MantaN Nyebelin
Bagian 17 : Sebatas Tembok
Ketika membuka ponsel yang tertinggal di atas tempat tidur, ternyata ada banyak pesan dari Kak Raka dan tiga kali panggilan tak terjawab.
[Sayang, Kak Raka kangen 😘]
[Sayang, lagi apa?]
[Sayang, apa udah tidur? 😐]
[Hmmm, lagi di mana? 🙁]
Tiba-tiba, saat scrol ke bawah, Kak Raka ada mengirim sebuah foto penampakan diriku dan Allan saat makan mie ayam tadi. Oh, my god. Tamatlah riwayat kisah cinta yang baru seumur jagung ini. Aku menepuk jidat kesal.
[Cewek yang sama Allan, Aline atau bukan?]
[Jujur, Line! Kak Raka dapat foto itu dari Dewa.]
Aduh, gimana ini? Aku menggigiti jari dengan was-was. Hemmm, aku balas apa, ya? Jujur atau bohong? Aku memijat kepala yang mendadak menjadi puyeng. Ternyata Kak Dewa temannya Kak Raka yang mengirimi dia foto itu.
Kuamati foto itu dengan seksama. Hanya wajah Allan saja yang terlihat jelas, sedang aku hanya tampak dari belakang saja. Yes, ada celah! Kuhembuskan napas sedikit lega. Oke, kalo berbohong demi kebaikan, aku rasa gak apa deh. Dari pada jujur malah bikin hancur, 'kan miris.
Tiba-tiba, Kak Raka melakukan panggilan video. Ya ampun, aku gelagapan setengah mati lalu berlari menuju lemari dan secepat kilat berganti pakaian. Kemudian berbaring kembali di tempat tidur.
Kugeser tombol hijau dan menerima panggilan dari Kak Rakaku tersayang. Tampaklah wajah tampan dengan rambut berponi lurus yang selalu menutupi dahinya itu. Wajahnya kali serius, tanpa senyum yang menghiasi bibir tipisnya.
"Hay, Kak .... " sapaku polos berlagak baru saja terkejut dari tidur.
"Lagi ngapain?" tanyanya.
"Baru bangun tidur, Kak," jawabku sambil pura-pura menguap.
"Benar begitu?"
"Iya, Sayang. Aline ketiduran dari tadi sore. Maaf, ya, Aline baru buka chatnya Kak Raka dan belum sempat ngebalas."
"Jadi, dari tadi sore sampai ini malam Aline bobo ya dan gak ada ke mana-mana?" tanyanya lagi dengan mimik menyelidik.
"Iya, Kak Raka Sayang. Kalau gak percaya, ke sini aja! Tanya langsung ama Bang Aldi yang galaknya kayak Harimau itu," ujarku manja dan berharap cowok di balik layar itu percaya.
"Ya udah, Kak Raka percaya. Maaf ya, Kak Raka udah berprasangka yang macam-macam. Abisnya Dewa ngirim foto itu dan Aline juga angkat telelon dan balas chatnya Kak Raka."
"Iya, Kak, gak apa-apa." Aku menarik napas lega melihat senyum manis sudah terpancar dari pacarku tercinta.
"Mau lanjut bobo atau lanjut ngobrol nih?" tanyanya sambil tersenyum.
"Ya, ngobrollah, wong mata udah segar gini," rengekku manja.
Yihaaa, manja-manjaan sama pacar sendiri, bolehkan, ya? Obrolan khas anak muda yang lagi dimabuk cinta terus berlanjut hingga kemudian aku terlelap dan tak sadarkan diri, namun setelah dinyanyiin nina bobo tentunya.
*********
Pagi ini, aku sudah bersiap berangkat ke sekolah. Akan tetapi, suasana rumah sepi dan tak ada sarapan di atas meja.
"Woyyy, hari minggu gini mau sekolah ke mana lo?!" sergah Kak Andine dari arah pintu samping, ia terlihat sedang melakukan Yoga.
Aku bengong dan mencoba mengingat hari, untuk lebih jelas kulihat ponsel. Astaga, kok sampai lupa kalo hari ini minggu sih? Aku menepuk jidat kesal lalu berlari menuju kamar, mau ganti baju. Namun langsung menabrak Bang Aldi yang baru keluar dari kamarnya. Pria bermata tajam itu melotot ke arahku.
"Sorry, Bang .... " Aku nyengir.
"Pacaran melulu sih, lupa hari deh .... " ledek Kak Andine lagi.
Bang Aldi menatapku tajam lalu berkata, "Yang tadi malam ngasih mie ayam, pacar lo Line?"
Dengan cepat aku langsung menggeleng. "Bu ... bukan, Bang, cuma teman satu kelas."
"Benar?" tanyanya lagi dengan nada menyelidik.
"Benar, Bang. Sumpah deh!" Aku berusaha menampakkan wajah polos tanpa dosa.
"Oh ya sudah, bagus deh. Mie ayam mantannya enak .... "
Glekkk, aku tersedak air liur. Maksudnya apa, coba? Kok Bang Aldi tahu kalo Allan mantan gue, aku gelagapan.
"Tahu dari mana, Bang?" Aku meringis sambil garuk kepala.
