Mantan Nyebelin
Bagian 10 : Khayalan
Akhirnya aku kembali terbaring di tempat tidur ini setelah membuat panik Siluman es batu dan perawat untuk beberapa saat tadi. Namun, tempat persembunyianku kurang elit, belum lama juga sembunyi tapi udah ketahuan. Dan yang bikin senang, karena keadaanku sudah semakin membaik dibolehin dokter untuk gak dipasang infus lagi. Besok akan dilakukan cek darah lagi dan semoga penyakit tifusku udah sembuh.
Sebelum memejamkan mata, kuraih ponsel dan menekan tombol aktifnya. Siapa tahu aja ada ucapan 'met bobo' dari Kak Raka. Aduh, jadi dag-dig-dug kalau ingat nama dia. Kulirik Kak Andine yang sudah terlelap di sofa, setiap malam dia yang menemaniku selama di rumah sakit ini.
[Hey, lagi apa? Udah bobo belum?] Senyumku langsung mengembang melihat pesan WhatsApp dari si calon pacar.
[Belum ngantuk. Kak Raka lagi apa?]
[Lagi ingat my sweety yang lagi sakit nih 😁]
[Hmmm .... ]
[Kangen] Aku makin kegirangan membaca kata 'kangen' dari Kak Raka. Aduh, aku juga kangen kamu, Kak.
[Masa?] Aku menahan senyum dan mengirim balasan pesan.
[Iya, kangen tiap saat. Emang Aline gak kangen Kak Raka?]
[Kangen juga.] Aku memejamkan mata tuk mengirim pesan itu.
[Ya sudah, Aline bobo ya. Semoga cepat sembuh dan bisa kembali ke sekolah. Kak Raka kesepian gak ada Aline. Met bobo my sweety 😘]
Ya ampun, Kak Raka so sweet banget. Aku makin kelepek-kelepek deh dibuatnya.
[Iya, Kak. Met bobo juga 😘]
Aku masih tersenyum-senyum sendiri sambil memeluk ponsel sambil membayangkan wajah cakep si calon pacar alias Kak Raka.
Tiba-tiba, ada bunyi pesan masuk lagi. Hem, pasti Kak Raka lagi nih. Aku membukanya cepat.
[Ndut, jangan marah. Gue minta maaf 😢]
[Ndut, sumpah, gue gak sengaja. Gue janji gak bakal mengulanginya lagi!]
[Ndut, kalo lo mau gue tanggung jawab, gue bakal tanggung jawab kok.]
[Ndut, balas dong!]
Ah, ternyata pesan dari si donisaurus mesum. Seenaknya saja minta maaf, dikira gue ini cewek apaan? Sorry, gue gak akan maafkan elo, Lan. Hey, dia bilang mau tanggung jawab. What? Emang gimana caranya, coba? Agar masalah selesai, kublokir saja nomor WhatsAppnya.
Aku tersenyum senang. Nah, sekarang beres, aku gak akan pernah baca chat yang bikin hati jengkel lagi. Kusimpan kembali ponsel di bawah bantal, lalu mulai terlelap.
********
Pagi kembali menyapa, Kak Andine sudah mulai berkemas soalnya kalau hari ini hasil cek darahku si tifus udah negatif berarti aku boleh pulang.
"Kita pulang sama siapa, Kak?" tanyaku siangnya.
"Biasa .... " jawab Kak Andine sambil sibuk dengan ponsel. Sepertinya ia sedang bermain game cacing deh, itu terlihat dari raut wajahnya yang terkadang serius hingga dahi berkerut dan sebentar-sebentar tersenyum senang.
"Maksudnya?" Aku masih celingukan, sebab sejak pagi aku belum meliha dia. Iya, dia, siapa lagi kalau bukan manusia setengah es itu. Tapi, aku kok jadi nyariin dia begini ya?
"Ya, Faiz lah, emang siapa lagi?" jawab Kak Andine lagi.
Aku mengerutkan dahi lalu berujar, "Kok Faiz lagi sih, Kak?"
"Emangnya kenapa?" Kak Andine melirikku.
"Emang dia itu kerjanya apa sih? Staf kantor Bang Aldi atau supir atau apa sih?" Aku masih penasaran akan status pekerjaan pria tanpa ekspresi itu.
"Faiz itu calon suami lo, Line," jawab Kak Andine sambil tersenyum jahil padaku.
"Gak usah ngaco gitu deh, Kak! Gak lucu tahu," jawabku dengan menahan debaran di dada.
Sumpah, walau Kak Andine terlihat seperti bercanda, tapi aku berdebar mendengarnya. Wajah ini terasa memanas, dengan sekujur tubuh berdesir.
"Serius, Line. Tanya aja Bang Aldi kalau nggak percaya!"
