Mantan Nyebelin
MANTAN NYEBELIN
Bagian 1 : Sekelas Sama Mantan
“Aline, udah siap belum? Bang Aldi udah nungguin tuh,” teriak Kak Andine dari depan pintu kamarku.
“Bentar lagi, Kak .... “ jawabku dengan berteriak pula sambil membenarkan make-up tipis di wajah ini.
“Buruan, Line! Entar ditinggal loh, Bang Aldi udah di mobil tuh.” Suara Kak Andine terdengar kesal.
“Iya, iya. Aline udah selesai kok,” ucapku sambil menuju pintu.
Ketika membuka pintu kamar, Kak Andine sudah tak ada lagi, mungkin ia sudah bersiap – siap mau berangkat kuliah. Aku berlari menuruni anak tangga, kala terdengar bunyi klakson mobil dari arah depan rumah.
‘Ah, Bang Aldi ngamuk dah tu, mati gue!’ Aku berlari menuju teras dan tersenyum pada Kak Andine yamg sedang menyapu lantai.
“Astaga, Aline! Mau sekolah apa kondangan lo?!” sergahnya sambil geleng – geleng kepala menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Aku mengerucutkan bibir sambil memutar bola mata. “Ya, sekolah dong, Kak.”
“Kok pakai lipstik segala, terus di bawah matanya kenapa merah – merah begini? Kayak habis dipukuli saja,” cibirnya lagi.
Bang Aldi membunyikan klakson mobilnya. “Buruan lo, Line! Gue tinggal nih,” ancamnya sambil menghidupkan mesin mobil.
“Ya udah, Aline berangkat dulu,” ujarku sambil meraih tangan Kak Andine. “Assalammualaikum.” Aku segera masuk ke mobil Bang Aldi.
“Waalaikumsalam. Hati – hati!” Kak Andine melambaikan tangan pada kami.
Bang Aldi menyambutku dengan tampang dongkol, lalu melajukan mobilnya. Kukeluarkan kaca kecil dari tas, kemudian menatap wajah cantik yang menurutku dan menghapus sedikit lipstik yang dikomentari Kak Andine tadi. Dia memang norak, masa dandanan ala Korea begini dibilang kayak habis dipukuli, gak gaul amat sih!
“Besok – besok, kalau masih mau nebeng Abang, jam 06.30 lo harus udah siap! Kalau nggak, siap – siap aja pergi ke sekolah jalan kaki!” ucap pria berjas hitam itu sambil melirikku dengan mata tajamnya.
Aku hanya meliriknya sekilas, dia memang Abang yang kejam. Gini deh nasib anak yatim piatu, punya abang sangar, kakak juga galak. Nasib, nasib. ‘Semoga saja pacar gue nanti orang baik dan penyayang.’
“Oke, Bang,” jawabku pelan soalnya malas berdebat dengan pria yang selalu mau menang sendiri itu, apalah dayaku yang hanya seorang adik bungsu dan masih mengharap penghidupan yang cukup darinya.
“Nanti pulang sekolah telepon aja, kalau Abang gak sempat jemput, nanti akan ada orang yang Abang suruh buat jemput lo.”
“Aline bisa naik taxi, Bang,” jawabku malas sambil meliriknya lagi.
“Gak boleh naik taxi, harus tunggu jemputan!”
‘Astaga, Bang Aldi, gue udah gede kali, bukan anak SMP lagi.’ Aku menghela napas dengan hati yang dongkol. ‘Apa – apaan ini, aku seperti tawanan saja.’
Taklama kemudian, mobil Bang Aldi telah berhenti di depan sekolahku. Iya, SMA 1 Ketapang, salah satu sekolah favorit di kota ini. Setelah salim kepada pria berusia tiga puluh tahun itu, aku keluar dari mobil. Kutunggu mobil hitam itu pergi, barulah aku melangkah memasuki gerbang sekolah. Hem, tak terasa akhirnya masa OSPEC lewat sudah dan hari ini sudah aktif belajar. Akhirnya bisa memakai seragam abu – abu ini dan menjadi siswi SMA. Kata orang, masa SMA ini adalah masa yang paling indah dibanding masa sekolah lainnya. Masa di mana bisa menebar pesona kepada lawan jenis, yang pastinya para cowok – cowok ganteng di sekolah ini. Aku harus bisa menggaet salah satu makhluk tampan itu buat dijadikan pacar tentunya, pacar seorang Aline Frisillia.
Setelah melihat pengumuman pembagian kelas di papan pengumuman, aku berjalan menuju kelas. Dengan gaya anggun, aku berjalan melewati koridor. Beberapa pasang mata terlihat memandangku dengan takjub, bisa dibilang terpesona. Ya, wajar saja. Aku cewek bertubuh ideal, dengan tinggi badan 165 cm. Berkulit putih dengan rambut lurus panjang.
“Aline!” Sebuah tangan mendarat di pundakku. “Lo kelas mana?”
Aku menoleh padanya, seorang cewek berkulit kuning lansat berambut ikal sebahu menatapku sambil tersenyum. Dia Amelia, teman SMPku.
“Oh lo, Mel. Gue kelas X IPA 2, lo?” Aku membalas senyumnya sambil membenarkan rambut.
“Sama dong kalau gitu,” jawabnya senang.
Yes, akhirnya ada juga teman yang kukenal dan sekelas. Lumayanlah, Amelia lumayan cantik kok, bisa dijadikan teman di sekolah ini walau waktu SMP kami tak begitu dekat, hanya sebatas kenal saja. Kami telah sampai di kelas dan memilih bangku urutan nomor tiga dari depan.