"Ya elah, ada tulisan kok di bungkus mie ayamnya," ujarnya sambil berlalu menuju kolam renang. "Nanti kapan-kapan kita ke sana, ajak Kak Andinemu ama Sintya juga."
Ya elah, ternyata Bang Aldi nyebutin nama mie ayamnya. Gue kira ....
Aku tertawa dalam hati.
Setelah berganti pakaian, aku menuju dapur lagi, mencari cemilan buat mengganjal perut.
"Eh, tadi malam makan mie ayam gak bagi-bagi gue ya," cecar Kak Andine yang sedang memasak pasta.
Aku hanya melengos, lagi-lagi mie ayam yang dibahas. Dengar namanya saja, aku ngenes.
Bang Aldi masuk ke dapur dan berkata, "Namanya 'Mie ayam mantan', Dine. Rasanya bikin gak bisa move on, jadi terpaksa Abang sikat deh dua bungkus." Bang Aldi terkekeh.
Uhukkk, lagi-lagi aku tersedak, namun kali ini tersedak jus jeruk yang baru saja sampai di tenggorokan.
"Masa sih? Malam ini lo mesti suruh teman sekelas lo itu buat beliin buat Kakak ya, Line," ujar Kak Andine antusias sambil mengacungkan telunjuknya.
Ya elah, kan bisa beli sendiri. Aku melengos sambil berlalu menuju taman belakang dengan sambil membawa setoples biskuit.
Heran, topik pagi ini kok pada bahas mie ayam mulu, bikin dongkol aja. Gak tahu apa, gara-gara mie ayam tadi malam, aku terancam jadi jomlo. Hiksss ....
Aku masih bersungut-sungut kesal.
Kuikat Hammack di antara dua pohon, lalu bersantai di dalamnya sambil mengeluarkan ponsel dan mengecek barangkali ada chat dari Kak Raka.
[Pagi, Sayang 😘] Hemmm, Kak Raka emang romantis bingit, pagi-pagi begini dah dapat emotion love kiss. Duhh, senangnya ... makin cinta deh.
[Pagi juga, Sayang 😘😘😘] Langsung kubalas pesannya.
[😱😱😱]
[😭😭😭]
[😁😁😁]
[Ih, emotion mulu 🙄] Aku merengut.
[Maunya apa, Sayang?]
[Peluk 🤗] Aku menahan malu untuk mengirim pesan ini.
[Oke, bentar lagi Kak Raka otw ke sana.]
[Ihhh, serius?] Aku deg-degan.
[Bercanda 😆😆😆]
Ya elah, Kak Raka, bisa bercanda juga dia. Heheee ....
[Issshhhh 🙄]
Satu menit, dua menit, lima menit dan sepuluh menit pesanku tak terbaca.
Beberapa saat kemudian, ada pesan lagi dari Kak Raka.
[Sayang, Kak Raka udah ada di depan rumah. Buruan keluar! Gak dibukain pintu nih ama Pak Satpam.]
Astaga, Kak Raka, kok benaran ke sini? Gimana ini? Bang Aldi marah gak ya? Aku jadi bimbang campur senang.
Aku langsung berlari menuju pintu depan dan mendapati Kak Raka sedang menantiku di depan pagar.
"Bukain, Pak!" pintaku pada Pak Satpam yang sedang ngopi di dalam Pos.
"Kuncinya sama Tuan Aldi, Neng," jawab pria berkumis itu.
Aku menghampirinya Pak Satpam ke Posnya dan berkata, "Masa sih, Pak? Kunci cadangan gak adakah?"
Pak Satpam menggeleng.
"Terus gimana ini?" tanyaku putus asa.
"Neng Aline minta sama Tuan Aldi saja kuncinya!"
Ya elah, gimana ini? Kena semprot Bang Aldi gak ya kalau aku minta kunci pagar? Segera kuhampiri oppa ganteng yang sedang berdiri di depan pagar.
"Kak, kunci pagarnya ama Bang Aldi," ucap sedih sambil menatap mata sendu itu.
"Ya udah, Kak Raka pulang aja," jawabnya dengan nada kecewa.
"Jangan pulang dulu, masih kangen," rengekku manja. "Aline mau minta kunci ama Bang Aldi, Kak Raka tunggu dulu."
"Gak usah deh, Sayang. Sampai ketemu besok di sekolah aja, ya," ujarnya sambil mengelus pipiku.
"Maaf ya, Kak."
"Gak apa. Kak Raka pulang, ya." Kak Raka tersenyum lalu masuk ke mobilnya.
Hiiikkkss, memprihatinkan sekali kisah cintaku. Ketemu pacar cuma bisa sebatas tembok aja. Kasihan Kak Rakaku tersayang. Serasa pengen nangis sambil guling-guling. Dengan tampang masam, aku kembali masuk dan mendapati Bang Aldi sedang sedang mengamatiku dari ruang tamu, lalu pura-pura sibuk membaca koran. Ya elah, punya abang kok sadis amat. Andai mama dan papa masih hidup, pasti kisah cintaku takkan setragis ini.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Santi Haryanti
kasian amat sih kamu line 😁
ceritanya seruu kak
2021-09-22
0
Eliawati Xiaomi
minta alamat kios mie ayam mantan nya Thor
pengen cobain
2021-08-20
1
Hsyahrul Marosa
hh kasian amat
2021-01-17
2