"Hee tu lah gak tau, semua itu berawal dari mimpii."
"Tapi lu tu udah masuk jalur HALU, Ejaakkk!" Eza menatapnya dengan senyuman evil. "No halu nolep boskuu! Sapa tau beneran ni, Zia calon bini gue," jawab Eza pede.
"Mending lu tidur aja deh sana, Zaa. Mimpi aja gue jadi calon bini lu. Tapi jangan sampe lupa kalau itu cuma mimpi, yee!" Mereka kembali tertawa mendengar jawaban Zia.
"Yailahhh. Segitunya ni anak cebong, yaudalah gue mau tidur aja dahh, siapa tau kenyataann." Eza kembali pergi ke kursinya dan benar-benar melipat tangan bersiap untuk tidur.
"Kang halu memang."
Brakkk!! Lagi dan lagi, suara tendangan pintu kelas. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Aska. "Si makhluk halus jejadian," gumam Zia pelan.
Zia menghela nafas lalu berbalik. "Lu bisa gak sih, masuk kelas gak usah nendang pintu? Kasian noh pintunya kan gak ada salah!" omel Zia.
"...."
"Lu gak congean, kan?" tanya Zia sinis, satu kelas menahan tawa karena pertanyaannya. Tiba-tiba, Aska menarik tangan Zia. Zia langsung memberontak dan tanpa sengaja Zia menendang barang berharga Aska.
Cukup mencengangkan aksinya, membuat terkejut banyak orang. Bukan hanya mereka, Zia sendiri saja terkejut dengan apa yang di lakukan.
Aska sendiri sedang meringis kesakitan sambil memegang asetnya karena tendangan Zia. "So-sorry gue gak sengaja. Lu sih asal tarik guee, lu pikir kagak sakit di tarik-tarik?!" tanya Zia ngeles.
Aska diam masih menenangkan si adik. "Pecah gak, Ka?" tanya Ivan yang berada di belakang. Zia sendiri kebingungan. "Apanya yang pecah?"
"Itunyaaa," jawab Ivan mengode. Zia sedikit paham arah pembahasannya. "Emang bisa pecah?"
"Bisa kayaknya, Zii. Lu bantuin Aska ke UKS sono, takutnya kenapa-kenapaa," suruh Alya mewakili. "Dih ogah! Suruh siapa narik tangan gue?!"
"Zizi.. tanggung jawab. Kasian noh anaknya," bujuk Ica kalem. "Bodo amat gue gak dengerrr. Daripada maksa gue, mending lu aja deh yang bawa ke UKS." Zia beranjak ingin pergi meninggalkan tempatnya.
Tetapi tidak jadi pergi, tangannya di tahan Aska. "Tanggung jawab, Ziaa. Kasian ini adik gue!" protes Aska yang baru bersuara.
"Apaan sih. Lepasin!" Zia memaksa lepas. "Urus aja sendiri. Lagian itu ada Ivan," balas Zia berjalan ke mejanya. Semua makhluk di kelas menatap sinis ke arah Zia. Aneh.
"Mata kalian laaaaa. Gue salah apa coba?!" Mereka semua masih menatapnya sinis. "Tanggung jawab, tanggung jawabb."
"Ya Allah, bantu hamba-Mu." Zia menghela nafas lagi, ia mendekat. "Yaudah iya sini gue bantu!!"
Semua warga kelas menatapnya kembali seperti biasa. Zia pun membantu memapah Aska ke UKS.
"Lebay banget lu."
"Wahai atlet bela diri terjagoo di sman, tendangan lu bukan tendangan anak kecil. Coba sini punya lu gue tendang," lawan Aska kesal. "Otak lu sini yang gue tendang."
Sampai di UKS.
Zia ingin pergi meninggalkan Aska sendirian di sana. Tapi lagi-lagi tangannya di tarik Aska. Zia tersungkur dan hampir saja mencium Aska.
Zia langsung berdiri dan menjauh. "Apa lagi sih? Gue kan udah bawain lu ke UKS, yakali gue harus meriksa itu lu juga?" tanya Zia santai.
"Ya enggak! Tolong ambilin gue air mineral." Terpaksa, Zia mengambil sebotol air mineral di sudut ruangan lalu memberikannya pada Aska.
"Temenin gue di sini. Sampe ini gak sakit lagi." Padahal kenyataannya aset Aska udah gak sakit lagi. "Gue butuh asupan pelajaran, gue juga belum makan. Sendirian aja kan bisa sih."
"Bodoamat, gue gak perduli. Ini gara-gara lu, lu kudu temenin gue sekarang."
Akhirnya Zia mengalah. Ia menemani Aska di UKS sampai jam pulang tanpa ada pembicaraan. Karena keheningan, mereka sama-sama ketiduran. Cuma bedanya, Aska di atas tempat tidur dan Zia di sofa.
Jam pulang tiba, pintu UKS terbuka. Muncullah Ivan dan Ica yang datang bersama. "Bangun woi, udah balek ini!" teriak Ivan membangunkan Aska.
"Ziii, bangun. Ayok balek," ajak Ica santai yang berbanding terbalik dengan Ivan tadi. Keduanya sama-sama bangun.
"Thanks, Icakk." Ica mengangguk lalu pamit pergi duluan karena Alya sudah menunggu. Ketika Zia bangun, ia melihat Ivan sedang mengikat tali sepatunya. Terlihat jelas ada bekas luka sayatan di sana. Luka yang sama dengan milik Zia.
Zia mencoba untuk mengingat sesuatu. Sialnya, tiba-tiba kepala Zia sakit, rasanya sangat sakit. Sembari memegangi kepalanya, Zia menunjuk Ivan. "L-lu... Bivan?" Ivan menoleh ke arah Zia dan seketika Zia pingsan.
Ivan panik. Ia segera menghampiri Zia, memangku kepalanya. "Ziaaa? Zii, bangunn. Ziaaa??"
Aska menatap Ivan heran. "Cukk, anyingg, gue bingung. Itu Bivan teh sahaa?" Ivan menatap Aska, "Ntar gue jelasin detailnya."
^^^Revisi, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Alivaaaa
🤔🤔🤔🤔
2021-05-15
0
🖤Sindy Lee🖤
Ciieeeee Aska suka ya sma Zia😄😄
Misteri apa ya kira² yg blm trungkap🤔🤔
2021-03-28
8
Yanti Hendayanti
masih belom paham😿
2021-03-18
0