Mantan Nyebelin
Bagian 13 : Suami Masa Depan
Ketika membuka mata, langsung kuraih ponsel untuk mengecek barangkali ada pesan WhatsApp dari Kak Raka tersayang.
[Udah bangun belum, Sayang? 😘]
Aih, hati bersorak girang membaca pesan dari Kak Raka. Doi udah manggil gue 'sayang', apa itu tandanya kami dah jadian? Hihiii, jadi gak sabar buat pergi ke sekolah biar bisa ketemu dia.
[Iya, udah bangun. Kak Raka lagi apa?] Aku senyum-senyum sendiri membayangkan wajah imut yang sedang berbalas pesan denganku sekarang.
[Baru abis mandi. Aline buruan mandi sana gih, bau kecut tuh 😆]
[😘]
[😷]
Kuletakkan ponsel ke atas bantal, lalu berlari menuju kamar mandi. Aduh, Kak Raka makin so sweet aja, aku makin kesensem. Kubayangkan terus manis senyumnya hingga tak sadar kalau aku belum mengguyur tubuh setelah sabunan tadi. Ya ampun, kepala penuh busa sampho juga belum disiram. Aku malah udah pakai handuk begini. Aku tertawa sendiri lalu melepas kembali handuk dan mandi lagi.
Ketika selesai berdandan, Mobil Bang Aldi sudah tak ada di depan rumah. Hanya ada Kak Andine yang sedang olahraga di teras.
Aku celingukkan dengan tampang kesal. Udah cantik-cantik begini, eh malah ditinggal.
"Bang Aldi udah berangkat ke kantor, lo telat lima menit," kata Kak Andine sambil menertawaiku.
"Ya elah, lima menit doang. Terus gue ke sekolah pakai apa dong, Kak? Minta uang ongkos taxi deh .... " Aku manyun.
"Gak ada. Jalan kaki aja, hitung-hitung olahraga pagi biar sehat," sahut Kak Andine sambil tersenyum miring.
Ya elah, apes banget gue hari ini. Dengan sambil bersengut-sungut kesal, aku mulai melangkah keluar di jalanan. Uang disaku cuma ada 20.000, mana cukup buat ongkos taxi. Mau naik ojek, bisa habis berantakan rambut cantik ini. Mau nelepon minta jemput ama Kak Raka, aku gak bernyali. Takut dianya gak bisa, aku yang malu.
Tiba-tiba, ada sebuah motor yang berhenti di sampingku. Si pengendara membuka kaca helmnya dan berkata, "Nggak diantar calon suami atau selingkuhan, Ndut?" Suara yang tak asing dan senyuman ejekan itu menyapaku.
Aku menghentikan langkah dan menghela napas, dia ... orang tak ingin kutemui. Iya, siapa lagi kalau bukan si dinosaurus dari jaman purba alias Allan Dirga.
Tanpa menjawab pertanyaannya, aku melanjutkan melangkah tapi Allan malah mengiringi dari samping.
"Yuk, bareng!" ajaknya dengan suara merendah, tanpa ejekan lagi.
"Ogah, duluan aja!" jawabku ketus.
"Udah jam tujuh kurang sepuluh menit. Buruan, ah!" Allan menarik tanganku.
"Ih, jangan sentuh gue!" bentakku kesal.
"Hahh, mantan pacar alias suami masa depan juga," gumamnya pelan tapi terdengar olehku.
"Apa?!" Aku melotot lagi padanya.
"Ayo!" Allan memaksaku untuk naik ke motornya.
Kuhela napas panjang dan menurut juga, ini hanya demi agar tak terlambat ke sekolah. Kumundurkan tubuh ke belakang agar tak bersentuhan dengannya.
"Pegangan!" perintahnya sambil siap tancap gas.
"Ogah! Jalan aja!" ketusku lagi.
Allan menoleh ke belakang dengan tatapan jengkel lalu mulai tancap gas. Hampir saja tubuhku terlempar ke belakang karena ia langsung memacu motor dengan kecepatan tinggi, jadi mau tak mau aku memeluknya juga. Ini hanya demi keselamatan diriku, bukan apa-apa, aku memalingkan wajah.
Beberapa saat kemudian, kami telah sampai di parkiran sekolah. Aku turun dari motor mantan sok ganteng itu dengan tampang kesal. Rambut cantikku hancur berantakan, kusut dan gersang. Ya ampun, hilang pesonaku kalau begini. Kak Raka bisa gak sayang lagi ma aku, hiksss ....
"Sini gue benarin!" Allan mendekat padaku lalu mengusap kepala ini.
Dengan cepat, aku langsung menepis tangannya dengan tak lupa melotot galak.
"Ya elah, cuma mau dibantuin juga!" ujarnya dan langsung meraih tanganku, lalu melangkah menuju kelas.