Ya elah, disuruh nanya Bang Aldi, mana berani aku? Aku mengerucutkan bibir.
"Gue masih SMA, Kak. Masa udah disiapkan calon suami? Mana udah diultimatum gak boleh punya pacar juga .... "
"Iya, jadi gak udah sibuk nyari pacar lagi! Udah disiapin calon suami gitu," jawab Kak Andine sambil cekikikan.
"Ya elah, ngawur aja nih nenek sihir!" Kulempar bantal ke arahnya.
'Brug' bantal yang kulempar tepat mengenai wajah Kak Andine. Kini, giliran aku yang cekikikan.
********
Selama dalam perjalanan pulang ke rumah, pembicaraan dengan Kak Andine tadi masih terngiang jelas di kepala ini.
Kalau Kak Andine serius dengan apa yang dikatakannya tadi, habislah aku, seumur hidup akan kuhabiskan dengan siluman es batu itu. Sepertinya aku akan mati berdiri dibuatnya. Belum lagi kalo pas malam pertama dia nanya, "Bibir kamu masih perawan?" Aduh, tamatlah riwayatku. Mau dijawab apa, coba? Terus dia nanya, "Tangan kamu masih perawan?"
Ih, ih, ih, aku menggeleng ngeri membayangkan kehidupan rumah tangga kelak bersama Siluman es batu itu. Belum lagi, sepanjang hari dia akan selalu hemat kata-kata dan menjawab pertanyaanku hanya dengan "deheman" saja.
"Mau dimasakin apa, Mas?" Misalnya aku nanya gitu sambil siap mencatat menu makanan yang diinginkannya.
"Hmmm .... "
"Sayur kangkung sama sambal udang mau, Mas?"
"Hmmm .... "
Terus kalo lagi makan.
"Gimana, Mas, enak?" Misalnya aku nanya gitu pas dia udah nyicipi masakan.
"Hmmm .... "
Ya elah, mati 'kan gue! Semua pertanyaan cuma akan dijawab "Hmmm .... "
Padahal misalnya sayur kangkung sengaja aku kasih garam sepuluh sendok dengan maksud hati biar dia protes, tapi semua pasti nihil.
"Woy, Line! Gak mau turun lo? Udah sampai rumah nih." Teriakan disertai goyangan di bahu membuatku tersadar dari lamunan panjang itu.
Aku menelan ludah dan menghembuskan napas kala melihat Siluman es batu yang memperhatikanku dari kursi kemudinya. Ya ampun, dari sejak kapan dia ngeliatin aku gitu? Cepat-cepat, aku turun dari mobil sambil meliriknya sekilas. Jujur, aku grogi dibuatnya. Tatapan mata itu bikin hati kebang-kebit.
"Terima kasih ya, Is. Hati-hati di jalan!" teriak Kak Andine dari depan pintu.
Mas Faiz alias Siluman es batu hanya mengangguk lalu melajukan mobilnya. Aku menelan ludah, ini semua gara-gara ocehan Kak Andine, aku jadi berkhayal yang bukan-bukan. Semoga saja ini hanya lelucon dari Kak Andine. Aku maunya Kak Raka yang jadi suamiku kelak, bukan siluman es batu atau si nyebelin Allan. Astaga, kok malah ingat si dinosaurus dari jaman purba itu lagi sih? Wuh, aku langsung bergegas masuk ke rumah dan melangkah menuju kamar.
Kurebahakan tubuh di tempat tidur sambil mengamati suasana kamar yang sudah kutinggalkan seminggu. Aku kangen kamar serba hello kitty dan adem ini. Pikiran mulai berkelana dan sialnya, ucapan Kak Andine tentang 'calon suami' terngiang lagi. Bayangan wajah Siluman es batu mulai memenuhi kepalaku.
Aku suka wangi parfum dan dekapan hangatnya. Walaupun sikapnya sedingin es batu, tapi dia baik dan selalu nolongin aku. Ya ampun, kenapa aku ini? Kok malah ingat dia terus. 'Stop, Aline! Lo cuma boleh mikirin Kak Raka saja sebab dialah calon pacar sekaligus calon suami lo.' Aku memantapkan hati sambil memandang foto cowok bermata sipit itu. I love you, Kak Raka. Kudaratakan kecupan hangat di ponsel, tepat di bibir Kak Raka.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Lia Yonk
ngakak bacanya aline aline
2023-02-28
0
Nur Atikah
aku kok leb8h sreg sama faiz yah si alin nya..dewasa
2021-08-05
0
Yunaeni Fadhilah
ngakak bacanya Thor jd inget dlu klo tiap liat cowok ganteng bawaannya demen wkwk
2021-08-02
1