Pria yang membawanya itu berkata, "Jika kamu menginginkan lollipop dan coklat, tunggu di sini ya. Om bakal beliin kamu lollipop yang besar dan coklat terlezat!"
Zia yang polos hanya mengangguk dengan senyuman. Perlahan, pria itu pergi meninggalkan Zia sendirian. Lambat laun Zia merasa ketakutan. "K-kok sepi bangett, ya?? Mamaa, Zia takuttt..."
"Sstt, jangan takut." Tiba-tiba suara terdengar mengagetkan Zia. Zia melihat itu Ivan, ia mengendap masuk dan melihat Zia duduk tenang dengan ikatan di kakinya.
"Bivan?" pekik Zia terkejut, Ivan mendekat dan langsung menutup mulut Zia. "Tutup mulut mu, Cici. Bicaralah dengan pelan. Kamu sedang apa di sini? Siapa pria tadi?" tanya Ivan.
"Om itu baik, Van. Dia mau beliin aku lollipop dan coklat, jadi aku tungguin di sini," jawab Zia polos penuh semangat.
"Lantas mengapa kakimu di ikat?"
"Aku tidak tau mengapa. Om itu bilang, dia tidak ingin aku meninggalkannya makanya kakiku diikat."
"Cici.. dia pria jahat, dia juga tidak akan memberikanmu lollipop ataupun coklat. Ayo kita pulang. Papa dan mamamu sudah menunggu. Aku akan membelikanmu sepuluh coklat dan lollipop yang kamu mau jika kau ingin pulang bersamaku sekarang," ajak Ivan.
Zia tersenyum lalu mengangguk, "Ayo pulang." Mereka bergandengan dan beranjak pergi. Sayangnya semua terlambat. Pria itu sudah masuk kembali. Tatapannya terlihat emosi. "Berani kabur, yaa?! Hahaa, gak akan bisa!"
Tidak bisa mengelak, kedua bocah itu malah sama-sama terperangkap. Kaki Zia dan Ivan sudah diikat.
"Omm, lepasin kamiii."
Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Zia. "DIAM! Jangan merengek, aku tidak suka mendengarnya." Setelah menampar Zia, pria itu pergi lagi ntah kemana.
Zia yang mendapat tamparan cukup kuat, menangis karena kesakitan. "Jangan nangis, Ciii. Nantii Bivan bakal balas tamparannyaa, kita hajar gantian dia. Okeii?" Zia mengangguk pelan.
Mereka berdua mencoba lepas dari ikatan. Karena ikatan yang sangat kuat, kaki Zia dan Ivan tergores sampai menimbulkan luka sayatan. Zia menangis lagi karena merasakan sakit di kakinya.
"Cici.. tenang yaa aku ada sama kamu di sini. Kita akan pergi dari sini, oke? Diem yaa, jangan banyak bergerak. Jangan nangis, nanti oom itu datang lagii," bujuk Ivan sambil menahan rasa sakit di kakinya, Zia hanya diam menuruti perkataan Ivan.
Ivan memikirkan cara untuk lepas. Ia baru tersadar, kaki dan tangan mereka memang terikat, tetapi hanya tangan kanan Ivan dan tangan kiri Zia saja.
Ivan melihat sekeliling, ada pecahan kaca di sampingnya. Ivan mengambil pecahan kaca itu lalu membuka ikatan kaki dan tangannya. Mereka berhasil keluar tanpa sepengetahuan pria itu. Ivan mengantar Zia pulang dan menceritakan kejadian yang mereka alami.
Belum sampai selesai bercerita, Ivan merasa lemas karena banyak darah keluar dari kakinya. Mereka berdua pun di ajak pergi ke rumah sakit untuk melakukan penanganan medis.
Flashback off*
"Semenjak kejadian itu, Zia jarang keluar rumah. Dia cuma mau main sama bonekanya. Dia takut sama om Zeco, Zai dan juga Zean. Dia cuma dekat sama tante. Tapi waktu dia udah mulai pulih, dia main lari-larian sama Zai dan malah tersandung sampai terjatuh dari tangga. Sejak saat itu dia lupa akan masa lalunya. Demi meringankan beban pikiran Zia, kami pindah ke kota ini," jelas Zeva ringkas.
"Maafin Ivan, tante. Ivan gak tau hal itu. Maaf gara-gara Ivan ini terulang kembali," ucap Ivan merasa bersalah.
"Sudahlah, nak. Om dan tante malah sangat berterima kasih kepada nak Ivan, karena nak Ivan selalu membantu Zia di saat Zia kesulitan. Om dan tante berhutang budi pada sama kamu, nak," sahut Zeco.
"Ehm. Maafin gue, Van. Gue kasar sama lu tadi," kata Zean yang merasa bersalah. Ivan tersenyum, "Iya gakpapa kok, bang. Ivan tau, pasti abang panik lihat Zia pingsan kek begini."
Beberapa menit setelahnya, dokter keluar dari ruangan Zia, semua berdiri dan berjalan ke arah dokter. "Bagaimana kondisi kakak saya, dok?" tanya Zai duluan.
"Nona Zia tidak apa-apa. Dia sedikit mengalami trauma. Hanya beberapa hari saja, dia pasti akan kembali seperti semula. Untuk sementara, biarkan nona Zia dirawat di rumah sakit."
"Boleh masuk kan, dok?"
"Boleh, silahkan. Saya pergi dulu," Dokter itupun pergi. Sedangkan mereka masuk ke kamar Zia dan melihat keadaan Zia. Tampak Zia sedang beristirahat.
Hanya beberapa menit di dalam, Ivan berpamitan untuk pulang. Papa dan mama Zia mengucapkan beribu terimakasih kepada Ivan.
Ivan keluar dari kamar Zia. Sampai di depan pintu, Zean dan Zai menyusul Ivan. "Sorry, bang Van. Gue juga kasar sama lu tadi. Gue juga gak inget muka lu," ujar Zai nyengir.
"Iya santai aja. Gue tau lu panik sama keadaan Cici. Jagain Cici yee, gue mo balik dulu." Zai dan Zean mengangguk, Ivan beranjak pergi.
"Eh, Van.. tunggu!" Zean mengejarnya lagi. "Kenapa, bang?"
"Lu sekelas sama Zia, kan? Tolong jagain dia, ya. Kalau ada orang yang berani macam-macam sama dia kasih tau gue." Ivan mengangkat jempol, "Aman. Tenang aja, tanpa di suruh juga Ivan pasti selalu jagain Cici kok."
"Oke-oke.. makasih sekali lagi yaa. Hati hati!" kata Zean dan Zai bersamaan. Setelah Ivan jauh, mereka masuk kembali ke dalam ruangan Zia.
"Kalian pulang dulu sana, biar papa mama di sini."
"Terbalik ituu. Papa mama aja yang pulang, kami yang bakal jaga Zia di sini."
^^^Revisi, 2021.^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
Alivaaaa
pilih Ivan apa Aska ya 🤔🤔
2021-05-16
0
🖤Sindy Lee🖤
Ivan atau Aska nih peran utama pria 🤔🤔
2021-03-28
1
pembaca dalam hati
Cici kaya anak lebah ehh
2021-03-25
0