"Ih, lepasin! Udah gue bilang ... jangan sentuh gue!" Aku berusaha menarik tangan dari genggamannya.
Ya ampun, kalau Kak Raka melihat ini, hubungan hangat kami bisa suram lagi. Aduh, bagaimana ini?
Nah, yang aku takutin terjadi juga. Kak Raka menatap tajam di arahku, kini ia tepat berada di depan kami. Cowok berkulit putih itu mendekat dan melepaskan tangan Allan dariku.
"Hey, biasa aja kali, Bung!" Allan menyeringai.
"Aline pacar gue, lo jangan dekat-dekat dia lagi!" ujar Kak Raka ketus sambil menunjuk wajah Allan.
Allan tertawa jahat dan berkata lirih sambil membalikkan tubuh, "Baru pacar aja, belagu amat! Gue aja suami masa depannya, biasa aja."
"Hey!" Kak Raka terlihat sangat marah.
"Udah, Kak! Jangan didengarin, dia emang nyebelin!" ucapku pelan sambil berusaha menenang cowok yang sekarang sudah mengaku 'pacar' itu.
"Jangan dekat-dekat dia lagi, Kak Raka gak suka." Kak Raka menatapku serius.
"Maaf, Kak." Aku membalas tatapannya kemudian menceritakan kejadian di jalan tadi.
"Kalo lain kali ditinggal Bang Aldi lagi, telepon Kak Raka, ya! Biar bareng Kakak saja. Atau kalau mau antar jemput tiap hari, Kak Raka juga siap kok." Kak Raka meraih kedua tanganku.
"Iya, Kak."
Kak Raka mengelus lembut pipiku dan berkata, "Ya sudah, masuk kelas sana!"
Aku mengangguk lalu membenarkan rambut yang mungkin masih berantakan.
"Udah cantik kok," ujarnya sambil mendaratkan kecupan hangat di dahiku.
Aku tersenyum senang. "Daaaa ... Kak!" Aku melambaikan tangan padanya.
Dengan hati bertabur love-love, aku melangkah riang memasuki kelas. Allan malah menatapku sinis, tak kuhiraukan dia.
"Hey, udah pacaran sama Raka lo, Ndut?" bisiknya dari belakang.
"Kepo amat!" Aku menoleh padanya.
"Awas ya, jangan mau diapa-apain sama dia! Lo istri masa depan gue, gue gak mau dapat bekas sisa dia," bisiknya lagi.
What? Gue istri masa depannya? Hahhh, error deh tuh dinosaurus.
"Ngaco aja!" balasku sengit. "Kita cuma mantan, itu juga terpaksa!"
"Mantan pacar alias pasangan suami istri di masa depan. Sama siapa juga lo pacaran, gue yang bakal jadi suami lo. Calon suami lo yang 'es batu' itu juga hanya akan tetap calon. Jadi, lo jangan macam-macam!" ucapnya mulai ngelantur lagi.
Astaga, gue rasa si dinosaurus udah mulai gila deh. Masa dia seenaknya mengaku begitu. Ihhh, nyeselkan lo dah mutusin gue dulu? Sekang gue dah punya pacar ganteng, baru cemburu! Aku tertawa puas dalam hati melihat aura cemburu di mata Allan.
Istirahatnya, aku mengeluarkan ponsel dari dalam tas, barangkali aja ada pesan WhatsApp dari 'pacar'. Aku tersenyum sendiri.
[Sayang, istirahat sekolah Kak Raka tunggu di kantin Bude Tika, ya.] Senyumku makin mengembang membaca pesan yang sudah naik level itu, panggilan 'sayang' dari Kak Raka bikin hati ini melayang.
[Hmmm, Oke 😘] Langsung kubalas pesannya.
[Buruan, Sayang!]
Hemmm, Kak Raka makin romantis aja. Akan tetapi, saat hendak beranjak bangkit dari kursiku, Allan malah menarik tanganku.
"Pinjam ponsel lo!" Allan merampas ponsel dari tanganku.
"Eh, buat apaan?" Aku melotot padanya.
"Yeah, tenang ... gue cuma buka blokiran lo aja! Gue gak tertarik baca chat lo ama si pacar, ishhh .... " Allan mengembalikan ponselku lalu melangkah keluar dari kelas.
Ihhh, kok makin nyebelin aja! Aku mengentakkan kaki sambil menatap sebal punggung cowok berkulit kuning langsat yang sudah melangkah keluar dari kelas. Entah kesambet apa juga, dia makin aneh gitu. Hahhh, sekelas sama mantan itu gak enak banget. Apalagi mantannya rada pe'ak kayak si Allan.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Santi Haryanti
Allan orang nya narsis banget ya aku suka ..
2021-09-22
0
Eliawati Xiaomi
i more like Allan si cowok pek'ak
2021-08-20
0
Martin martin
mantan siallan 😂😂
2021-08-13
1