Selang beberapa menit, Jimmy dan Samuel tiba di kelasnya. Karena bu Lesta belum masuk kelas, Jimmy berniat memulai pergosipan. "Woi cokk, kalian tau gakk? Ada anak baru anjayy!"
"Gak nanya," sahut Alya ketus.
"Diem lu! Lu gak di ajak."
"Anjirrr banget lu yak!!" Pertengkaran mereka adalah hal yang lumrah di kelas ini. Alya dan Jimmy memang kadang susah buat akur~~
"Anak barunya cewek or Cowok Jim?" tanya Tania mengubah topik. "Cewek, coy. Gue akui caantiiiik bangettt. Gak kek Alya," jawab Jimmy semangat.
"Lah gue? Ngefans lu sama gue?!"
"Alah ntah betul ntah tidak," sahut Eza cuek. "Betull ini tu. Lu liat aja ntar, semoga aja dia masuk di kelas kita."
Percakapan mereka terhenti karena bu Lesta masuk bersamaan dengan siswi baru yang mereka gosipi tadi. Iya benar, itu Zia.
"Pagi anak-anak! Hari ini kelas kita kedatangan siswi baru," ujar bu Lesta. Zia yang tadinya menunggu di luar langsung masuk. "Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."
"Kamu perkenalan diri ya, Zia."
"Baik, bu," Zia tersenyum sekilas. "Hai semua, gue Zia Amanda. Kalian bisa panggil gue Zia."
"Gitu ajaa? Sekalian alamat rumah, nomor hape, nomor whatsapp gituuu dongg," kata Eza tak tau malu. "Diihhh! Buat apee sama lu begituann?!" tanya Ica sinis.
"Buat ngajak ta'aruf."
"Hiya-hiyaaaa. Modus bangett, bangg!" Mereka tertawa.
"Sudah, sudah. Zia duduk di dekat Ivan yaa," Zia tersenyum lagi lalu duduk di sebelah Ivan.
"Pstt pssttt.. benerkan apa kata gue, bakal masuk sini diaa," bisik Jimmy pada Eza. "Hahaha! Bener kata lu, Jim. Dia cantik banget. Gue jadi iri sama Ipan, tukeran boleh gak sih?" bisik Eza gantian.
"Berisik banget lu berdua."
"Betul! Matanya Eza langsung melek noh liat yg bening-beningg begitu."
"Ck! Recok luu!" Eza auto mendapat jitakan di kepala dari Tania. "Tania not have akhlak."
Di meja Zia dan Ivan. Zia sedang terdiam dan merenung. 'Baru hari pertama udh belajar aja ah, bosen banget dahh,' gumamnya bosan.
Zia menoleh ke tetangga sebelahnya yang sedang meletakkan kedua tangan di meja dan menyembunyikan kepalanya di sela-sela tangan. Ivan berniat untuk tidur, ia merasa tidurnya kurang bahkan sangat-sangat kurang karena begadang tadi malam.
"Guru jelasin, lu malah tidur. Tidur tu di rumah, bukan di sekolah," cibir Zia berbisik. "No, no. Tidur di kasur, bukan di rumah."
"Eh iya juga sih."
...—·—...
Jam istirahat. Zia sedang membungkuk, mengikat kembali tapi sepatunya yang lepas. "Hi, Ziii! Kantin bareng kuy," ajak Qiara menghampiri Zia.
"Kuyy."
"Oiyaa kenalin, guee Tania."
"Gue Qiara."
"Gue Alya ini kembaran gue Ica."
"Cara bedain kalian berdua gimanaa yaa?" tanya Zia kebingungan. "Cara mudahnya, liat alis sama bulu mata. Gue yang alis tipis bulu mata lentik. Sedangkan si Alya alisnya tebel kea monkey, bulu matanya datar tapi tebel," jawab Ica santai.
"Gak harus monkeyy juga kali ahh. Untung gue sabar punya adek kek lu!" Ica cengengesan.
"Okeee-okee, gue udah tau bedanya."
"Yauda kalau gitu ayok ke kantinn." Mereka jalan bersama menuju kantin. Setibanya di sana, mereka duduk santai di meja bagian tengah ruangan.
"Lu bukan anak Indonesia ya, Zi? Maksud gue blasteran gitu, kan?" tanya Alya kepo. "Iya, blasteran. Bokap dari Jerman, nyokap asli Indonesia."
"Oooo, blaster Jerman. Pantesan cantik bangett," puji Qiara senang. "Hahaha, sa aee luu. Makasih btw, lu juga cantik."
"Oh iya, lu mau makan apa, Zi?" tanya Tania. Dirinya tau semua pesanan temannya yang lain, tapi tidak dengan pesanan Zia. Ya gimana mo tau, kan Zia new memberrr.
"Gue apa aja terserah. Tapi jangan pedes, gue gak boleh makan pedes kalau masih jam segini."
"Oh oke-oke. Gue yang pesen yaa," Tania pergi memesan makanan sendirian.
"Anjay cuci mataaa cukkk."
"Bening bangettt yaaa."
"Duh cantiknya bidadari guee."
"Kok gemess? Jadi pengen macarin."
"Cantik apaan? B aja padahal."
"Pada lebay. Inget pacarrr, jangan jelalatan lu pada!"
"Iri banget lu bacott!"
Itulah yg dikatakan para penghuni kantin ketika melihat Zia. Jujur, Zia merasa risih dengan mereka. Tapi dirinya memilih diam daripada hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Lu gak nyaman ya?" tanya Qiara. Zia mengangguk, "Agak risih diliatin kek gini, macemm narapidana yang lepas tau gak," kata Zia berbisik.
"Hahaha! Udahh biarin aja, Zi. Mereka mah mata keranjang semuaa, kepengen diculek matanya," sahut Tania. Meskipun begitu, Zia tetap saja risih. Di sebelah meja Zia ada Ivan yang ternyata juga melihat Zia cukup intens.
Zia tadinya ingin tetap diam, tapi dirinya tak tahan dengan tatapan Ivan. Zia menghela nafas panjang, tangannya mengambil garpu lalu matanya menoleh ke arah Ivan. "Tutup mata lu atau gue colok pake garpu sekarang juga?!!"
^^^Revisi, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
gue baca di tahun 2024 telat gak sih ? /Awkward/
2024-02-23
1
Kawaii 😍
baru baca ditahun 2023, telat banget ya...
2023-03-14
0
Devi Melati
ais ini udah direvisi kah?
perasaan dulu gue baca alurnya nggak gini dah
2021-04-02
1