“Kita sebangku aja ya, abisnya gak ada yang kenal lagi sih. Anak anak dari SMP kita banyak yang gak diterima di sekolah ini,” ucap Amelia sambil mendudukkan pantat di kursi.
“Boleh,” jawabku senang sambil mengedarkan pandangan ke teman – teman sekelas.
Taklama kemudian, pelajaran hari pertama dimulai setelah pemilihan pengurus kelas tentunya. Aku terpilih menjadi sekretaris di kelas ini, walau pura – pura menolak, akhirnya kuterima juga soalnya hasil voting suara aku urutan nomor 4. Yeah, lumayanlah, agar bisa dikenal, aku memang harus melibatkan diri dalam kepengurusan kelas.
Jam istirahat tiba, aku beranjak dari kursi dan berjalan beriringan dengan Amelia, kami akan ke kantin. Tiba – tiba, ketika hendak keluar dari pintu, seorang cowok mendahuluiku dan membuat bahu kami beradu.
“Aduh .... “ ucapku kesal karena bahu ini terasa sakit.
Cowok itu menoleh ke arahku, kami saling pandang beberapa detik. Dia menyunggingkan senyum kepadaku. ‘Astaga, dia si cowok nyebelin yang telah membuatku bersumpah akan merubah bentuk tubuh seperti sekarang ini. Dunia kok sempit amat, kok malah sekelas sama dia sih?’ Jantungku berpacu cepat mendapati dia yang dari masa lalu muncul di depan mata.
“Lo benaran Aline Frisillia?” tanyanya sok cool dengan nada ragu.
“Iya, emangnya kenapa, Allan Dirga?” Aku mengangkat alis menatapnya.
“Kok bisa kurus begini, makan apa lo?” ejeknya dengan sambil mengulum senyum.
Aku menghela napas, berusah menahan diri untuk tidak mengeluarkan jurus ‘cakaran setan’ yang sudah kupersiapkan kalau ketemu cowok kurang ajar yang menyakitkan hati. Sambil memutar bola mata, kulirik tajam dia lalu menggandeng tangan Amelia menjauh cowok sok ganteng itu.
“Dia siapa, Line?” tanya Amelia ketika kami sudah duduk di kantin sambil menikmati semangkok bakso.
“Mantan gue waktu SMP,” jawabku sambil mengigit pentol bakso.
“Ya ampun, jadi sekelas sama mantan? Aduh, senangnya .... “ Amelia bertepuk tangan, lalu tersenyum menggoda. “Bakal CLBK nih kayaknya!” Dia mengedipkan sebelah mata.
“Amit – amit deh, gue benci ama dia. Ya udah, jangan bahas dia lagi! Jadi hilang selera makan gue.” Kudorong mangkok bakso yang baru kumakan setengah porsi.
“Kok gak diabisin?”
“Gue jadi hilang selera kalau ingat si mantan nyebelin itu. Jadi, lo jangan sebut nama dia lagi di depan gue!”
“Oke, oke. Sorry. Tapi, kok bisa benci sih? Emang dulu siapa yang mutusin dan masalahnya apa?” Amelia masih terlihat penasaran.
“Udah deh, jangan bahas dia lagi. Cabut yuk ah!” ujarku sambil mendatangi ibu kantin dan membayar makanan kami.
Amelia mengekor di belakangku, sebab aku berjalan setengah berlari. Moodku jadi tidak baik setelah bertemu Allan, rasanya jadi ingin pindah sekolah saat ini juga. Tapi, baru juga masuk, masa udah mau pindah. Bisa dicincang Bang Aldi ama Kak Andine aku.
Aku duduk di kursi taman sambil memikirkan masalah ini, apa aku minta pindah kelas aja agar gak ketemu Allan lagi? Aku gak bisa leluasa kalau sekelas ama mantan nyebelin itu. Aku benci dia, benci sebenci – bencinya.
Dia seorang cinta pertama yang mutusin aku di hari ke-30 hubungan pacaran kami hanya karena aku gendut. Iya, selama sebulan itu kami hanya pacaran lewat ponsel saja. Aku selalu menolak jika diajak video call sebab tak ingin dia tahu bentuk tubuh semokku terdahulu. Namun, karena tak kuasa diajak ketemu terus, aku mengabulkan juga keinginannya dengan perjanjian ia akan tetap menerima apa adanya diriku.
Setelah bertemu, ia tak menampakkan ketaksukaannya. Namun, baru saja pulang dari bertemu dengannya, ia langsung memutuskan hubungan lewat pesan.
[Kita putus saja. Gue gak nyangka lo segendut itu, gue kira lo cuma montok. Sorry, gue gak suka ama cewek gendut.] Begitulah isi pesan darinya yang membuatku menangis tiga hari tiga malam dan bolos sekolah seminggu.
Sejak saat itu, aku bersumpah akan kurus. Dengan diet ketat dan olahraga teratur selama setahun terakhir ini, akhirnya aku kurus juga. Dari berat badan 75 kilo, kini menjadi 50 kilo. Yeah, aku berhasil membuang 25 kilo daging sial itu, yang telah membuat cinta pertamaku pergi. Walau waktu itu aku baru kelas VIII SMP, tapi tekad karena sakit hati bisa membuatku menjadi seperti sekarang ini. Impianku terkabul, bisa kurus pas masuk SMA.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir
2024-08-26
0
kak pii
mampir ini penasaran..
2022-11-04
0
AuliaNajwa
ini kpn d lnjutiin
2021-11-04
0