Di saat para ciwi itu sedang asik bersenda gurau, dengan segala keberaniannya Eza datang menghampiri Zia ingin bergabung. "Hii, Zia!" sapa Eza dengan senyuman.
"Iyaa, hai? Ada apa? Mau minta sumbangan? Gue gak ada uang receh," kata Zia bercanda tanpa melihat lawan bicaranya. Mereka malah tertawa.
"Bukan minta sumbangan woi ahh! Gue cuma mau kenalan doang." Zia mendongak, menatap Eza dingin. Mata mereka saling bertemu, hanya beberapa detik saja. Setelahnya Zia langsung menatap arah lain.
"Oh kirain," jawab Zia santai membuat teman-temannya tertawa lagi. "Gue Eza, anak paling baik se-IPA 3."
"Baik dari mana, gak usah percaya, Zi! Dia mah kebo! Kadurr!" kata Ica sambil tertawa. Alya, Qia, Tania dan Ica tertawa.
Tetapi tidak dengan Zia, ia sedikit kebingungan. "Tunggu-tungguu, kadur itu apaan dah?"
"Tukang tidur, Ziaaa," kata Alya dan Qia berbarengan, Zia paham lalu tertawa yang lain juga ikut tertawa. "Ada-ada aj—"
Bruk! Suara pintu yang ditendang. Semua tatapan mereka menuju pintu. Masuk lah dua pria tampan yang gak punya etika itu. Zia tau yang satu tetangga mejanya, tapi yang satu lagi, ia tidak tau siapa.
'Songong amat siall. Siapa ini? Kesel gue pengen ngumpat. Mereka pacarnya mantan pacar Zai atau orang suruhannya?' pikir Zia bertanya-tanya.
Zia beralih pandangan ke teman-temannya. Tatapan Zia seolah sedang bertanya, tapi tidak menemukan jawaban apapun karena mereka tidak peka.
Zia menghela nafas, "Lu gak punya tangan makanya buka pake kaki?" tanya Zia sinis. Aska menoleh lalu tertawa remeh, "Apa urusannya sama lu?"
"Anjritt. Jangan di lawan peaaaa. Itu spesies persis kea Ivan, cuman dia lebih ganass. Namanya Aska," bisik Tania tapi diabaikan oleh Zia.
Zia berdiri dan berkacak pinggang. "Lu buka pintu dengan cara nendangnya itu buat gue terganggu! Lu kira cuma ada lu manusia di kelas ini, hah? Suka-suka hati lu aja gue tengok."
"Anjim.Gue suruh diem gak usah dilawani, eh makin diajak baku hantam," gumam Tania pasrah.
Mendengar perkataan Zia tadi membuat Aska tersenyum sinis. 'Haha, menarik."
Tanpa sepatah kata, Aska dan Ivan keluar lagi. Di luar ada Dimas—salah satu teman mereka—yang sudah menunggu Ivan dan Aska. Ivan, Aska, Dimas. Triple badboy ganteng tingkat senior di SMA.
Mereka bertiga pergi menuju kantin saat jam pelajaran masih berlangsung. Itu sudah menjadi hal lumrah bagi mereka. "Gimana cewek yang gue bilang tadi, Ka?"
"Noth—"
"Wah, anjayy. Jabatan ketua OSIS, gantengnya MasyaAllah, tapi kelakuannya doyan cabut di jam pelajaran. Gak salah ni makhluk SMA milih lu?!"
Siswa satu ini murid baru pindahan dari kelas sebelah. Ia pernah jadi calon ketua OSIS, tapi kalah vote sama Aska. Mungkin sekarang dendam pada Aska.
"Lawak lu. Jangan bangunin singa yang lagi tidur boskuu," sahut Dimas meledek. "Gue ngomong sesuai fakta kali."
"Oohh gitu. Jadi seharusnya kami pilih lu yaa, Akbar?" kata Ivan sambil tertawa diikuti kedua temannya. Siswa bernama Akbar itu auto terdiam.
