Mantan Nyebelin
Bagian 3 : Tugas Kelompok
Ketika bel pulang berbunyi, aku langsung mengemasi tas. Setelah selesai berdoa dan salim kepada guru, aku bergegas keluar dari kelas. Amelia, Farhan dan Allan mengikutiku dari belakang.
"Line, cepat ama jalannya?" Allan mencolek pundak dan berjalan tepat di sampingku.
"Apa sih?" Aku menatap jengah cowok dengan rambut acak-acakan itu.
"Kapan nih mau ngerjain makalah biologi?" tanyanya lagi.
"Nanti-nanti aja deh, gue mau pulang." Aku menghela napas.
"Lo bisanya kapan, Lin?" Amelia juga turut bicara.
Aku mengembungkan pipi dan membalik tubuh lalu berkata, "Besok-besok deh, yang jelas jangan hari ini."
"Oke, di rumah lo ya kita ngerjainnya?" Allan menaikkan sebelah alis.
"Terserah aja deh di mana juga, ya udah gue duluan." Aku memutar haluan dan menghampiri Kak Raka yang berdiri menantiku di depan kelasnya.
Allan melirikku dengan tampang sebal lalu melangkah meninggalkanku, Amelia dan Farhan mengikutinya menuju parkiran.
"Ayo, Line!" ujar Kak Raka sambil menggandeng tanganku.
Kamu berjalan bergandengan tangan menuju pintu gerbang sekolah.
"Ayo, Line! Kak Raka temani kamu nunggu jemputan," ujarnya sambil tersenyum.
Astaga, tangan Kak Raka hangat banget. Pelukannya juga tak kalah hangat nih, aku menahan senyum membayangkan dekapan cowok bertubuh atletis itu.
Di sebelah kanan pintu gerbang, sebuah mobil hitam milik Bang Aldi sudah bertengger. Melihat kedatanganku, seorang pria berjas abu-abu keluar dari mobil. Hmm, dia staf kantor abangku lagi yang jemput.
"Kak, mobil jemputan gue udah datang. Duluan, ya," ucapku sambil menatapnya.
"Iya, hati-hati. Kalau udah sampai rumah, chat Kak Raka, ya!" ucapnya lembut.
"Kak Raka pulangnya pakai apa?"
"Itu, mobil Kak Raka ada di parkiran," jawabnya lagi.
"Ya udah, sampai ketemu besok, ya!" Aku melambaikan tangan kepadanya dan berjalan menuju mobil.
Belum sempat masuk ke mobil, sebuah motor ninja merah berhenti tepat di sampingku.
"Gila lo, ya! Di depan calon suami saja masih bisa selingkuh," ujar cowok di atas motor itu, dia adalah Allan si mantan nyebelin. Dia gak bisa apa kalau gak gangguin aku? Aku meliriknya kesal lalu masuk ke mobil.
"Ayo, Mas!" ucapku sambil memasang sabuk pengaman.
"Oke," jawab pria yang namanya saja tak kutahu itu.
*********
Malamnya, setelah menikmati salad buah, aku berjalan menuju tangga. Aku sengaja gak makan nasi kalau malam begini, demi tubuh ideal ini. Makan buah-buahan saja sudah cukup. Bang Aldi berjalan dari arah pintu, ia pasti baru pulang dari kantor. Sedang Kak Andine, ia menonton televisi di ruang tengah sambil membaca buku.
"Line, ikut ke ruang tengah dulu yuk! Bang Aldi mau kasih tahu sesuatu," ujarnya sambil memikul jas.
Aku mengekor dengan mata tak lepas dari ponsel, soalnya lagi chat sama Kak Raka.
"Besok malam, kalian berdua temani Bang Aldi makan malam dengan seseorang," ucap Bang Aldi sambil mengendorkan dasinya
"Hmm, calon istri Bang Aldi, ya?" Kak Andine tersenyum menggoda pria berkulit kuning langsat dengan rambut klimis itu.
"Gak juga, belum pasti. Tergantung restu dari kalian berdua lagi," jawab Bang Aldi sambil mengangkat bahu dengan gaya sok coolnya.
"Andine sih, kalau Abang dah 'Yes', ya ... ikutan 'Yes' juga. Iya gak, Line?" Kak Andine mencolek pundakku.
"Ah, iya. Yes!" jawabku sambil nyengir.
"Ah, kalian ini ada-ada saja." Bang Aldi beranjak dari meraih jasnya lalu meninggalkan aku dan Kak Andine.
Kak Andine masih fokus pada film Korea-nya, aku kurang suka drama melow. Lalu beranjak menuju kamar dan merebahkan diri.
