakak punya salah, kakak minta maaf" kata Gaby kemudian.
"Kakak tidak salah, sudahlah aku sibuk, jangan ganggu aku!" kata Raf ketus.
"Kenapa kau mendiamkan aku?" Gaby benar-benar tidak paham dengan perubahan sikap Raf.
"Bukankah itu yang kakak mau? supaya aku tidak pernah mengganggumu lagi? sekarang kan sudah terwujud, jadi silahkan keluar dari kamarku!" Raf berkata dengan dingin, membuat Gaby merasa sangat sedih.
"Raf!?" kata Gaby lirih.
"Selama ini aku jahil sama kakak karena aku ingin bermain denganmu lagi, karena sejak kau kuliah waktu bermainmu denganku menjadi tidak ada, aku berusaha mencari perhatian dengan mengajakmu bercanda, tapi kau malah selalu marah dan mengadu pada bunda, jadi aku putuskan lebih baik aku diam saja dan kita tidak perlu saling sapa!" Akhirnya Raf meluapkan semua isi hatinya kepada sang kakak.
"Raf" Gaby memeluk sang adik dan menangis.
"Maafkan kakak" Gaby merasa terpukul dengan pernyataan sang adik yang ternyata selama ini merindukan kehadirannya.
"Kakak minta maaf karena terlalu egois dan tidak memikirkan perasaanmu, bukan maksud kakak untuk marah apalagi sampai melupakanmu!" Gaby mempererat pelukannya.
"Sudahlah kak, aku sekarang sudah besar, kata bunda aku harus lebih mandiri, jadi aku putuskan aku akan bermain sendiri saja, sepertinya itu jauh lebih menyenangkan" Raf melepaskan pelukan sang kakak.
"Apa kau tidak mau sama kakak lagi?" tanya Gaby sedih.
"Bukankah justru kakak yang tidak mau sama Raf?" kata Raf datar.
"Maaf, kakak memang lalai" Gaby kembali memeluk sang adik.
"Bisakah kita mulai semua dari awal?" Gaby memohon.
"Aku baik-baik saja kak, kakak tidak usah khawatir" Raf masih belum memaafkan Gaby.
"Aku janji akan lebih banyak meluangkan waktu bersamamu" kata Gaby sungguh-sungguh.
"Kalau kakak tidak punya waktu jangan memaksakan diri" kata Raf lagi masih dengan datar, rasa kesal yang selama bertahun-tahun ia pendam seperti terakumulasi menjadi bom waktu yang meledak dengan dahsyat.
"Apa yang harus aku lakukan agar bisa membuatmu memaafkan aku?" tanya Gaby kepada Raf.
"Tidak ada, sudahlah, aku baik-baik saja, setidaknya kau sudah tau kalau aku tidak senakal yang kau pikirkan" jawab Raf sambil mendorong Gaby keluar dari kamarnya.
"Tapi," Gaby belum sempat menjawab namun Raf sudah mendorongnya keluar kamar.
"Raf" Gaby mengetuk pintu kamar Raf yang sudah terkunci dari dalam.
"Bun?" Gaby menatap sedih kepada sang bunda yang ternyata mendengarkan percakapan mereka sejak awal.
"Beri Raf waktu kak, sambil coba terus untuk membujuknya" kata Ananda sambil mengelus punggung sang putri untuk menenangkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
psti ad perubhn krna msing" sbuk v bgangeunin kl jeng bareng"
2021-08-20
0
Maryana Fiqa
sedihnya 😭😭😭
2021-08-15
0
Fira Dwiyono
ku me na ngiiiisssss...
2021-07-27
0