Mantan Nyebelin
Bagian 12 : Kencan Perdana
"Pakai jaket, Line!" ujar Kak Raka sambil mengulurkan jaket padaku.
Aku menurut saja, ia juga memakai jaketnya. Seragam sekolah kami sudah sedikit tersamarkan. Aku tersenyum lagi. Kak Raka langsung menggandeng tanganku turun dari mobil.
Kini kami sudah melenggang di dalam mall dan memasuki sebuah 'Resto and Cafe'. Aku duduk berhadapan dengan Kak Raka, cowok pemilik senyum termais yang selalu membuatku bahagia jika bersamanya.
"Mau pesan apa, Line?" tanya Kak Raka sambil melihat daftar menu.
"Sama seperti yang Kak Raka pesan saja," jawabku sambil menopang dagu dengan kedua tangan.
"Oke," jawab Kak Raka lalu menyebutkan pesanannya pada waiters yang berdiri di samping meja kami.
Taklama kemudian, pesanan datang. Ini menu makan siang terlezat yang pernah kumakan, soalnya dipesanin sama yang tersayang.
"Line, kok belepotan gini?" Kak Raka membersihkan bekas makanan yang menempel di pojok bibirku.
Aku hanya tersenyum malu, dengan wajah memanas tentunya. Hemm, ini baru tangannya yang menyentuh bibirku, belum lagi kalo bibirnya. Heheee, otakku error lagi.
Sehabis makan siang, kami langsung masuk ke bioskop dan membeli dua tiket film horor. Sebenarnya aku kurang suka film horor, tapi demi Kak Raka, aku nurut aja.
Aduh, rasanya senang sekali bisa duduk sedekat ini dengan pujaan hati. Apalagi kini tangannya menggenggam erat tanganku, aduhai bunga-bunga asmara semakin bertaburan mewarnai hati. Walaupun status hubungan kami masih belum jelas, tapi saat bersamanya seperti sekarang ini, aku sudah merasa seperti pacaran. Ini impianku banget, punya pacar ganteng dan penyayang seperti dia.
Kak Raka begitu fokus pada film yang kami tonton, tapi aku malah asyik menatap wajahnya lalu menyandarkan kepala di pundaknya. Kemudian bermimpi indahnya menikah dengan kekasih hati. Lalu terbangun saat malam pertama, saat Allan yang bersamaku dan bukanlah Kak Raka.
"Agghhh!!!" Aku menjerit histeris dan celingukan dengan lampu ruangan bioskop yang telah kembali terang benderang.
"Lo kenapa, Line?" tanya Kak Raka sambil mengelus kepalaku dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Aku nyengir dan berkata, "Kok udah sepi, Kak?"
"Filmnya udah selesai," jawab Kak Raka sambil tersenyum dan mengelus pipiku.
"Hehee, maaf ... Aline ketiduran." Aku nyengir.
"Iya, gak apa-apa. Sekarang mau pulang atau mau bobo lagi?" Dia menahan senyum.
"Ih, Kak Raka ngeledek aja .... " Aku pura-pura manyun dengan bibir maju dua senti.
"Ih, jelek deh." Kak Raka mentoel hidungku. "Ayo, pulang!" Dia beranjak berdiri dan meraih tanganku.
Dengan berjalan sambil bergandengan mesra, kami keluar dari ruang bioskop yang sudah sepi lalu menuju pintu keluar. Ternyata sudah malam. Kak Raka langsung mengantarku pulang.
Hati mulai was-was sepanjang perjalanan pulang, kemarahan Bang Aldi menghantui pikiran. Ini kali pertama kebandelanku, pulang sekolah malah kelayapan. Habislah aku, hiksss ....
Mobil Kak Raka berhenti di depan rumah. Ia melirikku yang sedari tadi terlihat cemas dan tak banyak bicara.
"Kenapa, Line?" tanya Kak Raka sambil mengarahkan wajahku menghadap wajahnya.
Aku menggeleng dan berusaha tersenyum lalu berkata, " Gak apa-apa, Kak. Makasih untuk hari ini, Aline senang banget."
"Kak Raka juga senang. Lain kali kita jalan lagi, ya!" ujarnya sambil tersenyum manis banget.
Kak Raka meremas jemariku yang mulai terasa dingin. Duh, dia mau ngapain lagi? Jangan sampai mau ngajak ciuman di sini, ya? Bisa langsung dinikahkan ini. Aku memundurkan tubuh ke belakang.
"Kak Raka sayang kamu, Line," ucapnya sambil memeluk dan mendaratkan kecupan di pipi kiriku.