"Udah diem, Dim, Van." Aska menatap Akbar. "Lu taukan sejak awal gue gak mau jadi ketos, gue dipaksa sama Bu Resa. Semua orang juga tau gue tukang cabut di jam pelajaran dan mereka tetep milih gue. Gue gak salah, kan, tuan Akbar yang terhormat?"
"Gue salah nggak? Jawab, gue salah nggakk??!" tanya Aska keras menggertak Akbar. Akbar masih diam. "Bacot doang banyak, di gertak dikit diem. Kocak!"
"Gue yang punya jabatan ketos, gue juga bertanggung jawab atas segala event. Lagian gue bolos juga yang kena hukum gue, kenapa lu rewel banget kaya bayi? Kalau lu udah merasa bener dengan segala tingkah dan prestasi lu, lu bisa nyela gue. Lah ini, ngurus diri sendiri aja lu susah, ngapain lu ngurus hidup gue? Sekarang aja lu juga lagi cabut jam pelajaran ke kantin, kan? Gak usah ngomongin orang, lu juga sama."
Akbar benar-benar tidak bisa berkata-kata. Di saat hendak beranjak pergi dari tempatnya, tangan Akbar di cekal Dimas. "Mau kemana? Urusannya belom siap lho, bang," kata Dimas tersenyum.
"Gue males ribut, awas lu." Akbar menghempas tangan Dimas dan berjalan lagi.
"Pengecut."
Akbar yang tidak terima di bilang pengecut berbalik dan langsunh menghajar Aska tanpa aba-aba. Aska memegangi rahangnya, ia memejamkan mata sejenak.
"Ngajak ribut, Bar? Tangan masih sebiji jagung aja udah nantangin." Aska mengelap sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Tanpa aba-aba juga, Aska membalas bogeman Akbar lebih kencang.
Terjadilah baku hantam di sana.
Zia yang awalnya lewat langsung datang mencoba untuk melerai. Tetapi dia malah terkena pukulan dari Akbar. Zia terhuyung ke belakang.
Spontan, Aska menghampirinya dengan muka khawatir. "Sakit? Sini gue bantu. Lagian lu ngapain sih ikut campur urusan gue?!" celoteh Aska nampak panik.
"Gak usah, gak perlu. Gue bukan orang lemah. Dan di sini tadi gue bukan campuri urusan lu, gue cuma mau ngelerai doang."
"Sama aja lu ikut campurr!" Zia menatap sinis Aska, Aska juga menatap sinis Zia. Cukup lamaa, sampai akhirnya disadarkan.
"Cokk, lu berdua ngapain sih?" tanya Dimas bingung melihat Aska diam aja. "Crazy bos!" sahut Ivan memasang wajah datar.
Tersadar akan hal itu, Zia bangkit. Tiba-tiba Zia mengulurkan kakinya untuk menendang barang berharga Akbar. Zia juga memukul perut Aska gantian.
Kini mereka berdua merengek kesakitan.
"Tendangan gue karena lu udah bikin luka di muka gue, dan pukulan gue karena lu berani nyepelein gue. Sampah!" kata Zia kemudian pergi meninggalkan tempat.
"Anj— Sakit juga cok pukulan dia. Gila ya itu cewek apa bukan?" rengek Aska. "The power of cewek.. Lu aja yang belom tau dia siapa. Makanya jangan anggap semua cewek itu manja!"
Tanpa mereka ketahui, dari kejauhan ada sepasang mata yang melihat mereka bertengkar. "Oke, bahan bagus."
^^^Revisi, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
🖤Sindy Lee🖤
Wihhhh seruuu..seruuu..
2021-03-27
0
Sevi Zammy
nama namanya bnyk banget.jadi bngung 🙄
2020-10-15
3
NjanN385
mantap thor..jdi flashback pas wktu sma...jga jdi cwe barbar...
2020-10-08
5