[Ya udah, bobok sana!] Kak Raka chat lagi.
[Belum ngantuk, Kak. Kak Raka aja yang bobok duluan.] Balasku.
[Hemm, sampai ketemu besok sweety 😘]
Aku tersenyum senang mendapat emot kiss love darinya, girang bukan main hati ini. Mungkin gak lama lagi dia bakal nembak. Aku mendekap ponsel sambil membayangkan wajah tampannya.
Tak lama berselang, ada tanpa pesan masuk lagi. Langsung kubuka, pasti Kak Raka lagi deh. Mungkin mau ngajak video call.
[Ndut, gue udah sepakat ama Amel dan Farhan, besok pulang sekolah kita ngerjain tugas biologi di rumah lo.]
Ah, itu whatsApp dari nomor baru dan aku langsung tahu si pengirim pesan. Tak lain dan tak bukan, si mantan nyebelin. Dasar pek'ak, gue udah kurus begini malah dipanggil 'Ndut.' Benar-benar menyebalkan!
[Kok di rumah gue?] Kubalas pesan Allan.
[Terus lo maunya di rumah siapa? Rumah gue, mau lo? Emang calon suami lo bolehin?]
Astaga, Allan ... lagi-lagi dia nyebut 'calon suami'. Aduh, bisa berabe juga sih kalo dia sampai ngasih tahu Kak Raka tentang itu. Bisa putus hubungan sebelum jadian gue. Aku menepuk jidat kesal.
[Ya udah, kita bicarakan besok lagi. Gue mau tidur, ngantuk.]
Kutunggu balasan pesan dari Allan, namun ia sudah offline. Ah, dia kok bikin hidup gue gak tenang begini.
*********
Pagi ini, Bang Aldi sudah tak terlihat lagi dirumah. Aku jadi kasak-kusuk, pakai apa nih ke sekolah Aku menggerutu sebal.
"Kenapa, Line?" Kak Andine menyambutku di meja makan.
"Bang Aldi kok ninggalin gue sih, Kak? Baru juga pukul 06.25."
"Bang Aldi buru-buru tadi, jam 05.45 dia dah berangkat ke bandara mau ke Pontianak. Ada rapat dadakan ama klien penting."
"Terus gue ke sekolah gimana?"
"Oh, staf kantornya Bang Aldi dah nungguin lo kok di depan."
Aku mengerutkan dahi dan tersenyum senang. "Ya udah, gue berangkat dulu Kak," ujarku sambil salim kepadanya. "Oh ya, entar pulang sekolah gue mau ngerjain tugas kelompok, Kak. Jadi pulangnya mungkin sore."
"Hmmm, ngerjain tugasnya di sini aja! Jangan kelayapan, entar Bang Aldi marah."
"Dia 'kan lagi gak ada, Kak."
"Nanti sore dia udah pulang."
Aku mengerucutkan bibir dan meninggalkan Kak Andine. Ya elah, mau jalan-jalan keluar aja susahnya minta ampun. Gagal deh rencana ngedate gue ama Kak Raka. Aku berjalan dengan gontai dan mendapati pria sisir belah samping itu sudah berdiri di depan mobil. Aku masuk ke mobil, dia pun tancap gas. Seperti biasa, kami tak saling bicara.
"Mas, namanya siapa sih?" tanyaku mencoba beramah tamah dengan pria di sampingku yang hari ini dengan setelan jas cokelat.
"Nama saya Muhammad Faiz," jawabnya dengan suara datar
"Oh .... " Aku manggut-manggut. "Apa gak merepotkan tiap hari antar jemput gue?"
Dia menggeleng. "Tidak, ini sudah tugas saya."
Ya ampun, ngomongnya formal banget. Aku memutar bola mata.
"Emang di kantor Bang Aldi, Mas Faiz bekerja sebagai apa sih?" Aku masih saja kepo.
"Saya mengerjakan semua yang disuruh Pak Aldi."
Aku memiringkan bibir lalu mengeluarkan ponsel. Dia orangnya serius sekali, ngomongnya saja tanpa ekspresi begitu.
********
Sesampainya di sekolah, aku langsung pamit pada Mas Faiz, calon suami gadungan. Aku menahan senyum teringat pengakuanku pada Allan.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
R Ida
jd ingat alm. tetanggaku suka manggil ndut...kadang kesel dengernya...tp ya emang agk endut sih...mau gimana lg...😚☺😅😇
2021-09-24
0
Santi Haryanti
Allan orang nya humoris ya kyknya
2021-09-21
0
Eliawati Xiaomi
ni author org Ketapang Kalbar ya
salam satu daerah Thor
2021-08-19
1