Astaga, apa ini pernyataan cinta atau apa ya? Aku tersipu menahan malu melihat wajah Kak Raka sedekat ini denganku. Rasanya senang banget bisa dipeluk cowok seganteng dia. Tiba-tiba, ada yang mengetuk kaca jendela mobil. Aku kaget bukan main melihat Bang Aldi sedang berdiri berkacak pinggang di luar sana. Ya ampun, matilah aku!
"Kak, pas Aline turun dari mobil, Kak Raka langsung tancap gas ya!" perintahku pada cowok yang mulai terlihat bingung itu.
"Apa sebaiknya Kak Raka turun aja? Biar Kakak jelasin dan mohon maaf sama abang lo karena sudah ngajak jalan sampai pulang malam begini .... "
"Gak usah, Kak!"
Sekali lagi pintu mobil diketuk keras, aku makin ketakutan. Aku turun dari mobil dan memberi isyarat pada Kak Raka agar segera pergi.
Aku menggigit bibir menatap Bang Aldi yang terlihat berang.
Akan tetapi, Kak Raka bukannya tancap gas, ia malah turun dari mobil dan menghampiri Bang Aldi. Aduh, gimana ini? Aku makin bimbang, takut Kak Rakaku tersayang penyok dihajar Bang Aldi.
"Maaf, Bang, saya bawa Aline jalan sampai malam begini," ujar Kak Raka dengan raut wajah bersalah.
"Ke mana saja?" tanya Bang Aldi sambil melipat tangan di dada.
"Kita cuma ke mall, makan dan nonton," jawab Kak Raka.
"Oh ya sudah, kamu segera pulang dan Aline masuk sana!" perintah Bang Aldi dengan tegas.
Kak Raka menganggukkan kepala dan pamit pulang. Aku melangkah masuk dengan jantung berdebar-debar.
"Ini pertama dan terakhir kalinya lo kayak gini ya, Line!" ujar Bang Aldi sambil melirikku tajam.
"Iya, Bang." Aku menundukkan kepala.
"Dia pacar?" Bang Aldi menaikkan sebelah alis tebalnya.
Aku menggeleng cepat dan berharap Bang Aldi tidak melihat kejadian di mobil tadi.
"Cuma teman, Bang. Dia kakak kelas Aline."
"Oh, ya sudah masuk kamar sana! Ingat, jangan diulangi lagi!" ancamnya dengan mengacungkan jari telunjuk.
Aku langsung berlari masuk ke kamar. Gini deh punya abang killer, mau jalan sama cowok aja gak boleh. Ya elah, tragis amat nasib gue.
Tapi, syukurlah Bang Aldi gak marah-marah di depan Kak Raka. Hem, aku jadi kangen dia lagi. Kuhempaskan tubuh di tempat tidur sambil membayangkan wajah tampannya. Lalu mengambil ponsel dan membuka aplikasi WhatsApp, barangkali dia ada mengirim pesan. Tapi sayang, gak ada pesan darinya. Ah, mungkin dia belum sampai rumah. Kutatap lekat foto bersamanya tadi.
[Line, Kak Raka udah sampai rumah. Lo udah tidur belum?] Yes, yang ditunggu muncul juga.
[Belum tidur, masih nungguin pesan dari Kakak.]
[Hmmm 😱 ]
[Ihhh 😤]
[Dimarahin gak tadi?]
[Nggak.]
[Benar?]
[Iya.]
[Ya sudah, bobo sana.]
[Nina bobo'in .... ]
[Sini, Kak Raka peluk 🤗]
[Mau .... ]
[Besok ya, di sekolah.]
[Hahaaa, bercanda 😁]
[Hmmm .... ]
[Makasih untuk hari ini.]
[Kak Raka sayang Aline 😘]
Aku makin girang, ya ampun ... Kak Raka bilang 'sayang' lagi. Artinya apa kami udah jadian? Tapi dia belum ada memintaku untuk jadi pacarnya. Aduh, gimana ini?
[Kok hilang?] Kak Raka mengirim pesan lagi.
[Heheee .... ]
[ Ya sudah, met bobo dan sampai ketemu besok.]
[Iya, met bobo juga buat Kak Raka 😘]
[😱]
[😭]
[😁]
[😩]
[😘]
Hemmm, setelah capek perang emotion dengan yang tersayang, aku mulai memejamkan mata dan berharap akan bermimpi indah dengannya. Jadi tak sabar menunggu pagi agar bisa kembali bertemu dengannya. Duh, Kak Raka, I love you full deh.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Eliawati Xiaomi
aku lebih suka alline ma Allan
kayak lampir ma kalagondang berantem mulu
2021-08-20
0
Martin martin
si Allan nya kemana tor
2021-08-13
1
Yulia Saeyu
labil
2021-08-11
1